Skip to main content

Soal Jawab Sejarah Pemikiran Ekonomi


1.             Di dalam perkembangannya pemikiran ilmu ekonomi di mulai oleh para praktisi kebijakan ekonomi nasional di sejumlah negara pada abad 16 dan 17 yang selanjutnya dikenal sebagai aliran merkantilis. Meskipun kejadian tersebut telah berlalu berabad-abad namun dari ajarannya ada beberapa hal yang dinilai masih relevan sampai sekarang, terutama bagi negara-negara yang sedang membangun. Jelaskan !!!
jawab :
Perlu diketahui terlebih dahulu sudut pandang dan ajaran mendasar dari merkatilisme, bahwa setiap negara yang berkeinginan untuk maju harus melakukan perdagangan dengan negara lain. Sumber kekayaan negara diperoleh dari “surplus” perdagangan luar negeri yang akan diterima dalam bentuk emas dan perak yang kemudian disebut sebagai uang. Bagi kaum merkantilis, uang yang dihasilkan dari perdagangan tersebut merupakan sumber kekuasaan (power), sehingga hal ini yang kemudian mendorong negara-negara yang menganut faham merkantilisme seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis dan Belanda untuk melakukan kebijakan ekspor besar-besaran dan sedapat mungkin membatasi impor. Sehingga dari hal tersebut, maka teori/ajaran yang masih relevan untuk merepresentasikan dan membuktikan kondisi ekonomi saat ini antara lain:
a.       Teori dari Jean Boudin (1530-1596) yang menjelaskan mengenai hubungan antara jumlah uang beredar terhadap kenaikan harga barang. Konsep ini merupakan cikal bakal teori dari inflasi ekonomi modern saat ini yang kemudian disempurnakan Irving Fisher dalam formulanya mengenai teori kuantitas uang. Menurut Boudin, bertambahnya uang yang diperoleh dari perdagangan luar negeri dapat menyebabkan naiknya harga barang-barang. Selain itu, kenaikan harga barang-barang juga dapat disebabkan oleh praktik monopoli serta pola hidup mewah di kalangan kaum bangsawan dan raja-raja. Jika kondisi ini terjadi, maka akan berdampak langsung kepada rakyat.Merujukkepada teori Boudin tersebut dan dikaitkan dengan kondisi ekonomi saat ini, maka inflasi dapat dijelaskan sebagai kenaikanharga barang dan jasa secara menyeluruh dan bersifat gradual yang disebabkan oleh jumlah uang beredar (akibat transaksi perdagangan) di masyarakat/negara terlalu besar dan kemudian memicu besarnya konsumsi masyarakat sehingga menyebabkan nilai mata uang domestik menjadi lemah. Suatu negara yang mengalami inflasi biasanya terjadi karena pertumbuhan ekspor lebih besar dari impor, sehingga menyebabkan arus uang mengalir ke dalam lebih besar. Hal ini mengakibatkan volume uang beredar dimasyarakat bertambah besar yang tentunya akan memicu dan memacu konsumsi lebih besar pula. Praktik monopoli dan pola hidup mewah yang dikatakan oleh Boudin, diterjemahkan sebagai besarnya tingkat dan pola konsumsi setiap individu yang saat terjadi inflasi justru memiliki uang lebih banyak dan kemampuan beli lebih besar dari biasanya. Pada akhirnya, setiap individu yang memiliki daya beli lebih besar, akan melakukan konsumsi besar pula. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka secara umum akanmembuat jumlah uang beredar di negara tersebut semakin besar dan tak terkendali hingga akhirnya nilai per unit dari mata uang itu sendiri menjadi tidak bernilai sama sekali (lemah), dengan kata lain, harga per unit barang saat itu sangatlah tinggi. Pada kondisi ini, daya beli masyarakat justru sangat lemah karena berapa pun uang yang dimiliki tetap tidak mampu menjangkau harga per unit barang yang semakin melambung tinggi. (source: https://www.hetwebsite.net/het/profiles/bodin.htm)

b.      Teori kecepatan uang beredar (the Velocity of money) dari Sir William Petty (1623-1687). Petty mengatakan bahwa “jika output ekonomi suatu negara ingin meningkat dalam kaitannya dengan jumlah uang beredar dan harga barang, maka kecepatan sirkulasi dalam ruang lingkup yang lebih kecil harus tinggi.” Petty berpendapat bahwa uang hanyalah “lemak tubuh politik, jika terlalu banyak maka akan menghambat ketangkasannya, dan jika terlalu sedikit maka akan membuatnya sakit.” Jika merujuk pada kondisi ekonomi saat ini, maka dapat diterjemahkan bahwa pemerintah perlu mengatur porsi jumlah uang beredar yang ideal di dalam negeri. Kalimat “Fat of The Body Politic (lemak tubuh politik)” di terjemahkan sebagai kurs mata uang suatu negara yang berkontribusi terhadap kinerja ekonomi. Peran dan kebijakan pemerintah sangat penting dalam mengendalikan kurs mata uang tersebut agar menjaga stabilitas perekonomian suatu negara

2. Teori ekonomi yang dikembangkan oleh aliran Klasik selanjutnya telah bercabang ke arah 2 jurusan: di mana jurusan pertama dipelopori oleh Karl Marx dan yang kedua dipelopori oleh J.S. Mill. Jelaskan perkembangan kedua cabang tersebut
Jawab

a.              Teori Karl Marx


Dari sudut pandang teori ekonomi, pemikiran Karl Marx tidak lepas dari latar belakang kehidupan dan pendidikan yang memengaruhi pola pikirnya.Hampir seluruh sudut pandang Marx dilatarbelakangi oleh konflik. Awalnya saat muda ia tertarik pada bidang hukum, namun dikarenakan oposisinya terhadap pemerintah Jerman, kemudian ia mengalihkan studinya ke filsafat. Namun disertasi doktoralnya tentang akar doktrin Stoic dan Epicurus membawanya terjebak kepada paham Atheis sehingga ia diotolak oleh dunia akademisi. Barulah ia menemukan cikal bakal pemikirannya setelah pertemuan dengan Joseph Proudon (1808-1865) yang banyak mengispirasinya untuk membenci kaum kapitalis. Pemikirannya mengenai ekonomi berkembang setelah bertemu dengan Friedrich Engel yang kemudian mereka berdua mengeluarkan teori dan konsep pemikiran ekonomi yang menentang sistem ekonomi kapitalis.Dalam menentang sistem ekonomi kapitalis, Marx memberikan argument dari 3 sudut pandang yaitu moral, sosiologi dan ekonomi.

Dari segi moral, Marx melihat bahwa sistem ekonomi kapitalis menjadikan para pelakunya menjadi tidak adil dan tidak peduli terhadap maslah kepincangan dan kesejangan sosial.Dengan penerapan sistem “upah besi” pada kaum buruh, maka dapat dipastikan bahwa buruh tidak akan dapat meningkatkan derajad dan kesejahteraannya lebih tinggi. Sehingga dari hal itu, Marx mengkritik sistem ekonomi liberal-kapitalis harus digantikan dengan sistem lain yang lebih memperhatikan masalah pemerataan bagi semua untuk semua, yaitu sistem ekonomi-sosialis
Dari segi sosiologi, Marx menemukan adanya konflik dan kesenjangan antar kelas (stratifikasi sosial).Yaitu adanya sekelompok orang (pemilik modal) yang menguasai sebagian besar modal. Di sisi lain, adanya kelas proletar (kaum buruh) yang menempati posisi bawah yang kian hari jumlahnya makin bertambah. Marx menganjurkan bahwa sistem ekonomi kapitalis harus diganti dengan sistem yang lebih berpihak kepada golongan kaum buruh.
Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa akumulasi kapital di tangan kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Tapi, pembangunan dalam sistem kapitalis tersebut sangat bias terhadap pemilik modal. Sehingga untuk bisa membangun secara nyata bagi seluruh lapisan masyarakat, maka harus perlu dilakukan perobakan structural melalui revolusi sosial dan menata kembali hubungan produksi (khususnya dalam sistem kepemilikan tanah, alat-alat produksi, dan modal).
Marx Juga mengeluarkan konsep mengenai “Surplus Value” dan Penindasan Buruh. Marx tidak setuju dengan sudut pandang klasik yang beranggapan bahwa nilai suatu barang harus sama dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang tersebut yang di dalamnya sudah termasuk ongkos kerja berupa upah alami. Menurut Marx, hal ini merupakan eksploitasi terhadap kaum buruh, karena nilai dari hasil kerja para buruh jauh lebih besar dari jumlah yang diterima mereka sebagai upah alami.Kelebihan nilai produktifitas kerja ini yang disebut Marx sebagai surplus value yang dinikmati oleh para pemilik modal.Menurut Marx, nilai suatu komoditi harus sepadan dengan input-input labor, dan hanya input labor yang dapat menghasilkan laba. Secara detail Marx menjelaskan bahwa suatu komoditas (C) adalah penjumlahan dari biaya labor langsung (v), biaya labor tidak langsung (c) dan laba atau nilai surplus (s), atau: C = c + v + s

Masyarakat kapitalis melihat buruh sebagai nilai guna dan juga nilai tukar.Sebagai sumber nilai guna, buruh menjadi sumberkegiatan yang digunakan untuk produksi suatu barang tertentuuntuk dipakai. Sedangkan sebagai sumber nilai tukar, buruhdipandang sebagai masukan dalam proses produksi komoditas-komoditas yang dihasilkan tidak untuk pemakaian pribadiburuh itu sendiri ataupun untuk pemakaian majikan, melainkan untuk dijual dalam sistem pasar yang bersifat impersonal, untuk ditukarkan dengan uang. Jadi, dalam sistem kapitalis, buruhdipandang sebagai komoditas yang dapat dijualbelikan dalampasar impersonal, seperti komoditas lainnya.Namun buruhjuga mampu memproduksi nilai tukar lebih besar daripada yangdiminta untuk mempertahankan nilai tukarnya tersebut. Teori nilai yang terdiri dari empat subteori: (1) teori tentang nilai pekerjaan (2) teori tentang nilai tenaga kerja (3)teori tentang nilai lebih dan (4) teori tentang laba. Teori tentangnilai pekerjaan menyangkut bagaimana nilai ekonomis sebuahkomoditas dapat ditentukan secara objektif.Nilai ini ditentukanoleh nilai pakai dan nilai pakai dan nilai tukar.Teori tentang nilaitenaga kerja merupakan upah. Dalam arti buruh mendapat upahyang senilai dengan apa kebutuhan buruh untuk memulihkankembali tenaganya dan kebutuhan keluarganya. Teori tentangnilai lebih adalah diferensi antara nilai yang diproduksikanselama satu hari oleh seorang pekerja dan biaya pemulihantenaganya setelah bekerja. Teori tentang laba merupakan satu-satunya sumber laba yang dimiliki oleh kapitalis yang sangatditentukan oleh besar kecilnya nilai lebih 

b.teori J.S Mill

Dalam karyanya Principles of Political Economy, dia menyinggung masalah produksi, yang merupakan bagian dari aktifitas ekonomi, dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat dan keinginan pasar.Menurutnya uang adalah kekuasaan, dan dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan kekuasaan.Mill, menganggap kemakmuran suatu bangsa tidak ditentukan dengan pemenuhan kebutuhan fisik semata, melainkan kontinuitas produksi.
Dalam hal pemikirannya mengenai ekonomi, Mill dipengaruhi oleh Thomas Robert Malthus, dimana pertumbuhan ekonomi selalu diliputi dengan tekanan jumlah penduduk dengan sumber yang tetap. Mill seorang utilitarian yang mencoba untuk memahami kebahagiaan secara lain, dimana menurutnya kebahagiaan, bukanlah semata bersifat fisik, melainkan lebih luas dari itu, dan Mill pun memperkenalkan sebuah konsep kebahagiaan individu, yang sebelumnya, para filsuf utilitarian kurang menyentuh hal tersebut.
Menurut Mill tentunya berbeda terkait kebahagiaan individu dengan kebahagiaan umum. Suara hati menjadi dasar moralitas kaum utilitarian, sehingga akan menimbulkan implikasi didalam kehidupan sehari-hari terkait hubungannya dengan orang lain, dan disanalah eksistensi sebagai makhluk sosial menjadi nyata. Perasaan sosial yang timbul menuntut adanya suatu perhatian terhadap kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Maka, dikemudian hari akan memunculkan konsep kebebasan dan keadilan. Keadilan, akan diawali dengan pengakuan atas eksistensi hak-hak orang lain dan keadilan juga tidak terpisahkan dengan unsur kebebasan manusia. Masyarakat menurut Mill mestilah melindungi kebebasan individu dikarenakan hal tersebut merupakan bagian dari kebahagiaan umum.
Universalime etis merupakan konsep utilitariannya yang lebih mengedepankan kepada kebahagiaan orang lain, dimana disanalah moralitas utilitarian dibangun oleh Mill. Prinsip tersebut memang cukup relevan dalam hal aktifitas ekonomi, disamping Mill menerima pasar bebas Adam Smith, namun usaha untuk memperhatikan kebahagiaan orang lain dalam hal persaingan ekonomi pasar, menjadi agenda Mill. Kondisi pasar bebas yang cenderung bersikap egoisme sentris, berusaha ditekan Mill dengan pemberlakuan nilai moralitas bersama, dimana prinsip kebahagiaan harus dirasakan oleh setiap pemain pasar, pelaku usaha, produsen, distribusi, hingga tataran konsumen. Pasar bebas memang cenderung melahirkan kondisi menang-kalah, namun diantara dua belah pihak diharapkan harus tetap mampu menjalin hubungan yang kelak melahirkan kebahagiaan bersama, yang merupakan konsekuensi atas universalisme etis ala John Stuart Mill.
Ekonomi sebagai sebuah ilmu yang bersifat empiris, menjadi bagian dari pemikiran Mill kedepan. Dimana dia menyinggung masalah produksi, yang merupakan bagian dari aktifitas ekonomi, dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat dan keinginan pasar. Menurutnya uang adalah kekuasaan, dan dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan kekuasaan. Mill, menganggap kemakmuran suatu bangsa tidak ditentukan dengan pemenuhan kebutuhan fisik semata, melainkan kontinuitas produksi. Didalam Principles-nya dia banyak menyinggung masalah produksi dan buruh yang menjadi tema besar saat itu, dimana dia mencoba menghubungkan konsep universalisme etis dengan kedua hal tersebut, maka disanalah utilitarian Mill bekerja, konsekuensinya dia sedang mengkonstruk suatu pandangan humanitas didalamnya, dimana kondisi buruh dalam proses produksi harus diperhatikan serta pemenuhan kebutuhan umum.
Menurut Mill penawaran selalu identik dengan permintaan, dan dia menerapkan pola fikir baru bahwa produksi tidaklah harus ditentukan dengan permintaan pasar, sehingga baginya tidak ada istilah overproduksi yang selama ini dicegah oleh kebanyakan orang. Adapun pendapat Mill lainya bahwa kemakmuran ekonomi tidak ditentukan oleh permintaan dipihak konsumen, serta produksi menurut Mill merupakan sebuah basis yang memungkinkan terjadinya kerja sama diantara pengusaha yang bebas. Mill dalam hal ini sejaan dengan Adam Smith yang hidup lebih awal darinya, dalam hal ini mengenai ide pembagian kerja menurut Smith, namun Mill memasukkkan unsur lain didalamnya yakni peran wanita sebagai kondisi yang memungkinkan terjadinya pembagian kerja yang riil. Kalau dalam Adam Smith dikenal istilah ‘the right man in the right place’, maka Mill menambahnya dengan ‘the right women’.
Dalam kesempatan tadi, Mill mencoba menambahkan unsur moralitas didalam produksi, namun tidak terhenti disana saja. Mill mencoba untuk memasukkan ini dalam suatu kondisi ekonomi yang stagnan, dimana Mill menemukan alasan terjadinya stagnan tersebut pada buku The Princlpes of Economy and Taxation, milik David Ricardo, seorang pemikir ekonomi, yang cukup berpengaruh. Dalam mengatasi kondisi yang stagnan, menurut Mill mesti digiatkan lagi konsep kebahagiaan umum, dimana mencoba untuk menghindari akibat yang dialami dari stagnasi ekonomi tersebut terhadap semua orang. Menurutnya kegiatan ekonomi pada masa stagnan haruslah difokuskan pada pengentasan kemiskinan dan upaya pencegahan dari ketidakadilan ekonomi.
Dalam konsep riil terkait pemikiran ekonominya, Mill mencoba untuk memberi 3 bidang pekerjaan yang dianggapnya ideal, yakni; pertanian, perusahaan, dan bank. Pertanian berkaitan dengan tanah, pemilik tanah, dan pekerja, yang tentunya saling berhubungan. Disana juga memunculkan sebuah penguasaan atas tanah,atau dalam hal ini sistem kepemilikan tanah, yang coba digantikan oleh Mill dengan sistem baru, yakni sistem pertanian yang bernuansa kompetitif.
Pada perusahaan, yang mengidealkan perusahaan yang besar, dan penuh dengan persaingan usaha. Selain itu, ada pula bank dimana bank sangat berperan dalam kondisi ekonomi yang stagnan. Dapat pula memainkan peran strategisnya dalam mencairkan modal sekaligus mencegah jatuhnya harga. Sementara fungsi utamanya adalah menghidupkan kembali iklim spekulasi bisnis yang sehat.

3. Pelajaran apakah yang dapat ditarik dari mazhab Historis yang berkembang di Jerman pada waktu itu, dalam kaitannya dengan negara-negara yang sedang membangun ?
jawab :
Mazhab historis adalah salah satu mazhab yang mengkritik pemikiran dari mazhab Klasik yang berargumen bahwa ada undang-undang alam tentang kehidupan ekonomi. Bagi mazhab Historis, masyarakat harus diangap sebagai satu kesatuan organisme tempat interaksi sosial berkait dan berhubungan antari individu. Kegiatan masyarakat didasarkan pada sistem yang menyeluruh sehingga dalam hal ini peran kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan dalam perekonomian. Pelajaran yang dapat ditarik dari mazhab Historis antara lain mengenai pemikiran bahwa fenomena-fenomena ekonomi merupakan produk perkembangan masyarakat secara keseluruhan sebagai hasil perjalanan sejarah. Sehingga, pemikiran, teori dan kesimpulan mengenai persoalan ekonomi harus berlandaskan empiris sejarah dan bukan bersifat universal sebagaimana yang diaunut oleh Mazhab Klasik. Alasannya adalah bahwa prinsip-prinsip ekonomi dipengaruhi oleh adat istiadat, tradisi, agama, nilai-nilai dan norma lingkungan setempat.
Sehingga, mazhab Historis tidak setuju dengan pendekatan deduktif yang bertitik tolak dari pengamatan (postulat, premis, dalil) secara umum yang kemudian disimpulkan secara khusus sebagaimana yang dianut oleh mazhab Klasik. Alasannya adalah metode ini terlalu abstrak dan terlalu teoritis dan seringkali tidak sesuai dengan realitas sehingga seringkali membawa kesimpulan yang keliru. Sehingga dimunculkanlah meytode induktif-historis, yaitiu mengumpulkan kenyataan-kenyataan ekonomi dari sejarah yang kemudian diambil kesimpulan secara umum. Dengan metode ini, hukum-hukum, dalil-dalil, teori-teori ekonomi hanya berlaku di suatu tempat pada waktu tertentu karena hukum dan dalil sangat tergantung pada kondisi dan lingkungan setempat.
Pelajaran selanjutnya yang dapat diperoleh dari mazhab Historis antara lain bahwa doktrin mazhab Historis gagal dalam membangun dan mengembangkan sebuah sistem ekonomi yang mapan sebagaimana yang telah dihasillkan oleh Mazhab Klasi dan Sosialis. Mereka lebih banyak mengkritik Klasik dan Neo Klasik yang tidak menginginkan campur tangan pemerintah. Para ilmuwan Historis lebih banyak mengkritik metode deduksi klasik ketimbang mencai kelemahan dari konsep induksi-empirisnya sendiri.
Jika merujuk kepada kondisi ekonomi negara berkembang, terutama di Indonesia, maka struktur perekonomian di negara berkembang sebagian besar di dominasi oleh sektor pertanian. Merujuk kepada pendapat Friedrich List (1789-1846) bahwa negara yang ditopang oleh sektor pertanian akan sulit maju, maka jika negera tersebut ingin maju harus memacu industrialisasi di dalam negeri dengan cara melakukan kebijakan proteksi untuk melindungi industrui dalam negeri. Tujuannya adalah agar industri dalam negeri menjadi lebih mapan dan kompetitif dalam bersaing. Namun, proteksi yang diberikan olehsebagian negara berkembang sering kali tidak bijaksana dan tidak sesuai dengan konsep yang diajarkan oleh List bahwa seharusnya proteksi hanya diberikan pada tahap awal saja. Pada kenyataannya, proteksi diberikan secara terus menerus. Padahal ini akan menjadi sumber pemborosan keuangan negara. Yang lebih parah lagi adalah proteksi hanya dinikmati olehh segelintir pengusaha yang berkolaborasi dengan penguasa. Dalam jangka panjang, kondisi ekonomi seperti ini akan rapuh dan hancur. Kondisi sangat relevan terjadi di Indonesia, terutama sangat terlihat pada saat kondisi ekonomi sebelum dan sesudah era reformasi, di mana rezim orde baru memberikan proteksi besar kepada pengusaha yang memiliki akses kepada penguasa, sementara di sisi lain proteksi tidak terjangkau kepada pengusaha kecil. Alhasil, disaat krisis moneter dan kekonomi terjadi pada tahun 1998, perusahaan-perusahaan papan atas yang notabene mendapatkan prioritas proteksi pemerintah tidak mampu bertahan dari hantaman kurs dan krisis tersebut, sangat kontras terjadi pada UMKM saat itu yang tidak pernah banyak tersentuh bantuan pemerintah namun bisa mandiri dan berdikari atas usahanya dalam menghadapi terpaan krisis. Dengan demikian, kebijakan pemerintah untuk memajukan industri dalam negeri dengan cara melakukan proteksi terhadap industri dalam negeri sudah tidak lagi relevan, terutama dengan adanya kesepakatan-kesepatan bisnis dan ekonomi antar negara di dunia saat ini yang telah membebaskan kebijakan tarif di antara negaratersebut seperti AFTA, MEA, GATT, maka kebijakan proteksi menjadi tidka relevan lagi, satu-satunya cara untuk memajukan industri dalam negeri adalah melakukan kebijakan efisiensi produksi.

Implikasi kebijakan lain dari mazhab Historis yang dapat ditarik sebagai pelajaran adalah dari pemikiran Gustav von Schmoler (1839-1917) mengenai perlindungan bagi kaum buruh. Masalah perlindungan kaum buruh harus diperhatikan terutaa di negara berkembang, karena bargaining position mereka sangat lemah di hadapan pengusaha. Kalaupun ada organisasi serikat pekerja, namun belum sepenuhnya mengakomodir kepentingan dan hak buruh secara utuh, sehingga dalam hal ini pemerintah di negara berkembang wajib membuat kebijakan yang berpihak kepada kaum buruh.

4.Masalah antinomi nilai yang terjadi di dalam kehidupan ekonomi baru dapat terjawab dalam kerangka teoristik yang dikembangkan oleh Mazhab Austria. Berikan penjelasan mengenai hal ini

jawab :
Antinomy nilai berawal dari penelitian yang dilakukan oleh Stanley Jevons dari University of Manchester, Karl Menger dari Austria, Leon Walras dari Lauzanne School dan Alfred Marshal dari Cambridge University yang melakukan penelitian mengenai Nilai Surplus (surplus Value) yang dikemukakan oleh Karl Marx. Kesimpulan dari hasil penelitian mereka adalah sama, yaitu menyatakan bahwa teori surplus value Marx tidak mampu menjelaskan secara tepat tentang komoditas. Sehingga dalam membahas konsep dari Marx, para tokoh neo Klasik menggunakan konsep analisis marginal (marginal analysis). Pada intinya, konsep ini mengaplikasikan kalkulus diferensial terhadap perilaku konsumen dan produsen serta penentuan harga-harga di pasar. Konsep ini tentu saja kemudian dikembangkan oleh para pakar ekonomi Austria yang berbasis analisis menggunakan kalkulus. Karena konsep ini dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi dari Asutria, pandangan mereka dalam berbagai buku ajar dimasukkan ke dalam aliran tersendiri yang disebut mazhab Austria. Sebagai contoh adalah Karl Menger (1840-1921) menerbitkan buku berjudul Grunsatze der Volks Wirtschaftslehre (1871) yang isinya adalah pengembangan teori utilitas marginal yang berdampak besar kepada pengembangan teori ekonomi. Friedrich von Wiezer (1851-1920) kemudian mengembangkan teori utilitas Menger dan menambahkan formula biaya-biaya oportunitas. Kemudian dilanjutkan oleh Eugen von Bohm Bawerk (1851-1914) yang menemukan teori tentang modal dan teori tentang tingkat suku bunga. Serta banyak penemuan teori lainnya yang dilakukan oleh pakar ekonomi Austria.

5.Jelaskan perihal perkembangan teori yang dibawakan oleh aliran Klasik terhadap teori-teori aliran setelahnya
jawab :

Dalam perjalanannya, teroi dari mazhab Klasik dikembangkan menjadi ajaran dan konsep ekonomi berbasis liberalisme-kapitalisme yang berimplikasi kepada penguasaan sumber daya dan kekuasaan oleh kaum borjouis dan eksploitasi sumber daya ekonomi secara besar-besaran. Hal ini mendatangkan kritikan dan protes keras dari sebagian besar pihak yang kemudian memunculkan pemikiran baru yang berkembang kemudian menjadi sebuah sistem pemikiran dan mazhab yaitu Sosialis. Dalam perjalanannya, mazhab sosialis berkembang menjadi tiga golongan yaitu pemikiran Sosialis sebelum Marx, Sosialis-Komunis dari Marx dan Engel, dan Sosialis sesudah Marx. Namun begitu, mazhab sosialis merupakan antinomi dari Kapitalis yang merujuk kepada sistem-sistem kepemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber produksi secara kolektif. Dalam perekonomian sosialis, terjadi pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah secara bertahap dan adanya pemberian kompensasi dari pemerintah kepada swasta atas dasar kepemilikan tersebut melalu prosedur kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Pada kenyataannya, ide sosialis merupakan gagasan yang sulit direalisasikan karena belum mampu memunculkan pemikiran yang sistematis dan ilmiah. Apalagi jika merujuk kepada gagasan yang dituliskan oleh Sir Thomas More (1478-1535) dalam bukunya Utopia, beliau menjelaskan bahwa di sebuah pulau yang bernama Utopis yang dapat ditafsirkan sebagai sebuah negara, semua milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal dalam satu tempat yang sama. Makanan dan kebutuhan lainnya disediakan secara bersama. Semua orang bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja dan tidak perlu bekerja mati-matian dalam jangka waktu lama. Uang tidak lagi dibutuhkan karena semua kebutuhan hidup disediakan bersama. Pemikiran sosialis barulah diakui sebagai mazhab ketika Marx membuatkan pondasi ilmiahnya dalam menyoroti dan mangkritisi mazhab Kapitalis melalui teori Surplus Value, Teori Pertentanga Kelas, dan teori Kejatuhan Kapitalis

6. Jelaskanlah perkembangan teori yang dibawakan oleh JM Keynes terhadap teori-teori aliran sebelumnya
Jawab
JM Keynes banyak menyoroti prinsip-prinsip ekonomi klasik. Beberapa hal yang menjadi sorotan utama terhadap teori klasik adalah sebagai berikut:
a.       Kaum klasik beranggapan bahwa perekonomian yang dilandaskan pada mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Kegiatan produksi akan secara otomatis menciptkan daya beli untuk membeli barang dan jasa. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa lain yang digunakan dalam produksi. Pendapatan yang diperoleh atas faktor-faktor produksi tersebut seluruhnya akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Hal inilah yang dikatakan oleh Jean Baptis Say bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaannya sendiri. Anggapan kaum Klasik, bahwa dalam keseimbangan, seluruh sumber daya termasuk tenaga kerja akan digunakan secara penuh (fully-employed) sehingga tidak ada pengangguran. Pekerja terpaksa menerima upah rendah daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali. Kesediaan pekerja untuk menerima upah lebih rendah ini akan menarik perusahaan untuk mempekerjakan mereka lebih banyak, terkecuali pada voluntary unemployment.
Dalam kenyataannya, Keynes membantah bahwa permintaan lebih kecil dari penawaran karena pendapatan yang diterima masyarakat akan ditabung dan tidak semuanya dikonsumsi. Pernyataan JB Say hanya terjadi pada perekonomian tertutup sementara dalam perekonomian terbuka pada negara yang lebih maju, masyarakat sudah mengenal tabungan sebagai leakage dari pendapatan yang diterima. Sehingga permintaan efektif biasanya lebih kecil dari total produksi. Jika perusahaan mengantisipasi kondisi ini dengan menurunkan harga, maka pendapatan pun akan turun. Akibatnya adalah konsumsi juga menurun, smeentara di sisi perusahaan,turunnya pendapatan akan menciptakan rasionalisasi sumber daya dan penumpukan barang produksi yang tidak mampu dibeli oleh masyarakat yang memiliki pendapatan kecil. Jika kondisi ini berlanjut dalam jangka panjang, akan memunculkan depresi ekonomi.
Pendapatan Keynes ini kemudian dibantah dengan pandangan bahwa jika tabungan dianggap sebagai leakage, maka tabungan akan dihimpu oleh lembaga-lembaga keuangan danakan disalurkan kepada investor, yang kemudian pasar akan mengatur sedemikian rupa sehingga jumlah tabungan akan sama dengan jumlah investasi. Sehingga kebocoran yang terjadi pada tabungan akan diinjeksikan kembali ke dalam perekonomian melalui investasi yang pada akhirnya akan mencapai equilibrium. Pendapat ini kemudian disanggah oleh Keynes, bahwa motif orang untuk menabung tidak sama dengan motof pengusaha untuk melakukan investasi. Alsan pengusaha untuk investasi adalah untuk memperoleh laba maksimal, sementara sektor rumah tangga menabung karena alasan memenuhi kebutuhannya dan termasuk berjaga-jaga (precautionary), sehingga dengan perbedaan motif ini, menyebabkan porsi tabungan tidak pernah sama dengan investasi. Kesimpulan inti dari statement Keynes tersebut adalah dengan merujuk kepada kondisi dan perdebatan di atas, keseimbangan (equilibrium) ekonomi justru tidak terjadi pada titik full-employment, namun berada di bawah titik full-employment.
b.      Pandangan Keynes terhadap keseimbangan ekonomi dan pemerintah. Merujuk kepada pernyataan Keynes di atas, Keynes justru menyatakan bahwa dalam batas tertentu, peran pemerintah justru diperlukan. Misalnya jika terjadi pengangguran, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membuat proyek-proyek padat karya. Jika terjadi fluktuasi harga, pemerintah bisa menarik jumlah uang beredar dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi. Dengan kata lain, Keynes memandang bahwa keseimbangan ekonomi akan tercapai dari peran kebijakan fiskal pemerintah. 

7.Jelaskan inti pandangan Mazhab Historis yang terutama sangat berkembang di Jerman
Jawab
Inti dari pendangan Mazhab Historis adalah sebagai berikut:
a.       Motif orang dalam bertindak tidak hanya didasarkan atas laba dan kepentingan pribadi, tapi dipengaruhi oleh motif lain yang beraneka ragam.
b.      Mazhab Historis mengecam konsep mekanisme pasar yang dinilai tidak etis dan terlalu mekanis
c.       Kegiatan masyarakat harus dilandaskan suatu sistem yang menyeluruh yang mencakup semua organisme dalam kehidupan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
d.      Untervensi pemerintah harus ada untuk menciptakan keadilan sosial
e.       Fenomena ekonomi merupakan produk perkembangan masyarakat secara keseluruhan sebagai hasil perjalanan sejarah. Sehingga kesimpulan dan prinsip-prinsip ekonomi harus berdasarkan empiris sejarah, dan bukan diakui secara universal. Alasannya adalah prinsip ekonomi juga dipengaruhi oleh agama, nilai-nilai, norma-norma, adat-istiadat dan tradisi
f.       Mazhab Historis tidak setuju dengan pendekatan deduktif yang digunakan mazhab Klasik karena dinilai tidak realistis, terlalu abstrak dan teoritis karena beberapa postulanya mmenngklaim secara universal. Sehingga mazhab Historis menciptakan metode induktif-historis dengan mengumpulkan realitas ekonomi dari sejarah yang kemudian diambil kesimpulan secara umum. Sehingga hukum/dalil ekonomi hanya berlaku di suatu tempat pada waktu tertentu.  

8. Apakah relevansi pandangan Mazhab Historis bagi kepentingan masyarakat dewasa ini?
Jawab
Fokus dari ajaran Mazhab Historis adalah bersifat nasionalistik. Mazhab Historis mengajarkan bahwa setiap negara memiliki latar belakang sejarah berbeda-beda, sehingga akan tercermin kepada sikap dan perilaku serta kondisi ekonomi secara keseluruhan di negara tersebut. Berangkat dari hal ini, maka kebijakan pemerintah suatu negara terhadap perekonomiannya juga berbeda termasuk berimplikasi kepada konsumsi, tingkat pendapatan dan lain-lain. Sebagian negara ada yang ditopang oleh sektor pertanian, dan sebagian lagi ditopang oleh sektor industri dan perdagangan. Sehingga kebijakan yang mendasar dari pemerintah pun berbeda-beda. Dengan kata lain, dalam memunculkan kebijakan ekonomi dan upaya-upaya mencapai kesejahteraan, pemerintahan suatu negara wajib menyesuaikan dengan karakteristik dan ciri khas di negara masing-masing.


9.1.             Jelaskan beberapa kelemahan teori JM Keynes
Jawab
Beberapa kelemahan dari teori Keynes sebagai berikut:
a.       Teori Keynes sebagian besar menyoroti persoalan-persoalan ekonomi secara makro, padahal, persoalan ekonomi tidak hanya ditinjau dari aspek makro, tapi juga mikro ekonomi seperti perilaku konsumen, utilitas, demand dan supply. Dan persoalan ekonomi yang muncul tidak parsial (hanya salah satu dari makro/mikro), tapi integral.
b.      Dalam teorinya, sisi pengeluaran dan penerimaan, permintaan dan penawaran dipandang secara agregat, sehingga tidak mempertimbangkan aspek riil.
c.       Sehingga dari hal di atas, teori Keynes tidak mempertimbangkan dan memperhitungkan aspek jangka panjang dari setiap dampak ekonomi yang muncul, sehingga akan sulit memprediksi kinerja ekonomi di masa depan
d.      Keynes percaya bahwa peran pemerintah dalam bentuk intervensi dan mengendalikan kondisi ekonomi akan dapat membawa perekonomian suatu negara lebih baik. Sementara sebagian besar pakar ekonomi (terutama yang beraliran Klasik, dan Neo-Klasik) tidak setuju dengan pendapat tersebut karena bagi mereka, intervensi pemerintah (sekecil apapun) sama artinya dengan pengekangan kebebasan individu dalam aktifitas ekonominya. Sementara di sisi lain, Keynes sendiri adalah salah satu pemikir ekonomi yang beraliran Klasik/Neo Klasik yang notabene anti terhadap campur tangan pemerintah.
e.       Fokus dari teori Keynes terletak pada kebijakan fiskal dari pemerintah yang bersifat ekspansif. Artinya, Keynes selalu menganggap bahwa persoalan ekonomi dapat diselesaikan dari kebijakan pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Misalnya, didalam kondisi terjadi pengangguran di suatu negara, pemerintah harus meningkatkan pengeluarannya dalam bentuk proyek-proyek padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Sementara di sisi lain, jika terjadi kondisi di mana harga naik, maka pemerintah dapat menaikkan pajak (penerimaan) untuk meredam jumlah uang beredar terlalu besar. Amun kelemahannya adalah
f.       Inflasi dipandang sebagai pengeluaran agregat yang terlalu besar. Sehingga acara mengatasinya dengan memperbesar penerimaan pemerintah (pajak) dan mengurangi pengeluaran (subsidi). Di sisi lain, teori Keynes memandang tingkat suku bunga tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah uang meredar, pada kenyataanya dalam kondisi saat ini, suku bunga sangat berkorelasi terhadap jumlah uang beredar. 

10. 1.             Jelaskan tentang teori kerja menurut Ricardo dan bagaimana pula pengembangannya oleh Karl Marx?
Jawab
Tentang teori nilai kerja dan upah alami dari David Ricardo, ia menjelaskan bahwa nilai jtukar suatu barang ditentukan oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan baran tersebut, yaitu berupa biaya bahan mentah dan upah buruh yang besarnya hanya cukup untuk bertahan hidup (subsisten) bagi buruh yang bersangkutan yang kemudian disebut natural wage. Jika harga yang ditetapkan lebih besar dari biaya-biaya (termasuk upah alami),maka dalam jangka pendek perusahaan akan mengalami laba ekonomi. Adanya laba ini akan menarik perusahan lain untuk ikut masuk ke pasar. Dengan masuknya perusahaan lain maka produksi akan meningkat, dan akibatnya akan terjadi kelebihan produksi di pasar. Kelebihan barang tersebut akan mendorong harga turun kepada keseimbangan semula. Dengan asumsi bahwa biaya mentah relatif konstan, Ricardo menyimpulkan bahwa yang paling menentukan tingkat harga adalah tingkat upah alami (natural wage) yang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan setempat. Biasanya kenaikan natural wage terjadi secara proporsional sesuai dengan kebiasaan yang terjadi.
Dalam perspektif Karl Marx, natural wage yang diterima oleh kaum buruh hanya bersifat subsisten. Padahal, nilai dari hasil kerja yang diberikan para buruh jauh lebih besar dari jumlah yang diterima buruh sebagai natural wage.  Oleh Marx, kelebihan nilai produktifitas kerja buruh atas upah alami disebut sebaai Surplus Value yang dinikmati oleh para pemilik modal. Semakin  kecil upah alami yang dibayarkan, semakin besar surplus value yang dinikmati oleh pemilik modal. Marx menyebutnya sebagai upah besi. Menurut Marx, semakin besar pengisapan atau eksploitasi dari pemilik modal kepada kaum buruh. Leboh rinci, Marx menyatakan bahwa nilai (harga riil) dari suatu komoditas ditentukan oleh nilai labor yang diejawantahkan baik langsung maupun tidak langsung dalam komoditas plus laba. Dalam jangka pendek, harga komoditas tidak ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Harga bisa berbeda dari nilai labor yang diikutsertakan ke dalam komoditas tersebut. dalam jangka panjang, harga secara sistematis justru menjauh dari nilai labor. 


11.Jelaskan beberapa kesamaan dan perbedaan antara aliran Fisiokrat dan Aliran Klasik
Aliran Klasik
-       Sumber kekayaan suatu negara adalah dari perdagangan luar negeri
-       Kehidupan perekonomian diatur atas oleh mekanisme pasar
-       Keseimbangan ekonomi akan terjadi pada kondisi full employment
-       Penawaran dapat menciptakan permintaannya sendiri
-       Analisa ekonomi berdasarkan rasionalitas sistematis
-       David Ricardo memunculkan teori sewa tanah (land rent); teori nilai kerja (labor theory of value); teori upah alami (natural wage); teori uang dan teori keunggulan komparatif
Penentuan tingkat sewa tanah ditentukan oleh marginal land, yaitu tanah yang paling tidak subur yang terakhir kali masuk pasar

aliran fisiokrat
-       Sumber kekayaan riil adalah dari kekayaan alam
-       Pemerintah tidak perlu ikut campur, karena alam akan mengatur semua kegiatan
-       Pemikiran ini lahir dari reaksi atas pemikiran merkantilis yang lebih mendominasikan ekonomi berbasis industri namun menelantarkan alam
-       Sistem perekonomian suatu negara seperti tubuh biologi manusia (Quesnay; 1758), membentuk satu kesatuan yang harmonis. Artinya, hubungan antar bagian dalam ekonomi terbentuk utuh dan menyeluruh dengan hukum-hukum sendiri
-       Masyarakat dibagi 4 golongan yaitu: 1) kelas produktif yang aktif mengolah tanah (pertanian dan pertambangan); 2) kelas tuan tanah; 3) kelas yang steril (tidak produktif seperti tuan tanah dan pengrajin; 4) kelas buruh yang menerima upah dan gaji dari tenaganya
-       Kelas tuan tanah hanya sebagai ekploitastor sumber daya
-       Industri dan perdagangan dinilai tidaki produktif karena hanya mengubah bentuk/sifat barang
-       Kebijakan pemerintah harus berpihak kepada petani karena dinilai sangat produktif, dan bukan kepada saudagar dan tuan tanah
-       Kegiatan ekonomi berjalan menurut circular flow yag berkaitan dengan peredaran barang dan peredaran uang.


12.1.             Jelaskanlah tentang sejarah timbulnya aliran Keynesian yang melakukan revolusi perubahan aliran Klasik yang telah mengalami kebuntuan
Jawab
Berawal dari keberhasilan para tokoh neo Klasik dalam menyanggah teori dan kritikan Marx terhadap sistem kapitalis, maka selanjutnya perekonomian pada awal abad ke 20 berjalan sesuai dengan faham laissez faire-laissez passer seperti keinginan kaum Klasik dan Neo Klasik. Di dasarkan atas pernyataan “supply creates its own demand” dari Jean Baptis Say, maka kemudian setiap perusahaan berlomba-lomba melakukan produksi sebanyak-banyaknya. Akibatnya, produksi tidak terkendali pada tahun 1930-an dan dunia mengalami krisis yang luar biasa. Perekonomian ambruk, jumlah pengangguran terbuka semakin bertambah, inflasi melonjak tidak terkendali, sehingga tidak ada satu pun teori ekonomi dari kaum Klasik maupun Neo Klasik yang mampu menjawab dan memberikan solusi dari persoalan tersebut. Kelumpuhan teori Klasik dan Neo Klasik ini ternyata terselamatkan oleh seorang pemikir ekonomi bernama JM Keynes (1883-1946). Dalam perjalanannya, ia banyak mengkritik konsep Klasik dan Neo Klasik dan memunculkan teori-teori revolusioner pada zaman itu sebagaimana yang sudah dijelaskan pada pertanyaan lainnya.

13.1.             Di dalam perjalanannya teori John Maynard Keyness semenjak tahun 1970-an telah dikritik mengingat adanya hal-hal yang dianggap kurang sempurna. Jelaskan kritik tersebut
Jawab:
Kritik yang dilontarkan kepada teori JM Keynes pada tahun 1970-an dikarenakan adanya ketidaksinkronan antara konsep yang diterapkan dengan realitas dari persoalan yang dihadapi pada saat itu. Beberapa kritikan tersebut muncul dair aliran Monetaris dan neo-klasikal konservatif serta merujuk kondisi yang terjadi di era 1970-an sebagai berikut:
a.       Selama tahun 1960-an orang percaya bahwa ada hubungan terbalik antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran, yaitu jika inflasi meningkat maka jumlah pengangguran akan turun, begitu juga sebaliknya sebagaimana yang dijelaskan oleh teori dan kurva Philips. Namun pada tahun 1970-an, teori Keynes menjadi tidak sinkron terhadap kondisi ekonomi saat itu. Harga-harga menunjukkan kecenderungan peningkatan yang sangat tinggi, didorong oleh naiknya harga minyak pada tahun 1973-1974. Dalam sejarah, harga minyak berawal US$ 1,8 per barel pada tahun 1970, dan menjadi US$ 10 per barel pada tahun 1974 akibat perang Arab-Israel. Harga minyak naik lagi ke level diatas US$ 20 per barel akibat Revolusi Islam Iran tahun 1979. Setahun berikutnya harga minyak naik ke kisaran US$ 30-39 per barel akibat perang Iran-Irak. Invasi Irak ke Kuwait tahun 1990 juga kembali mendongkrak harga minyak dunia diatas US$ 40 per barel. Kemudian meningkatnya tensi perang Irak harga minyak juga ikut naik diatas harga US$ 50 per barel tahun 2004 (sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-855486/riwayat-harga-minyak-dunia). Dampak dari kenaikan harga tersebut justru membuat jumlah pengangguran bertambah, sementara upaya pemerintah melalui kebijakan pengeluarannya justru menambah inflasi menjadi parah.
b.      Beberapa pakar ekonomi dari golongan Neo-Klasik konservatif tidak suka kepada pemikiran Keynes yang menyatakan bahwa perlu ada campur tangan pemerintah dalam mengarahkan dan membimbing perekonomian pada arah yang diinginkan. Bagi mereka, intervensi pemerintah justru menjadi ancaman bagi kebebasan individu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Friedrich August von Hayek dalam bukunya The Road of Serfdom (1944), bahwa sekali pemerintah melakukan intervensi pasar, ini akan mengarah kepada sosialisme, yang pada akhirnya akan menyebabkan berkurangnya kebebasan.
c.       Munculnya aliran Monetaris yang merupakan bentuk protes dan kekecewaan terhadap teori Keynesian sehingga menimbulkan perbedaan besar dalam menyelesaikan persoalan ekono, antara lain: kaum Monetaris tidak percaya kepada teori Keynesian yang menyatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat out put rendah, karena kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar pada posisis keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh. Kubu monetaris mengkritik adanya kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model yan dikembangkan kubu Keynesian. Kubu moneter leih menyukai kebijakan moneter yang kontraktif, sementara kubu Keynesian berpendapat pada kebijakan pengeluaran pemerintah yang ekspansif.
d.      Dalam membahas fluktuasi ekonomi, teori Keynes menyatakan bahwa fluktuasi ekonomi terjadi karena terjadinya perubahan dalam faktor-faktor yang menentukan pendapatan nasional seperti pengeluaran pemerintah, investasi dan konsumsi masyarakat. Sementara aliran Monetaris melihat bahwa fluktuasi ekonomi disebabkan oleh pelonjakan dalam jumlah uang beredar akibat adanya kebijakan ekspansif dari pemerintah.
e.       Teori Keynes tidak memperhatikan analisis jangka panjang, sementara aliran Monetaris justru menganggap dampak jangka panjang dari berbagai kebijakan ekonomi harus diperhatikan untuk mengetahui kekuatan pasar.
f.       Teori Keynes berpendapat bahwa pemerintah sebaiknya memegang peran utama dalam mengarahkan jalannya perekonomian lewat kebijakan counter-cyclical dan fine-tuning. Sementara aliran Monetaris justru menganggap bahwa peran pemerintah harus dibatasi demi kelancaran jalannya perekonomian.
g.       Teori Keynes menganggap bahwa tingkat suku bunga tidak memengaruhi jumlah uang beredar sehingga berdampak kecil kepada pengeluaran agregat. Namun menurut aliran Monetaris, tingkat suku bunga sangat berpengaruh terhadap jumlah uang beredar sehingga sangat berpengaruh terhadap pengeluaran agregat.
h.      Aliran Monetaris mengkritik analisis IS-LM dari Keynes bahwa telah mengabaikan pasar tenaga kerja.


14.1.             John Maynard Keynes telah melakukan revolusi besar-besaran dalam ilmu ekonomi dengan mengubah paradigma teori Klasik. Jelaskan…
jawab:

Berikut ini dapat dibandingkan revolusi pemikiran yang dimunculkan oleh Keynes terhadap aliran Klasik

Teori Klasik :
-       Perekonomian dilandaskan pada kekuatan pasar (mekanisme pasar) dan selalu menuju keseimbangan (equilibrium)
-       Dalam kondisi equilibrium, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan
-       Daya beli dianggap sebagai balas jasa atas upah, gaji, sewa, suku bunga dan balas jasa lain yang kemudian dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan
-       Jika terjadi disequilibrium (Supply lebih besar dari Demand), maka hanya bersifat sementara dan akan kembali normal karena ada invisible hands yang mengatur keseimbangan tersebut
-       Dalam kondisi equilibrium, semua sumber daya, termasuk tenaga kerja digunakan secara penuh (full-employed) sehingga dipastikan tidak ada pengangguran
Konsekuensinya adalah, pekerja terpaksa menerima upah rendah daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali, sehingga perusahaan akan mempekerjakan mereka dalam jumlah besar (tidak berlaku untuk voluntary unemployment)

Teori Keynes
-       Perekonomian berjalan menurut mekanisme pasar dan mencapai keseimbangan pada titik di bawah full-employment
-       Pada kenyataannya, permintaan (demand) lebih kecil daripada penawaran (supply) karena sebagian pendapatan yang diterima masyarakat ditabung dan tidak semua dikonsumsi
-       Sehingga permintaan efektif lebih kecil dari total produksi
-       Kebijakan menurunkan harga hanya akan menurunkan pendapatan juga yang pada akhirnya menurunkan daya beli sehingga membuat stok produksi menumpuk
-       Rasionalisasi perusahaan terhadap tenaga kerja atas respon kondisi di atas, justru akan menambah jumlah pengangguran dan menyebabkan daya beli masyarakat semakin rendah
-       Supply Creates its own demand hanya berlaku pada kondisi perekonomian tertutup
-        Dalam perekonomian terbuka, sudah mengenal tabungan yang dianggap sebagai kebocoran (leakage), sehingga pengeluaran tidak lagi sama dengan arus pendapatan
-       Seandainya tabuungan tersebut dialihkan kepada lembaga keuangan dan disalurkan kepada investor sekalipun, tetap ada perbedaan motivasi menabung antara investor yang berorientasi kepada profit dengan masyarakat yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan hidup.
-       Argument tersebut membuat Keynes mengeluarkan postulat bahwa ada 3 alasan orang menabung yaitu untuk Konsumsi, jaga-jaga (precautionary), dan transaksi.
-       Dalam hal full-employment, pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan mekanisme pasar menurut pandangan klasik. Karena ada serikat pekerja yang memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan pekerja dari penurunan tingkat upah itu sendiri
Dalam batas kondisi tertentu, peran pemerintah sangat diperlukan. Jika terjadi pengangguran, maka pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya yang bersifat padat karya untunk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar


15.1.             Sejumlah mazhab ilmu ekonomi sejak Merkantilisme, Fisiokrat, Klasik, dan Mazhab Historis, masing-masing telah menunjukkan keistimewaannya. Jelaskan keistimewaan masing-masing Mazhab tersebut dalam kaitan arti pentingnya pembangunan ekonomi di Indonesia di masa kini

1     Ekonomi Zaman Pra-Klasik
Pada masa pra-klasik pemikiran-pemikiran ekonomi dapat dikelompokkan menjadi masa Yunani Kuno, skolastik, merkantilisme dan masa fisiokrat.

            Masa Yunani Kuno
Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini yaitu Plato, Aristoteles, Xenophone.
-          Plato
Gagasan Plato tentang ekonomi timbul dari pemikirannya tentang keadilan dalam sebuah negara ideal. Kata Plato, dalam sebuah negara ideal, kemajuan tergantung pada pembagian kerja yang dimaksudkan untuk pembangunan kualitas kemanusiaan. Plato dapat dikatakan sebagai orang yang sangat mengecam kekayaan dan kemewahan. Agar tiap orang bisa hidup sejahtera secara merata, maka manusia perlu dan berkewajiban mengendalikan nafsu keserakahannya untuk memenuhi semua keinginan yang melebihi kewajaran. Kalau nafsu keserakahan ini tidak bisa dikendalikan, maka sebagian orang akan hidup berkemewahan, sedang yang lain akan hidup dalam kesengsaraan & kehinaan. Dalam bukunya, Politika, Plato menjelaskan bahwa selain sebagai alat tukar, uang juga berfungsi sebagai alat pengukur nilai dan alat untuk menimbun kekayaan.
-          Aristoteles
Menurut Aristoteles, ekonomi merupakan suatu bidang tersendiri, yang pembahasannya harus dipisahkan dengan bidang lain. Beliau juga orang yang meletakkan pemikiran dasar tentang teori nilai (nilai) & harga (price). Pertukaran barang (exchange of commodities) dan kegunaan uang dalam pertukaran barang tersebut. Aristoteles membedakan proses ekonomi ke dalam dua cabang, yaitu kegunaan (use) dan keuntungan (gain). Lebih spesifik ia membedakan oeconomic dan chrematistik. Oeconomic atau limu ekonomi di definisikan sebagai “the art of house-hold management, the administrations of one’s patrimony, the careful hasbanding of resources. Sedangkan chrematistik mengimplikasikan penggunaan sumber daya alam atau keterampilan manusia untuk tujuan-tujuan yang bersifat acquisitive dalam chrematistic.
-          Xenophon
Menurut Xenophon kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos dan Nomos yang berarti pengaturan atau pengelolaan rumah tangga. Karya utamanya adalah On The Means of Improving The Revenue of The State of Athens. Dalam buku tersebut, Xenophon menguraikan bahwa negara Athena yang mempunyai beberapa kelebihan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan negara.

b.      Masa Skolastik
Pemikiran kaum skolastik menekankan pada kuatnya hubungan ekonomi dengan masalah etika, serta besarnya perhatian pada masalah keadilan. Hal ini disebabkan karena tokoh-tokoh aliran tersebut dipengaruhi dengan kuat oleh ajaran gereja. Tokoh-tokoh yang dari aliran ini antara lain,  St. Albertus Magnus, dan St. Thomas Aquinas.
-          St. Albertus Magnus
Albertus Magnus adalah seorang filsuf Jerman yang berpendapat bahwa harga suatu barang seharusnya sama dengan biaya dan tenaga yang dikorbankan untuk menciptakan barang tersebut. Pendapat itu dikenal dengan istilah “harga yang adil dan pantas”.
-          St. Thomas Aquinas
Dalam bukunya yang berjudul Summa Theologica, Thomas Aquinas berpendapat bahwa memungut bunga dari uang yang dipinjamkan adalah tidak adil karena sama saja dengan menjual sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Pandangan tersebut sama dengan apa yang dilontarkan oleh Aristoteles yang mengutuk penarikan bunga, sebab bunga adalah keuntungan dari sesuatu yang dilakukan tanpa usaha dan biaya.

c.       Masa Merkantilisme
Istilah merkantilisme berasal dari kata merchant yang berarti pedagang. Menurut paham merkantilisme, tiap negara yang berkeinginan untuk maju harus melakukan perdagangan denagn negara lain. Paham merkantilisme banyak dianut di negara-negara Eropa pada abad ke-16, antara lain Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis dan Belanda. Masa merkantilisme ditandai sebagai periode dimana setiap orang masing-masing menjadi ahli ekonomi bagi dirinya sendiri.
-          Jean Bodin
Menurutnya, bertambahnya uang yang diperoleh dari perdagangan luar negeri dapat menyebabkan naiknya harga barang-barang. Selain itu, kenaikan harga-harga barang juga dapat disebabkan oleh praktik monopoli dan pola hidup mewah dari kaum bangsawan dan raja. Dalam praktik tersebut, biasanya rakyat menjadi korban, sehingga sangat dikecam pada saat itu. Teori Jean Bodin tentang nilai uang dinilai sangat maju, maka dari itu dalam selang waktu sekitar setangah abad, Irving Fisher menggunakannya sebagai dasar teorinya yakni teori kuantitas uang.
-          Thomas Mun
Menurut Mun, untuk meningkatkan kekayaan Negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat perdagangan. Dia berpedoman bahwa nilai ekspor keluar negeri harus lebih besar dibandingkan dengan yang di impor oleh Negara itu. Menurutnya pula, perdagangan masih tetap akan menguntungkan sekalipun tidak memiliki emas dan perak, dengan cara melakukan transaksi pembayaran lewat bank. Yang digunakan sebagai jaminan kredit adalah komoditi yang sedang diperjual-belikan itu(barter mungkin).
Suatu Negara yang memiliki terlalu banyak uang justru tidak baik karena menaikkan harga-harga, dan meskipun kenaikan tersebut akan meningkatkan pendapatan para pengusaha, namum kenaikan tersebut secara umum langsung merugikan dan mengurangi volume perdagangan, karena harga yang tinggi akan mengurangi konsumsi dan permintaan.
-          Jean Baptis Colbert
Ia mendorong usaha dalam sector kerajinan dan perdagangan dengan menekankan pengenaan pabea impor, dengan tujuan memberikan subsidi kepada kapal-kapal pengangkut Perancis, memperluas daerah jajahan Perancis, memperbaiki sisitem transportasi dalam negeri. Untuk mendukung kebijakan tersebut dibutuhkan tenaga kerja yang banyak dan murah, maka tenaga kerja Perancis dilarang keluar negeri, sedangkan imigran dari luar negeri di dorong masuk ke dalam Negara.
-          David Hume
Dalam teorinya, hume sangat memperhatikan factor keadilan, dan beranggapan bahwa ketidekadilan akan memperlemah suatu Negara. Setiap warga Negara harus menikmati hasil kerjanya sesuai dengan  kesempatan yang diperolehnya.
Jika tidak terjadi keadilan, maka kekayaan yang dimiliki oleh kaum kaya akan di distribusikan lagi bagi kaum miskin. Dengan cara itu, maka dapat terlaksanakan keadilan yang diinginkan oleh Hume tersebut.

d.      Masa Fisiokrat
Kaum fisiokrat menganggap bahwa sumber kekayaan adalah sumber daya alam. Aliran ini dinamai aliran physiocratism, yaitu penggabungan dari dua kata physic (alam) dan cratain atau cratos (kekuasaan), yang berarti mereka yang percaya pada hukum alam (believers in the rule of nature). Hukum alam yang penuh dengan keselarasan dan keharmonisan berlaku kapan saja dimana saja dan dalam situasi apapun (bersifat kosmopolit).
Tokoh utama aliran fisiokrat adalah Francis Quessnay (1694-1774). Pada tahun 1758 Quessnay menulis buku  Tableau Economique. Dalam buku tersebut Quessnay menggambarkan sistem perekonomian suatu negara seperti layaknya kehidupan biologis tubuh manusia. Antara satu bagian tubuh  dengan bagian lain membentuk suatu kesatuan yang harmonis. Begitu pula proses dan gejala kehidupan ekonomi jika dilihat dalam hubngan antara bagian yang asatu dengan yang lain membentuk suatu keseluruhan dengan hukum-hukum tersembunyi.
Masyarakat dibagi kedalam empat golongan:
1. Kelas masyarakat produktif,yaitu masyarakat yang aktif mengolah tanah seperti pertanian dan pertambangan.
2. Kelas tuan tanah
3. Kelas yang tidak produktif atau kelas steril, terdiri dari saudagar dan pengrajin
4. Kelas masyarakat buruh atau labor yang menerima upah dan gaji dari tenaganya
Quesnay menganjurkan agar kebijaksanaan – kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah harus ditujukan terutama untuk meningkatkan taraf hidup petani, bukan memberi hak – hak khusus kepada pemilik tanah dan para saudagar selama ini dinikmati dibawah pemerintahan merkantilisme. Kaum fisiokrat mengkritik kaum merkantilis yang menciptakan berbagai regulasi perdagangan ketika seharusnya dibebaskan dari kontrol. Kaum merkantilis dianggap membuat barang – barang menjadi lebih mahal dengan menetapkan pajak yang tinggi.
Fisiokrat menerapkan single tax, yaitu pajak yang hanya dikenakan kepada pemilik tanah. Pajak yang dianjurkan tinggi supaya orang tidak mempunyai keinginan untuk menguasai tanah berlebihan.

2.      Ekonomi Zaman Klasik
Periode klasik dalam ekonomi  dimulai sejak terbitnya buku Adam Smith yang berjudul The Wealth of Nation. Di buku ini yang akan dikupas lebih lanjut hanya hal-hal yang terkait dengan prespektif ekonomi diantaranya pandangan kaum klasik tetntang kekayaan, pembagian kerja, keserakahan manusia, mekanisme pasar, dan paham liberalism.
Teori-teori Adam Smith:
-          Teori Pembagian Kerja
Disimpulkan bahwa pembagian kerja akan memunculkan spesialisasi; orang akan memilih untuk mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.
¢  Pembagian kerja dilakukan agar memperoleh hasil (kekayaan) lebih efisien dan efektif (lebih baik)
¢  Keinginan pribadi sekalipun membutuhkan pembagian kerja
¢  Bisa diterapkan baik dalam tugas tertentu maupun antar sektor dan antar negara.
-          Keserakahan Manusia
Dalam meletakkan dasar-dasar ekonomi Smith secara ekspresif mengeleminiasi motif-motif lain selain kepentingan pribadi. Jelasnya dalam konsep-konsep yang dikembangkan oleh kaum klasik ada asumsi bahwa manusia adalah makhluk rasional yang akan berusaha memilih alternative terbaik dari berbagai pilihan yang tersedia. Adapun dorongan utama setiap pelaku ekonomi dalam tindakannya adalah kepentingan pribadi. Konsumen yang rasional akan berusaha memaksimumkan kepuasan dan produsen yang rasional berusaha memperolreh keuntungan yang sebesar-besarnya.
-          Mekanisme Pasar
Pada awalnya pasar diarrtikan sebagai tempat bertemunya konsumen dan produsen. Pada masa sekarang pasar sudah berkembang menjadi lebih jauh lebih rumit, mengintegrasikan individu-individu dan kelompok-kelompok. Proses integrasi pasar mendukung oleh apa yang disebut system harga. Dipasar semua pelaku ekonomi bekerja tanpa konflik social walau setiap orang berpartisipasi didorong kepentingan masing-masing.
¢  Motor penggerak kesejahteraan
¢  Fungsinya mengalokasikan sumberdaya yang langka secara rasional
¢  Invisible hand
¢  Bertemunya supply and demand
¢  Koordinasi melalui mekanisme harga
-          Teori Nilai
Smith mengatakan kemakmuran sebuah negara akan bergantung pada produktivitas pekerja terhadap kemakmuran, dimana pekerja dipekerjakan. Faktor pertama mendorong Smith untuk berdiskusi tentang division of labor, perdagangan, uang dan distribusi. Faktor kedua meliputi analisis modal.
Nilai perdagangan barang ditentukan oleh jumlah pekerja yang menjalankan barang di pasar. Tahap demi tahap dalam teori nilai pekerja ini memunculkan adanya ‘real cost’  teori nilai. Teori nilai ini mengandung pengertian pendapatan pekerja. Value menurut Smith dapat dibagi dua yaitu value in use dan value in exchange. Value in use ialah nilai kegunaan barang tersebut sedangkan value in exchange ialah nilai tukar dari barang itu.
-          Teori akumulasi kapital
Untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Pembagian harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dan akumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan, juga menitik beratkan pada Luas Pasar , pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi sehingga perdagangan internasional menarik perhatiannya karena hubungan perdagangan internasional itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri. Sekali pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada pasar yang dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan menaikan tingkat produktivitas tenaga kerja.
Teori pertumbuhan ekonomi dari Adam Smith adalah sebagai berikut:
a. Pembagian kerja
b. Proses pemupukan modal,
c. Agen pertumbuhan ekonomi,
d. Proses pertumbuhan.
Selain Adam Smith,Pemikir Ekonomi lain pada masa klasik diantaranya:
-          Jean Baptis Say
Adalah seorang pakar ekonomi kelahiran Perancis yang berasal dari keluarga saudagar dan menjadi pendukung pemikiran Adam Smith. Say memperbaiki sistem Adam Smith dengan cara yang lebih sistematis serta logis. Karya Say yaitu theorie des debouchees (teori tentang pasar dan pemasaran) dan dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law) yaitu supply creats its oven demand tiap penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Menurut Say dalam perekonomian bebas atau liberal tidak akan terjadi “produksi berlebihan” (over production) yang sifatnya menyeluruh, begitu juga pengangguran total tidak akan terjadi. Yang mungkin terjadi menurut Say ialah kelebihan produksi yang sifatnya sektoral dan juga pengangguran yang sifatnya terbatas (pengangguran friksi).
-          Thomas Mathus
Bagian yang paling penting dalam pola dasar pemikiran Malthus dan kerangka analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori tentang penduduk dengan bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population. Teori Malthus pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol menyebabkan penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan bahan makanan bertambah secara deret hitung.
-          David Ricardo
Teori yang dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat kelompok permasalahan yaitu: teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa tanah, teori bunga dan laba, teori tentang nilai dan harga, teori perdagangan internasional dan, teori tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.

-          John Stuart Mill
Penerus dari pemikiran Adam Smith, membuat pemikiran ekonomi klasik lebih manusiawi. J.S. Mill tidak terlalu kaku dengan campur tangan pemerintah. Menemukan konsep return to scale.

3.      Ekonomi Mazhab Sosialisme
Secara garis besar, gagasan ekonomi sosialis dapat dibagi menjadi 3 bagian:
a.      Sosialisme Sebelum Marx
Pemikiran klasik dari Adam Smith dkk. Mengundang reaksi kritis dari beberapa pihak. Sistem perkonomian yang dikembangkan Adam Smith telah menimbulkan kelas-kelas pemilik modal dalam masyarakat. Hal tersebut menimbulkan pemikiran system ekonomi sosialisme sebagai tandingan dari liberalism dan kapitalisme. Sosialisme sebelum marx ini ada yang utopis ada yang ditempuh dengan membuat komunitas bersama. Tokoh sosialisme utopis yang terkenal adalah Sir Thomas More. Dalam buku karangannya yang berjudul “Utopia”, dia menulis bahwa dalam Negara sosialis, untuk menghasilkan barang-barang dan jasa semua orang harus bekerja. Masyarakat dianjurkan hidup sederhana. Orang cukup bekerja 6 jam sehari. Dalam hidup penuh kebersamaan ini uang tidak dibutuhkan. Pakaian semuanya seragam. Perhiasan emas dan perak tidak dihargai. Pemerintah dijalankan secara demokratis.
Selain sosialisme yang bersifat utopis, ada juga yang berusaha merealisasikan gagasan sosialisme dengan membentuk komunitas terlebih dahulu. Di antaranya adalah Robert Owen, Charles Fourier dan Blanc. Robert Owen memperjuangkan peran pemerintah dalam pembentukan desa komunal berdasarkan asas koperasi. Untuk merealisasikan idenya, dia membuat percontohan di Indiana Amerika Serikat. Sayangnya desa percontohannya tidak ada yang berhasil.
b.      Sosialisme Marx
Karl Marx sangat benci dengan perkonomian yang liberal yang digagas Adam Smith. Dari segi moral Karl Marx melihat bahwa system kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Hal tersebut karena masyarakat liberal tidak peduli dengan kepincangan social. Marx mengajak kaum buruh untuk bersatu dan mengganti system ekonomi kapitalisme dengan yang lebih menjamin pemerataan untuk semua. Menurut Marx system ekonomi liberal menciptakan masyarakat berkelas-kelas. Lalu akumulasi capital hanya akan memperkaya kaum pemilik modal.
Dalam buku Manifesto Komunis dapat diikuti bagaimana teori Marx tentang pertentangan kelas. Menurut Marx, sejarah segala masyarakat yang ada hingga sekarang ini pada hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas. Pertentangan antara kelas tertindas dengan kelas penindas disebabkan oleh perebutan kesejahteraan. Teori pertentangan kelas pun dasarnya adalah filsafat dialektika materealisme historis. Teori Marx yang lain adalah mengenai surplus value. Menurut Marx, upah yang dibayarkan terhadap buruh itu tidak seimbang dengan apa yang dilakukan buruh. Hal tersebut berarti buruh dieksploitasi oleh kaum pemilik modal.
c.       Pembaharuan terhadap Marxisme
Ide-ide Marx menyebar sebagai anti tesis terhadap kapitalisme. Para pendukungnya pun melakukan gerakan sampai terbentuk Negara komunis yaitu Rusia. Namun banyak dari pendukungnya yang menafsirkan ulang pemikiran Marx sehingga menciptakan varian-varian baru dalam ideology sosialisme.
-          Leninisme
Lenin berpendapat bahwa pada akhirnya Negara-negara kapitalisme akan melakukan monopoli perdagangan. Lalu dia pun berpendapat bahwa komunisme pada awalnya akan berhasil di Negara yang kapitalismenya paling maju, hanya saja para buruh disana disogok oleh serikat buruh dan kenaikan upah sehingga tidak melawan. Lenin juga mengkritik pembangunan yang tak imbang, bahkan pada Negara kapitalis sendiri. Negara kapitalis baru seperti Amerika, tumbuh lebih cepat disbanding Negara kapitalis lama seperti Perancis. Lenin berhasil melakukan Revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917.
-          Revisionisme
Revisionis meyakini bahwa sosialisme tidak harus diraih dengan cara kekerasan atau revolusi. Berbeda dengan Marx dan Engel yang berpendapat bahwa kapitalisme akan jatuh dengan revolusi kaum proletariat, revisionis meyakini bahwa cara untuk menjatuhkan kapitalisme adalah dengan menegakan demokrasi. Selain itu kaum buruh harus melibatkan diri dalam serikat kaum buruh agar daya tawar buruh semakin kuat. Tokoh revisionism diantaranya Mikhail Tugan Baranovsky dan Karl Kautsky.
-          Aliran Kiri Baru
Secara sederhana, aliran kiri baru dapat diartikan kombinasi Marxisme-Leninisme ortodoks dengan pemikiran radikal baru. Perbedaan kaum kiri baru dengan Marxisme ortodoks adalah bagi kaum kiri ortodoks, kejatuhan kapitalisme itu pasti. Namun bagi kaum kiri baru, sama seperti revisionis, kejatuhan sosialisme tidak pasti malah tidak mesti terjadi. Kaum kiri bari berpendapat bahwa kaum buruh hakikatnya teralienasi dari pekerjaan mereka. Hal ini karena mereka tidak punya keputusan-keputusan dalam pekerjaannya.

4.      Ekonomi Mazhab Neo-Klasik
Berbagai serangan yang diajukan para ekonom sosialis terhadap ekonomi liberal membuat para pakar ekonomi liberal mempelajari teori-teori sosialisme untuk kemudian menjawabnya. Jawaban ekonom liberal terhadap serangan Marxis menghasilkan mazhab ekonomi baru yakni mazhab ekonomi neo-klasik yang merupakan pemantapan terhadap ekonomi klasik. Tokoh-tokoh Mazhab Neo-Klasik diantaranya Alfred Marshall, Leon Walras, Carl Menger dan W. Stanley Jevons. Walaupun penelitian mereka dilakukan secara terpisah, namun mereka mempunyai hasil yang sama terhadap teori pendekatan marjinal .Para ekonom neo-klasik menemukan teori marjinal dalam produksi dan konsumsi. Penemuan mereka membuat ekonomi menjadi semakin mikro. Marjinal adalah pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap perilaku konsumen serta penetapan harga di pasar.
Selain teori marjinal yang ditemukan saat masa neo-klasik, pada masa ini pun ditemukan teori pasar monopolistis atau persaingan tidak sempurna. Pada masa klasik orang percaya saja dengan asumsi bahwa pasar itu bersifat persaingan sempurna. Sampai Sraffa mengamati bahwa pada kenyataannya pasar barang tidaklah sempurna. Yang banyak adalah pasar yang mendekati monopoli atau monopolistic. Kondisi pasar yang tidak sempurna ini membuat kesejahteraan seperti yang diinginkan ekonom liberal hanya dalam angan belaka.
Lalu pada masa klasik ini ditemukan juga games theory dan asymmetric information. Konsep Games theory dikembangkan oleh Bertrand dan Cournot, lalu dosempurnakan oleh John Nash. Games theory bekerja atas asumsi informasi simetris. John Harsanyi mengembangkan Games Theory dalam keadaan informasi yang tidak simetris.
-          Mazhab Austria
Pendukung dan pemakai konsep marginal kebanyakan dari Mazhab Austria. Ekonom neo klasik yang terkenal dari mazhab ini diantaranya: Karl Menger, Freidrich Von Wieser dan Eugen Von Bohm Bawerk.
-          Mazhab Laussane
Langkah lebih maju yang disumbangkan pemikir neo-klasik adalah analisis yang lebih komprehensif tentang teori keseimbangan umum oleh Leon Walras. Walras dapat dianggap sebagai pendiri aliran Laussane. Sewaktu Walras meninggal, posisinya digantikan oleh Vilfredo Pareto. Pareto ini terkenal dengan teori Pareto efisien. Pemikiran Walras sebenarya tidak begitu dikenal sampai akhir hayatnya, berkat jasa Alfred Marshall pemikiran Walras bisa diakui.
-          Mazhab Cambridge
Alfred Marshall adalah tokoh di mazhab Cambridge. Marshall berpendapat bahwa factor-faktor subjektif pun berperan dalam penentuan tingkat harga. Seperti selera, pendapatan, dll. Bagi Marshall, Ilmu Ekonomi adalah untuk sarana untuk memperbaiki kesejahteraan manusia. Ilmu ekonomi pun sebagai daya untuk menemukan kebenaran.


16.1.             Jelaskan tentang pendapat Peter Drucker  tentang pembangunan teori ekonomi
Peter Drucker adalah Bapak Manajemen Modern, sehingga dia diberi penghargaan dimana namanya di cantumkan pada Peter Drucker and Matoshi Ito of School Management di Claremont Graduate University. Peter F. Drucker menganggap bahwa para pebisnis yang ada di dunia ini, harus mempelajari manajemen militer untuk dapat sukses dalam bisnis dan perkembangan perusahaan. Adapun tiga bidang yang harus dipelajari oleh para pebisnis dan manajemen untuk mengadopsi manajemen militer adalah :

Pelatihan dengan sistem militer, dimana Peter Drucker sangat menghormati filosofi dalam pelatihan militer dengan asumsi pertama adalah semakin giat kita berlatih, semakin mudah melakukan tindakan militer yang sesungguhnya, maka semakin baik kinerja kita. Kemudian asumsi kedua adalah serdadu berpangkat rendah pun, mampu memiliki kemampuan meraih level tanggung jawab dan komando tertinggi. Hal ini teringat dengan pepatah," Dalam setiap ransel prajurit, terdapat tongkat marsekal." Dalam kemiliteran, keharusan setiap prajurit bisa membawa tongkat kepemimpinan, terutama pada saat berperang, jadi siapa saja diharuskan bisa untuk memimpin. Napoleon mengambil banyak Jendral dan Marsekal dari prajurit-prajurit yang di naikkan pangkatnya, karena mereka sudah mengetahui dan berpengalaman dalam situasi kemiliteran. Jadi, dalam kemiliteran semakin giat kita berlatih, maka semakin baik kinerja kita, maka semakin efektif, efisien dan berhasil kita.
Penerapan sistem promosi, Sistem promosi di kalangan militer Amerika, menurut Peter Drucker seperti rantai yang sambung menyambung, dimana promosi didasarkan dari pengalaman dan kepantasan, seperti dimulai dari pangkat terendah ( Bintara Yunior ) sampai ke pangkat Mayor Jendral dan ada Dewan Promosi yang bertemu untuk menetapkan siapa yang akan di promosikan. Dewan Promosi ini menentukan siapa yang memiliki kualitas terbaik, untuk memperoleh kenaikan posisi, jabatan atau pangkat. Alat utama untuk laporan promosi adalah laporan evaluasi yang di capai setiap tahun, meski tiap pangkat berbeda-beda laporan evaluasinya, biasanya evaluasi menilai sejumlah kriteria tertentu yang secara umum seperti cara berkomunikasi, pengambilan keputusan, memotivasi, perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengembangan pribadi dan kelompok/team, serta pembelajaran.
Kepemimpinan, dimana delapan aturan kepemimpinan universal menurut Peter F. Drucker, yaitu : Utamakan integritas, kenali perangkat kita, ungkapkan harapan, tunjukkan komitmen yang luar biasa, harapkan selalu hasil yang positif, urus dan perhatikan bawahan atau anak buah, utmakan tugas diatas urusan pribadi dan selalu berada di depan.
Peter F. Drucker percaya bahwa para pebisnis dan perusahaan harus melihat dan mempraktekkan apa yang telah dilakukan oleh militer Amerika Serikat, untuk  memimpin perusahaan. Adopsilah sistem militer untuk meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan perusahaan.

(lahir di Kaasgraben, Vienna, Austria, 19 November 1909 – meninggal di Claremont, California, Amerika Serikat, 11 November 2005 pada umur 95 tahun) adalah seorang penulis, konsultan manajemen, dan “ekolog sosial.” Ia sering disebut sebagai bapak “manajamen modern.” Ratusan artikel ilmiah dan populer serta 39 bukunya menjelaskan bagaimana manusia diorganisir pada setiap sektor masyarakat—bisnis, pemerintah, maupun organisasi non-profit. Tulisan-tulisannya juga berhasil memprediksi berbagai peristiwa yang terjadi pada abad ke-20 seperti privatisasi dan desentralisasi; kebangkitan Jepang sebagai kekuatan ekonomi dunia; peran pemasaran yang semakin meningkat; dan kebutuhan akan sebuah masyarakat informasi. Pada tahun 1959, Drucker memperkenalkan istilah “Pekerja pikiran” (knowledge worker).

Minat yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan membuatnya dikenal seorang yang multi disiplin dan pemikir humaniter. Berbagai tulisan dan buku-buku ia tulis selalu menarik minat untuk dibaca. Minatnya terhadap peristiwa aktual dan angka-angka, secara alami menjadikannya seorang wartawan keuangan. Inilah modal ia melahirkan pemikiran tentang manajemen disusul dengan gelar doktor yang diraihnya di Frankfurt. Susul menyusul buku-buku manajemen ekonomi ia rilis, selalu mendapat sambutan hangat dari pembaca. Sebagai seorang penulis, tulisannya mudah dipahami, sebagai seorang pembicara yang fasih ia sangat disenangi pendengarnya.  Peter Drukerlah yang pertama mendefinisikan seni manajemen yang efektif. Pengaruh kepionirannya pada gagasan dan praktek manajemen yang ada dewasa ini belum tertandingi di seluruh dunia. Meskipun dia hidup di Amerika selama lebih dari 60 tahun, namun pengaruh dan kenangan Eropa Tengah pada umumnya, dan Vienna pada khususnya, masih kuat. Meskipun aksen Jermanya masih kental, Druker adalah pembicara Bahasa Inggris dengan kejernihan dan kepasihan yang mengagumkan. Logikanya tanpa cela dan selalu mampu mengingatkan fakta, angka dan lelucon segar.

Druker mengajarkan struktur desentralisasi. Ini didapatkan dari studi kasus di General Motors. Ia menyebutkan, kantor pusat harus menahan diri untuk tidak mengatur suatu divisi bagaimana melakukan pekerjaanya. Drucker berkomentar: Apa yang baik bagi Amerika adalah baik pula bagi  General Motors (1953). Beberapa gagasan yang baik untuk jadi tindakan dikemukakan Drucker setiap waktu. Misalnya, luangkan waktu sebanyak yang diperlukan dalam membuat keputusan yang mempengaruhi orang banyak. Kemudian memastikan semua orang memahami mengenai apa sebenarnya bisnis yang dilakukan. Dan jangan pernah tinggalkan untuk mempelajari apa yang terjadi di luar bisnis dan diantara pelanggan maupun non pelanggan.

Pemikiran Drucker tidak jauh dari manajemen berdasarkan sasaran. Desentralisasi dan delegasi. Mengelola pekerjaan pengetahuan. Menggunakan fokus pelanggan. Melakukan manajemen waktu. Mengembangkan kekuatan inovasi. “Pada akhirnya, visi dan tanggung jawab moral yang mendefinisikan seorang manajer,” ungkap Peter Drucker. Sayangnya, realitas pada banyak tempat dan badan usaha, trik individualitas sering kali merasuk dan membusukkan keadaan. Karena ambisi pribadi telah mengaduk diri dalam kepentingan bisnis.

Kutipan dari Peter Drucker yang masih relefan hingga kini antara lain:

“Cara terbaik memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya.”
“Management is doing things right; leadership is doing the right things.”
“Apa yang bisa diukur pasti bisa ditingkatkan.”
“Budaya perusahaan memiliki sifat yang mirip dengan budaya sebuah negara. Jangan pernah mencoba mengubahnya. Alih-alih begitu, cobalah untuk bekerja dengan budaya yang ada.”
“The most important thing in communication is hearing what isn’t said.”
“Tujuan dari bisnis adalah menciptakan dan mempertahankan pelanggan.”
“People who don’t take risks generally make about two big mistakes a year. People who do take risks generally make about two big mistakes a year.”
“Tak ada yang lebih tak berguna daripada berusaha melakukan efesiensi untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan sama sekali.”



17.1.             Jelaskan hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan
Jawab
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).

Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.

Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.

Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.

Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.

Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).

Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.

Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah. Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri (1982:22), –dengan meminjam pemikiran Will Durant– menjelaskan hubungan antara ilmu dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.

Untuk melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992)

Ilmu
Filsafat

 Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
  Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan
    Obyek penelitian yang terbatas
    Keseluruhan yang ada
   Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.
   Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan: religi, kesusilaan, keadilan dsb.
     Bertugas memberikan jawaban
      Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu


Daftar Pustaka

Achmad Sanusi,.(1998 ), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung :PPS-IKIP Bandung.
Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.
Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.
Filsafat_Ilmu,  members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm.
Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar Harapan.
Mantiq,  media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm.
Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988 ), Kuliah Tawhid, Bandung : Yayasan Pembina Sari Insani



18.1.             Jelaskan hubungan antara filsafat dengan budaya ilmiah
Jawab
Hubungan Filsafat dengan Kebudayaan
Pada pokoknya kebudayaan adalah semua ciptaan manusi ayang berlangsung dalam kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi, yaitu pendidikan adalah proses pengeporar kebudayaan dalam arti membudayakan manusia aspek lain dari fungsi pendidikan adalah mengolah kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah laku, bahkan menjadi kepribadian anak didik. Jadi hubungan pendidikan dengan kebudayaan adalah juga hubungan nilai demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.
Secara general,kebudayaan merupakan seluruh karetaristik para angota sebuah masyrakat , termasuk peralatan , penetahuan dan cara berpikir dan cara bertindak yang telah terpolakan[1]
Kebudayaan menurut Mukti Ali (1982 : 4) adalah budi daya, tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia digerakkan oleh akal dan perasaannya. Yang mendasari adalah ucapan hatinya yang merupakan keyakinan dan penghayatannya terhadap sesuatu yang dianggap benar. Apa yang dianggap benar itu besar atau kecil adalah agama. Dan agama, sepanjang tidak diwahyukan adalah hasil pemikiran filsafat.
Gazalba (1979 : 72) mendefenisikan kebudayaan sebagai “cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan social dalam suatu ruang ruang dan satu waktu”. Cara berfikir dan merasa merupakan kebudayaan bathiniah, sedangkan manifestasinya dalam bentuk cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup adalah kebudayaan lahiriah. Pendapat lain menyatakan bahwa budaya atau kebudayaan adalah formulasi dari tida unsur daya, yaitu daya cipta, daya rasa, dan daya karsa (cipta, rasa, karsa).

Berikut devinisi kebudayaan menurut beberapa ahli :
1)      Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadan dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2)      Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajri dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3)      Kotjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik dari manusia dengan belajar.
4)      Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hiup yang dicptakan oleh manusia.

B.     Wujud Kebudayaan dan Unsur-unsurnya
1.      Wujud Kebudayaan
Menurut prof. dr. koentjaraningrat, wujud kebudayaan itu dapat diklasifikasikan pada tiga macam:
1)      wujud kebudayaan sebagai kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud pertama adalah ideal kebudayaan yang sifat abstrak, tak dapat diraba dan di foto, layaknya dalam pikiran manusia. Sekarang kebudayaan ideal ini banyak tersimpan di arsip-arsip kartu komputer, pita komputer dan sebagainya.
2)      wujud kebudayaan sebagi kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ke dua ini adalah yang disebut system sosial atau social sistem, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. yang berintegrasi satu sama lainya dari waktu kewaktu yang selalu menurut pola tertentu.
3)      wujud kebudayaan sebagai wujud hasil karya manusia. Wujud ketiga ini adalah yang disebut kebudayaan fisik yaitu seluruh fisik hasil karya manusia dalam masyarakat sifatnya sngat konkrit berupa benda-benda yang bisadiraba, difoto, dandilihat. dan tiga wujud tersebut tidak saling lepas satu samalainnya dalam masyarakat.[2]

Dari ketiga wujud tersebut, kebudayaan dapat termanifestasi pada beberapa aspek sebagai berikut:
a.       Bahasa ( tulisan maupun lisan).
b.      Sistem teknologi (peralatan dan perlengkapan hidup manusia)
c.       Sistem mata pencarian ( matapencarianhiudpdanekonomi)
d.      Organisasi social (organisasi kemasyarakatan)
e.       Sistem pengetahuan
f.       Kesenian (seni rupa, seni sastra, seni tari dan sebagainya)
g.      Religi.


2.      Unsur-unsur Kebudayaan
Prof. M.M Djojodigoeno menyatakan bahwa kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sehingga unsur-unsur didalamnya tiga aspek tersebut.
1)      Cipta : kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal, yang ada pada pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa ilmu pengetahuan.
2)      Karsa : kerinduan manusia untuk menginisafi tentang hal sangkanparan. Dari mana manusia sebelum lahir (sangkan) dan kemana manusia sesudah mati (paran) hasilnya berupa norma-norma keagamaan, kepercayan, timbulnya bermacam-macam agama, karna kesimpulan manusia berbeda-beda pula.
3)      Rasa : kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahannya. Manusia merindukan keindahan dan mennolak keburukan/ kejahatan.Buah perkembangan rasa ini menjelma menjadi norma yang kemudian menghasilkan bermacam-macam kesenian.


C.    Hubungan Filsafat dan Kebudayaan
Pada pokoknya kebudayaan adalah semua ciptaan manusi ayang berlangsung dalam kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi, yaitu pendidikan adalah proses pengeporar kebudayaan dalam arti membudayakan manusia aspek lain dari fungsi pendidikan adalah mengolah kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah laku, bahkan menjadi kepribadian anak didik. Jadi hubungan pendidikan dengan kebudayaan adalah juga hubungan nilai demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.[3]
Perlu didasari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara hidup dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengambangan sosial budaya yang dilakkan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan dengan baik. Maka membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman pelaksanaannya. Karena pendidikan harus secara fungsamental yang berazas filosofis yang menjamin tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya, marbtabat bangsawa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam budaya nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-budaya dan pranata sosial dalam menunjang proses pengembangan danpembangunan nasional serta melestarikan nilai-nilai luruh budaya bangsa. Merencanakan kegairahan masyarakat untuk menumbuhkan kreaktivtas ke arah pembaharuan dalam usaha pendidikan yang tanpa kepribadian bangsa.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besari bagi mnausia dan masyarkat, berbagai macam kekuatan harus dihapi sepert kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun materil. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia danpat mengembangkan kebudyaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung apa kebudayaan sebagai hasil ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan kebudayaan juga diharakan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan membangkitkan budaya-budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk selamanya. Oleh karena itu, dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadal alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran :
a.      suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
b.      wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
c.       sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
d.      pembeda manusia dengan binatang
e.       petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam pergaulan
f.       pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimnaa seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jikga berhubungan dengan orang lain.
g.      sebagai modal dasar pembangunan

Kebudayaan masyarkat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dlaam melindungi masyarakt terhadap lingkungan di dalamnya.
Apabila dibandingkan defenisi kebudayaan dan defenisi filsafat, bertemu dalam hal berfikir. Filsafat ialah cara atau metode berfikir sistematik dan universal yang berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil berfilsafat yang termaniferstasi pada cipta, rasa, dan karsa sikap hidup dan pandangan hidup (Gazalba). Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan cara berfikir kebudayaan. Di balik kebudayaan ditemukan filsafat. Perbedaan kebudayaan dikembalikan kepada perbedaan filsafat.
Tuhan menentukan nilai melalui agama. Manusia menentukan nilai melalui filsafat. Kebudayaan berpangkal pada manusia, maka yang menentukan kebudayaan adalah filsafat.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan dan pemaparan di atas dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain :
1.      kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa. kebudayaan sebagai “cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan social dalam suatu ruang ruang dan satu waktu”. Cara berfikir dan merasa merupakan kebudayaan bathiniah, sedangkan manifestasinya dalam bentuk cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup adalah kebudayaan lahiriah.
2.      Kebudayaan memiliki tiga wujud atau peran yaitu: a) kebudayaan sebagai kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. b) kebudayaan sebagi kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. c) kebudayaan sebagai wujud hasil karya manusia.
3.      Hubungan antara Filsafat dan kebudayaan ialah filsafta sebagai cara atau metode berfikir sistematik dan universal yang berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil berfilsafat yang termaniferstasi pada cipta, rasa, dan karsasikap hidup dan pandangan hidup


19.1.             Dapatkah Anda menjelaskan tentang metode ilmiah serta budaya ilmiah
Jawab
Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis melalui bukti fisis. Pada ilmu fisika, metode ilmiah memastikan didapatkannya suatu kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti dan tersusun secara sistematis. Jika tidak dilakukan metode ilmiah maka eksperimen-eksperimen yang dilakukan akan meragukan dan tidak dapat ditetapkan hukum atau rumus yang jelas akan terjadinya suatu fenomena fisis.

Unsur-unsur Metode Ilmiah
Karakterisasi
Identifikasi sifat-sifat utama yang relevan milik subjek yang diteliti dengan pengamatan dan pengukuran.

Hipotesis
Dugaan teoritis sementara yang menjelaskan hasil pengukuran

Prediksi
Deduksi logis dari hipotesis

Eksperimen
Pengujian atas hubungan karakterisasi dengan prediksi dan hipotesis

Evaluasi dan pengulangan
Penilaian atas ketepatan hipotesis dan prediksi berdasar hasil yang didapat saat eksperimen, dan pengulangan pada tahap-tahap tertentu apabila tidak didapatkan hasil yang sesuai.

Kriteria Metode Ilmiah
Berdasarkan fakta
Analisis dan pengambilan kesimpulan yang dilakukan harus didasari pada fakta-fakta yang nyata terjadi, bukan dari opini-opini peneliti saja.

Bebas dari prasangka
Saat melakukan eksperimen, peneliti tidak boleh memiliki prasangka. Peneliti boleh memiliki hipotesis, namun eksperimen harus dijalankan secara objektif meskipun diperkirakan hasil tidak sesuai hipotesis.

BARU! Forum StudioBelajar.com!
Yuk gabung di Group Telegram StudioBelajar.com. Klik!
Menggunakan prinsip-prinsip analisis
Penarikan kesimpulan berdasar metode ilmiah harus menggunakan prinsip-prinsip analisis. Hal ini mengartikan dibutuhkannya kejelasan urutan berpikir dan kejadian dalam menjelaskan suatu fenomena fisika. Komponen-komponen permasalahan dan hubungan diantaranya harus diketahui dengan jelas dan dapat dijelaskan secara runut.

Perumusan Masalah atau pembuatan hipotesis
Metode ilmiah melibatkan suatu perumusan masalah yang diteliti atau hipotesis penjelasan atas terjadinya suatu fenomena.

Menggunakan ukuran objektif
Hasil eksperimen harus diukur dengan suatu ukuran yang objektif, bukan subjektif. Hal ini ditujukan agar hasil eksperimen dipahami dengan mudah oleh setiap orang, dan seminimal mungkin dipengaruhi subjektivitas peneliti. Contoh ukuran objektif adalah satuan-satuan internasional seperti meter untuk mengukur panjang, dan kilogram untuk mengukur massa. Contoh ukuran subjektif adalah ukuran yang relatif terhadap benda yang tidak pasti ukurannya, seperti sejengkal, semata kaki, dan lain-lain.

Menggunakan teknik kuantitatif, atau ditambahkan kualitatif
Teknik kuantitatif dengan ukuran yang objektif akan memberikan hasil yang dapat dimengerti secara universal dan minim subjektivitas peneliti. Namun, dapat juga digunakan teknik kualitatif apabila hasil yang didapatkan sulit dideskripsikan dengan suatu ketentuan kuantitatif. Contohnya, pertumbuhan tanaman dinyatakan secara kuantitatif (misal: tumbuh 10 cm dalam 5 hari) dan perkembangannya dinyatakan secara kualitatif (misal: tumbuh bunga dalam 5 hari).

Karakteristik Metode Ilmiah
Bersifat kritis dan analitis
Metode ilmiah berarti peneliti dengan rinci melakukan observasi dan eksperimen untuk mendapatkan hasil yang relevan dan akurat.

Bersifat logis
Metode ilmiah berarti langkah-langkah yang dilakukan peneliti dapat dijelaskan dengan logis, bukan berdasar firasat atau hal lain yang tidak dapat dijelaskan dengan logika.

Bersifat obyektif
Hasil-hasil yang didapat harus merupakan hasil yang objektif, artinya hasil itu tidak eksklusif hanya bisa dilakukan oleh peneliti dan bukan merupakan hasil rekayasa.

Bersifat empiris
Hasil didapatkan dari kejadian nyata yang benar-benar terjadi, bukan karangan atau berbasis hanya dari opini peneliti sendiri atau orang lain.

Bersifat konseptual
Berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep suatu fenomena. Penelitian bukan terbatas hanya pada fakta-fakta yang dapat dirasakan atau dilihat secara nyata, tetapi juga penjelasan konsep bagaimana fakta-fakta tersebut terjadi dan kaitan diantaranya.

Langkah-langkah Metode Ilmiah
Observasi Awal
Peneliti mengamati keadaan awal dari objek penelitian. Pada kegiatan ini dilakukan karakterisasi objek dan analisis terhadap sifat-sifatnya.

Identifikasi Masalah
Menemukan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian.

Perumusan hipotesis
Membuat rumusan awal yang menjelaskan permasalahan yang ingin diangkat. Hipotesis bersifat sementara karena belum adanya hasil objektif dari eksperimen, oleh karena itu hipotesis tidak bisa dijadikan kesimpulan hasil penelitian ilmiah.

Eksperimen
Percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menganalisis permasalahan yang ingin diidentifikasi. Eksperimen yang umum dilakukan adalah rekayasa penciptaan ulang permasalahan, dengan kata lain peneliti meniru proses terjadinya permasalahan yang diteliti. Pada eksperimen variabel-variabel yang berpengaruh pada proses fisis dikendalikan sebaik mungkin, sehingga peneliti benar-benar mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh pada hasil eksperimen tersebut.

Analisis Hasil
Peneliti melakukan analisis terhadap hasil eksperimen. Analisis ini dikembangkan dari rumusan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, terutama apakah hipotesis yang dibuat dapat menjelaskan fenomena permasalahan yang terjadi atau tidak. Jika terdapat hubungan yang jelas atau kesesuaian antara hasil eksperimen dengan hipotesis, maka hasil analisis dapat dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Jika tidak, maka dilakukan pengulangan langkah-langkah sebelumnya. Pengulangan dapat dilakukan dari tahapan perumusan hipotesis atau dari tahap eksperimen.

Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan menjadi penutup dari langkah-langkah penelitian dengan metode ilmiah. Setelah hasil dianalisis dan dihubungkan dengan hipotesis, peneliti dapat menarik kesimpulan yang menjelaskan hubungan-hubungan tersebut dengan singkat. Kesimpulan sejatinya dibuat dengan jelas dan padat, menggambarkan inti dari eksperimen dan tidak keluar dari eksperimen yang dilakukan.

Budaya ilmiah dapat diartikan sebagai segala cara berpikir, cara bersikap dan berperil serta cara bertindak
manusia yang berkecimpung dalam dunia ilmu, sesuai dengan kaidah-kaida! ilmuan dan etika ilmu. Karena
budaya ilmiah adalah budaya yang sesuai dengan kaidah-kaidah muan, maka budaya ilmiah sangat erat
kaitannya dengan jilsafat ilmu dan etika ilmiah. Dapat di kan bahwa budaya ilmiah, jilsafat ilmu, dan etika
ilmiah adalah tiga hal yang tidak dapat dipisa tetapi dapat dibedakan. Filsafat ilmu adalah kegiatan berpikir
yang berupaya untuk memahami secara mendasar mendalam ten tang ilmu, termasuk di dalamnya kaidahkaidah dan etika ilmu. Sedangkan etika ilmiah membicarakan kepribadian seorang individu manusia apakah
s atau tidak hati nurani, ucapan, atau perbuatannya dengan budaya ilmiah, etika ilmu, dan kai kaidah
keilmuan. Beberapa budaya ilmiah yang perlu dikembangkan dalam kehidupan ilmiah di pergu tinggi antara
lain: budaya untuk meragukan sesuatu yang tidak dapat diinderanya; budaya bebGJ lai; budaya keterbukaan;
budaya kejujuran; budaya keberanian;budaya berpikir dan berbicaras ra relevan; budaya universalisme ilmu;
budaya kesetaraan; budaya penghargaan; dan sifat alami ilmu.


20.1.             Jelaskan kegunaan filsafat ilmu dan ilmu pengetahuan
Jawab
Filsafat merupakan cara pandang kehidupan oleh individu atau kelompok yang mana dianggap sebagai dasar kehidupan yang diinginkan.

Dalam hal ini, seorang individu atau kelompok memikir segala sesuatu secara sadar, dewasa dan mendalam. Mereka melihat sebuah permasalahan dalam ruang lingkup luas dan segala hubungan secara menyeluruh.

Individu yang menerapkan filsafat tertentu dalam kehidupan akan berfikir secara filosofi, yaitu mengandalkan disiplin tinggi dalam berpikir, cara pemikiran sistematis, menyusun skema secara konsepsi dan menyeluruh.

Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan tampak jelas dari manfaat utama yang dapat diserap oleh manusia dan kelompok. Filsafat memberi manfaat luar biasa bagi kehidupan sebab dianggap sebagai elemen dasar dalam bertindak, mengambil keputusan, meminimalisir terjadinya konflik dan siap siaga menghadapi perubahan situasi.

Filsafat sendiri telah terbagi menjadi empat jenis dalam ilmu pengetahuan, yaitu: materialisme, idealisme, realisme dan pragmatis. Filsafat tumbuh subur di Yunani karena tidak adanya kasta pendeta, sehingga segala sesuatu bebas dibahas secara intelektual. Tokoh yang paling terkenal adalah Plato.

CIRI UTAMA ILMU:

Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
DIFINISI ILMU MENURUT PARA AHLI

Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah:
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia
-------Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU

PERSAMAAN:

Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
Keduanya mempunyai metode dan sistem
Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.

PERBEDAAN:
Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]

Ilmu
Filsafat
   Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
  Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan
     Obyek penelitian yang terbatas  
      Keseluruhan yang ada
   Tidak menilai obyek dari suatu sistem   nilai tertentu.
  Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan: religi, kesusilaan, keadilan dsb.
    Bertugas memberikan jawaban
    Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu



21.1.             Susunlah langkah-langkah yang diperlukan dalam memenuhi kerangka metode ilmiah. Untuk memudahkannya, susunlah dalam suatu diagram
Jawab

Menurut Suriasumantri (1991) langkah-langkah dalam metode ilmiah adalah:
1.       Perumusan masalah
Merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2.       Penyusunan kerangka berpikir
Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.
3.       Perumusan hipotesis
Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4.       Pengujian hipotesis
Merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5.       Penarikan kesimpulan
Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakat yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.
Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi pernyaratan keilmuan yaitu mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.
Schluter (1926) dalam Nazir (1988) mengungkapkan bahwa terdapat 15  langkah dalam melakukan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah:
1.      Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian
2.      Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin dipecahkan
3.      Membangun sebuah bibliografi
4.      Memformulasikan dan mendefinisikan masalah
5.      Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan
6.      Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung
7.      Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah
8.      Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak
9.      Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak
10.  Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan
11.  Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa
12.  Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi
13.  Mengatur data untuk presentase dan penampilan
14.  Menggunakan sitasi (kutipan), referensi, dan footnote (catatan kaki)
15.  Menulis laporan penelitian
Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian, menyimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan metode ilmiah, sekurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.       Merumuskan serta mendefinisikan masalah
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan, masalah tersebut didefinisikan serta jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan.
2.       Mengadakan studi kepustakaan
Langkah kedua adalah mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindari oleh seorang peneliti.
3.       Memformulasikan hipotesa
Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan, maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipotesa untuk penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubungan sangkut paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.
4.       Menentukan model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang, seperti ilmu ekonomi misalnya, pengujian hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisit terdapat dalam hipotesa, untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia.
Pengujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.
5.       Mengumpulkan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan.
Teknik pengumpulan data akan menjadi berbeda tergantung dari masalah yang dipilih serta metode yang digunakan. Misalnya, penelitian yang menggunakan metode percobaan, maka data diperoleh dari plot-plot percobaan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Penelitian yang menggunakan metode sejarah ataupun survei normatif, data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden, baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questionair.
6.       Menyusun, menganalisa, dan memberikan interpretasi
Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan analisa. Sebelum analisa dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk tabel ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa, maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.
7.       Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima, ataukah hipotesa tersebut ditolak. Apakah hubungan-hubungan antarfenomena yang diperoleh akan berlaku secara umum ataukah hanya berlaku pada kondisi khususnya saja.
8.       Membuat laporan ilmiah
Langkah akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri pula.
Untuk lebih jelasnya Nazir juga mengungkapkan langkah-langkah tersebut dalam sebuah bagan, seperti berikut ini:





22.Dapatkah Anda berikan pengaruh pola fikir para ahli filsafat dalam memulai dan mengembangkan pemikiran ilmu ekonomi
Jawab
Kenyataan adanya kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak yang memberi kemudahan kepada umat manusia untuk menjalani kehidupannya. Menurut Abbas Hamami dan Koento Wibisono, pada saat pembangunan sedang digalakkan dengan dukungan ilmu pengengetahuan Filsafat sebagai Perisai untuk mewujudkan suatu masyarakat yang ideal, yakni masyarakat yang damai, sejahtera, adil dan makmur, baik materi lmaupun spritual, maka di saat itu pula berbagai masalah mendasar atau fundamental muncul yang harus dihadapi oleh umat manusia dalam hidup dan kehidupannya sebagai pengaruh negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tadi. 1
Berbagai masalah dimaksud adalah alienasi, anomi, kehidupan yang tidak lagi utuh karena semakin bercerai-berainya nilai-nilai cipta, rasa dan karsa, kemeralatan dan kemiskinan, keresahan akan kemungkinan munculnya perang dunia, semakin terbatasnya sumber-sumber kekayaan alam justru di kala penduduk dunia semakin membesar jumlahnya. Masalah-masalah tadi idak hanya berujung kepada penderitaan manusia secara fisik namun juga berakibat kepada menurunnya atau bahkan hancurnya nilai-nilai moral.
Dengan kata lain telah terjadi dekadensi moral. Dan ketika hal ini telah terlanjur terjadi, maka kita tidak bisa hanya diam berpangku tangan dan menyesali apa yang telah terjadi. Banyak hal yang dapat dilakukan. Banyak pula sarana yang dapat dilalui dan dipakai misalnya pendidikan, agama maupun filsafat.
Dimulai dengan pertanyaan Khusus sarana terakhir inilah yakni filsafat yang akan penulis telaah lebih jauh.: bagaimana peran filsafat dalam menghadapi dekadensi moral.


1 Abbas Hamami dan Koento Wibisono. 1986. “Peran Filsafat dalam Wawasan Lingkungan” dalam Tugas Filsafat dalam Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno (ed.). Yogyakarta: Liberty.halm. 123-124


A.   Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengetahuan dan teknologi dewasa ini?

2.      Peran filsafat dalam mempengaruhi pola pikir dan pola hidup manusia dewasa ini?
3.      Bagaimana dekadensi moral sebagai pengaruh negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ?
4.      Bagaimana filsafat sebagai perisai dalam wujud tanggung jawab etis ilmuwan ?

B.  TUJUAN

1.      Mengetahui peran filsafat dalam kemajuan iptek terhadap pola pikir dan pola hidup manusia dewasa ini
2.      Mengetahui Dekandesi moral terhadap perkembangan iptek

3.      Mengetahui bagaimana tanggungjawab ilmuan dalam hal ini


BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengetahuan Dan Teknologi Dewasa Ini
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh manusia secara positif- konstruktif maupun secara negatif-destruktif tergantung kepada moral dan mental manusia yang berperan sebagai pencipta, pengembang, dan penggunanya. ilmu pengetahuan dan teknologi selalu terkait dengan pemilik dan pemakainya yakni manusia yang seringkali tidak mampu untuk mengendalikan nafsu serakahnya sendiri dalam artian moral.Manusia dalam kehidupannya sangat tergantung dan berhutang budi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.2
Merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia yang berkembang dari peradaban sederhana menuju ke peradaban yang sangat maju dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat kemajuan pada kedua bidang inilah, maka manusia menjadi sangat dimudahkan dalam menjalankan kehidupannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah membantu manusia untuk memenuhi segala kebutuhannya secara lebih cepat dan lebih mudah.
Umat manusia, misalnya, dimudahkan karena ditemukannya alat-alatkedokteran yang canggih sehingga penyakit kita lebih mudah dideteksi dan usia harapan hidup menjadi semakin panjang, alat-alat transportasi yang lebih cepat dan aman, alat-alat komunikasi yang begitu sophisticated yang membuat dunia terasa semakin sempit. Manusia juga dimudahkan untuk memanfaatkan segala sumber daya alam untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
B.  PERAN FILSAFAT TERHADAP POLA PIKIR DAN POLA HIDUP MANUSIA



2 Bintarto, R.1994. Ekologi Manusia IL-614: Hand Out Kuliah Ekologi Manusia untuk S2 Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Programme Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.Hlm. 39


Banyak orang yang sering kali mengeluarkan pendapat, bahkan dengan sedikit nada sinis, mempertanyakan apa fungsi atau perannya filsafat bagi keilmuan dan kehidupan. Pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang wajar dan tidak salah. Karena selama seseorang belum mengenal filsafat (suatu cabang ilmu pengetahuan yang cenderung tidak terlalu aplikatif dan cenderung kepada kontemplasi atau perenungan kritis), maka ia tidak akan mungkin mampu untuk memahaminya dengan baik.
Irmayanti M Budianto pernah mencatat beberapa peran filsafat, baik dalam kehidupan maupun dalam bidang keilmuan:
pertama, filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar jawaban- jawaban dapat diperoleh dengan mudah.
Kedua, berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul karena keinginannya.
Ketiga, Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan.
Keempat, terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sistematis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu riset, penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya. Dalam era globalisasi, ketika berbagai kajian lintas ilmu pengetahuan atau multidisiplin melanda dalam kegiatan ilmiah, diperlukan adanya suatu wadah, yaitu sikap kritis dalam menghadapi kemajemukan berpikir dari berbagai ilmu pengetahuan berikut para ilmuannya.3

3 Irmayanti M Budianto, 2002. Realitas dan Objektivitas: Refleksi Kritis atas Cara Kerja Ilmiah. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.halm. 15-16.


Dalam pandangan Hamami dan Wibisono (1986: 126-27), filsafatmelalui metode- metode pemikirannya tidak akan dapat langsung mempersembahkan programe- programme kebijakan yang manfaatnya dapat dinikmati secara praktis dan konkret sebagaimana halnya dengan ekonomi, teknik dan ilmu-ilmu terapan yang lainnya. Segi kelemahan filsafat, dalam arti sifat dan coraknya yang abstrak dengan lemparan analisis- analisis kritisnya yang sering tidak tersentuh oleh mereka yang telah terbiasa untuk berpikir secara praktis, merupakan salah satu sebab mengapa para ahli filsafat terisolir dan jarang diajak untuk berpartisipasi dalam penentuan strategi pembangunan, apalagi dalam pelaksanaan programme- programme kegiatan yang sudah bersifat teknis operasional.
Padahal keabstrakan dengan spekulasi-spekulasinya yang paling dalam justru membawa filsafat kepada kekuatan radikalnya. Dengan berpikir secara abstrak spekulatif dan mengambil jarak dari penggumulan masalah-masalah teknis praktis, filsafat justru dapat melihat sesuatu permasalahan dari semua dimensi, sehingga hal-hal yang belum tersentuh oleh ilmu-ilmu lain dapat pula dijadikan titik perhatiannya. Peranan filsafat adalah menunjukkan adanya perspektif yang lebih dalam dan luas, sehingga kehadirannya akan disertai dengan berbagai alternatif penyelesaian untuk ditawarkan mana yang paling sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan.4
Apabila kita berbicara mengenai peran filsafat dalam menghadapi dekadensi moral. Filsafat mungkin hanya dapat menjelaskan sebab-sebab munculnya dekadensi moral, menjelaskan caracara mengatasi sebab-sebab tersebut, menerangkan cara-cara penanganan dekadensi moral. Sementara pelaksanaannya sendiri sangat tergantung kepada manusianya sendiri.
C.     Dekadensi Moral Sebagai Pengaruh Negatif Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan sering kali melupakan faktor manusianya, di mana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, namun juga justru sebaliknya dimana manusialah akhirnya yang harus menyesuaikan diri

4 Abbas Hamami dan Koento Wibisono. 1986. “Peran Filsafat dalam Wawasan Lingkungan” dalam Tugas Filsafat dalam Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno (ed.). Yogyakarta: Liberty.halm. 127


dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk tujuan eksistensinya sendiri. Sesuatu yang terkadang harus dibayar mahal oleh manusia yang kehilangan sebagian arti dari kemanusiaannya. Manusia sering dihadapkan dengan situasi yang tidak bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi teknologi, yang merampas kemanusiaandan kebahagiaannya.5
Padahal ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya bertujuan untuk mempermudah manusia dalam menjalani kehidupannya, namun kelihatannya yang terjadi malah berbeda. Manusia kesulitan untuk meletakkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada jalur tujuannya dengan benar. Manusia kelihatan bukan lagi pemilik dan pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi hamba dari keduanya. Dewasa ini, ilmu pengetahuan bahkan telah berada di ambang kemajuan yang mampu untuk mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri.
Ilmu pengetahuan bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan untuk mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan kata lain, ilmu pengetahuan bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan untuk mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain, ilmu pengetahuan bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, melainkan juga ikut menciptakan tujuan hidup itu sendiri.
Menghadapi kenyataan seperti ini, menurut Suriasumantri, ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya mempelajari alam sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: Untuk apa sebenarnya ilmu pengetahuan itu harus dipergunakan? Di mana batas wewenang penjelajahan keilmuan? Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan? Pertanyaan semacam ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuwan-ilmuwan masa lalu, namun menjadi penting bagi para ilmuwan yang

5 Jujun Suriasumantri, S 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm. 229-231


hidup pada masa kini. Dan untuk menjawab pertanyaan ini, maka ilmuwan berpaling kepada hakikat moral.6
D.  Perisai dalam Wujud Tanggung Jawab Etis Ilmuwan
Ilmuwan Bintarto pernah menuturkan sebuah kutipan yang diambilnya dari Ensiklopedi Indonesia terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve bahwa ‘intisari dari filsafat adalah cara berfikir menurut logika dengan bebas sedalam-dalamnya sampai ke dasar persoalannya’. Sementara itu, manusia terdorong untuk menemukan suatu orientasi hidup yang dapat memberikan arah dan pegangan bagi perbuatan serta perilakunya. Orientasi ini adalah filsafat dalam bentuknya yang masih pra-ilmiah.7
Filsafat bersifat universal karena objek kajiannya berkaitan erat dengan seluruh kenyataan (realitas). Dengan kata lain, pandangan filsafat terhadap segala sesuatu ditempatkan pada latar belakang arti seluruh realitas manusia. Apabila disesuaikan dengan objek kajiannya, maka filsafat dapat meliputi beberapa cabang, seperti filsafat manusia, filsafat pengetahuan, filsafat ketuhanan, dan sebagainya.8
Ketika masalah dekadensi moral yang menjadi objek kajian dalam filsafat, maka cabang filsafatnya adalah filsafat moral atau etika. Selain itu, karena dekandensi moral sendiri dalam tulisan ini ditelisik sebagai pengaruh negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka cabang filsafat lainnya yang terkait filsafat ilmu pengetahuan, terutama bagian aksiologinya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil karya ilmuwan secara individual yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat. Peranan ilmuwan inilah yang menonjol dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan mampu mengubah wajah peradaban. Kreativitas ilmuwan yang didukung oleh sistem komunikasi sosial yang bersifat terbuka
6 Jujun Suriasumantri, S 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm. 231-232
7Bintarto, R 1994. Ekologi Manusia IL-614: Hand Out Kuliah Ekologi Manusia untuk S2 Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Programme Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.hlm. 40
8 Ibid,hlm.40


menjadi proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan sangat efektif .
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka seorang ilmuwan harus memiliki kepekaan dan tanggung jawab besar terhadap pelbagai konsekuensi etis ilmu pengetahuan dan teknologinya. Sebab dialah satusatunya orang yang dapat mengikuti dari dekat perkembanganperkembangan yang konkret. Namun memang seorang ilmuwan sebenarnya tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah penyalahgunaan hasil penemuannya. Manusia tampaknya tetap cenderung untuk menciptakan pedang yang bermata dua, yaitu satu dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan, mata yang lain dipakai untuk mendatangkan kerusakan.
Tanggung jawab etis bukanlah berkeinginan untuk mencampuri atau bahkan ‘menghancurkan’ otonomi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi bahkan dapat sebagai umpan balik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri, yang sekaligus akan lebih memperkukuh eksistensi manusia.9
Tanggung jawab etis yang dipikul seorang ilmuwan bukan saja karena dia adalah anggota masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Untuk membahas ruang lingkup yang menjadi tanggung jawab etis seorang ilmuwan, maka hal ini dapat dikembalikan kepada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Sering terdengar bahwa ilmu pengetahuan beserta teknologinya itu terbebas dari sistem nilai. Ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang memberikan nilai. Dalam hal ini maka masalah apakah ilmu pengetahuan dan teknologi itu

9 Achmad Charris Zubair,. 2002. Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia: Kajian Filsafat Ilmu. Yogyakarta: LESFI.hlm. 49-50


terikat atau bebas dari nilai-nilai tertentu, semua itu tergantung kepada langkah-langkah keilmuan yang bersangkutan dan bukan kepada proses keilmuan secara keseluruhan.10
Bebas nilai dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu masalah yang melibatkan persoalan filosofis, yakni aksiologi (nilai/value). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan pelbagai pertimbangan mengenai apa yang dinilai dan apa yang seharusnya dinilai. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya. Penilaian dapat muncul dari orang lain, lembaga pendidikan, agama, dan juga dari dalam diri ilmuwan sendiri terhadap apa yang telah dihasilkannya. Bebas nilaikah atau tidak bebas nilaikah kegiatan ilmiah yang telah dihasilkan seorang ilmuwan?
Selama ia masih berada dalam ruang kerja ilmiahnya (seperti laboratorium), maka ia masih merasakan adanya bebas nilai. Ia tetap dapat memusatkan perhatian pada kegiatan ilmiahnya tanpa memperoleh halangan dari berbagai unsur luar. Namun, apabila telah keluar dari ruang kerja ilmiahnya kedalam masyarakat, maka hasil kerjanya berupa ilmu dan teknologi akan diuji oleh pandangan-pandangan masyarakat, lembaga, atau pun agama. Hasil kerjanya diuji apakah telah sesuai dengan peraturan pemerintah, norma adat, dan sebagainya. Ilmuwan dengan hasil karya ilmiah menjadi tidak bebas nilai.
Sebagai contoh menarik adalah masalah kloning terhadap manusia. Ketika ilmuwan berada dalam ruang kerjanya, ia mungkin mampu bekerja secara idealis tanpa sesuatu nilai pun yang akan mengaturnya. Akan tetapi, apabila hasil kerjanya disosialisasikan, maka akan terjadi kegemparan. Akan terjadi pro dan kontra. Hasil kerja ilmiah tersebut akan berhadapan banyak nilai yang ada dalam masyarakat. Kloning manusia akan dipandang sebagai kegiatan yang bukan saja mengarah kepada dekadensi moral, namun juga dehumanisasi.




10 Jujun S Suriasumantri, 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.hlm. 239


Pada masalah seperti di atas, maka peranan ilmuwan menjadi sesuatu yang imperatif. Dialah yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup untuk dapat menempatkan masalah tersebut pada proporsi yang sebenarnya. Oleh sebab itu, dia mempunyai kewajiban untuk menyampaikan hal itu kepada masyarakat banyak dalam bahasa yang dapat mereka cerna. Menghadapi masalah yang kurang mereka mengerti biasanya masyarakat bersikap ekstrim. Pada satu pihak mereka bisu karena ketidaktahuan mereka, sedangkan di pihak lain mereka bersikap radikal dan irasional. Tanggung jawab seorang ilmuwan dalam hal ini adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan ruginya, baik dan buruknya; sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan (Suriasumantri, 1998: 239-241).
Pada bidang lain mungkin terjadi bahwa masalah itu baru akan timbul yang disebabkan proses yang sekarang sedang berjalan. Ilmuwan berdasarkan pengetahuannya memiliki kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi. Umpamanya saja apakah yang akan terjadi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kita di masa depan berdasarkan proses pendidikan keilmuan sekarang. Apakah sistem pendidikan kita memungkinkan negara kita mengejar keterbelakangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang? Sekiranya tidak maka apakah yang harus kita lakukan? Kerugian apakah yang akan timbul sekiranya tindakan pencegahan tidak dilakukan? Demikianlah pertanyaan yang serupa dapat dikemukakan dalam berbagai bidang.
Kemampuan analisis seorang ilmuwan mungkin pula menemukan alternatif dari objek permasalah yang sedang menjadi pusat perhatian. Kemampuan analisis seorang ilmuwan dapat dipergunakan untuk mengubah kegiatan non-produktif menjadi kegiatan produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak (Suriasumantri, 1998: 241).
Penelitian Penerapan di masyarakat Nilai-nilai: adat istiadat, agama, ideolgi Hasil penelitian Tidak bebas nilai Hasil Bebas nilai Teoritis penelitianSingkatnya, dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari. Dalam hal ini, berbeda dengan menghadapi masyarakat ilmuwan yang elitis, dia harus berbicara dengan


bahasa yang dapat dicerna oleh orang awam. Untuk itu maka dia bukan saja mengandalkan pengetahuannya dan daya analisisnya namun juga integritas kepribadiannya.
Sebuah kutipan menarik dalam buku Pengantar Filsafat karya Louis O Kattsoff. Dalam bahasa analogis, Kattsof (2004: 3) menjelaskan bahwa meskipun filsafat ‘tidak membuat roti’, namun filsafat dapat menyiapkan tungkunya, menyisihkan noda-noda dari tepungnya, menambah jumlah bumbunya secara layak, dan mengangkat roti itu dari tungkunya pada waktu yang tepat. Filsafat berperan untuk mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, dan menerbitkan serta mengatur semua itu di dalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.
Suatu kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak berjasa untuk membantu manusia dalam kehidupan kesehariannya. Akan tetapi, adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diabaikan begitusaja pula adanya pengaruh negatif dari keduanya berupa menurunnya atau bahkan nilai-nilai moral.
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan dan teknologi juga berpengaruh negatif pada terjadinya dekadensi moral. Pengaruh negatif yang muncul dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak seharusnya membuat manusia pesimis bahkan menyerah terhadap perkembangan tersebut. Manusia tidak seharusnya hanya mengekor kepada ilmu pengetahuan dan teknologi dan menjadi budak keduanya.
Ilmu pengetahuan dan teknologilah yang seharusnya berada di tangan manusia atau berada di bawah kendali manusia. Kemampuan berpikir dan berimajinasi manusia dalam wujud ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dihentikan, dibendung, atau dimatikan, namun barangkali dapat dikontrol agar tidak kebablasan. Manusia harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuatnya. Tanggung jawab bukan saja dalam arti normatif, namun juga dalam arti kedudukan manusia itu di antara manusia-manusia lain. Berbicara mengenai tanggung jawab secara tidak langsung berbicara mengenai manusia yang mempraktikkannya, menerapkan, dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Jari telunjuk kita dengan mudah menunjuk kepada oknum yang terkait langsung


dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yakni para ilmuwan. Para ilmuwan memang memiliki tanggung jawab etis untuk mengarahkan agar perjalanan ilmu pengetahuan dan teknologi tetap pada ‘orbitnya’. Mereka harus berusaha untuk menemukan suatu orientasi hidup yang dapat memberikan arah dan pegangan bagi perbuatan serta perilaku dirinya pribadi dan masyarakat kebanyakan.


BAB III


PENUTUP
A.        KESIMPULAN

Filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-masalah. berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul karena keinginannya. , Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan. Terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sistematis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu riset, penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya.


B.         SARAN

Makalah ini sebaiknya dipelajari dan dipahami agar kita mengetahui peran filsafat dalam kaitanya dengan pola pikir dan pola hidup pada zaman globalisasi dan kita senantiasa dapat memanfaatkan peran dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini. Dalam makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karenaya kritik dan saran kami haturkan agar makalah ini dapat lebih baik dan kami dapat mengevaluasi dalam ranah perbaikan.


Daftar Pustaka

Abbas dan Koento Wibisono. 1986. “Peran Filsafat dalam Wawasan Lingkungan” dalam Tugas Filsafat dalam Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno (ed.). Yogyakarta: Liberty.
Bintarto, R.1994. Ekologi Manusia IL-614: Hand Out Kuliah Ekologi Manusia untuk S2 Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Programme Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Budianto, Irmayanti M 2002. Realitas dan Objektivitas: Refleksi Kritis atas Cara Kerja Ilmiah. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Gensler, Harry J 1998. Ethics: A Contemporary Introduction. London and NewYork.
Kattsof, Louis O 2004. Elements of Philosophy atau Pengantar Filsafat, Soejono Soemargono (penerjemah). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Suriasumantri, Jujun S 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Zubair, Achmad Charris. 2002. Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia: Kajian Filsafat Ilmu. Yogyakarta: LESFI


23.1.             Adakah di antaranya dari pola pikir tersebut yang masih dapat berlaku sampai dengan dewasa ini. dalam hal ini adalah liberal
Jawab

Pola pola pikir yang masih bisa diterapkan, tetapi butuh gabungan dengan pola pikir lain
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidak-seimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya pemikiran-pemikiran ekonomi.

Mazhab-Ekonomi

Pemikiran-pemikiran ekonomi yang berkembang saat ini telah mengalami suatu proses yang panjang. Perkembangannya berlangsung berabad-abad seiring dengan munculnya peradaban-peradaban yang ada di dunia. Bahkan pemikiran tersebut mulai tampak sejak zaman batu, perunggu, dan besi. Kemudian semakin berkembang sejak ditemukannya tulisan pada peradaban India kuno, Mesir kuno, dan Babylonia. Sedangkan barat lebih cendrung pada peradaban Yunani kuno yang kaya akan peninggalan dari kaum intelektualnya.

Sejarah pemikiran ekonomi tergantung pada siapa pemikirnya dan teori yang mendasari dalam bidang ekonomi politik dan ekonomi dari masa lalu hingga saat ini, mulai dari pemikiran Aristoteles (politik dan etnis), lalu ada Thomas Aquinas (moral). Pemikiran ekonomi berevolusi dari feodalisme (abad pertengahan) menjadi teori merkantilisme pada masa renaissance (berorientasi pada kebijakan perdagangan). Dan filusuf Inggris, Adam Smith sebagai bapak ekonomi dunia, dengan ide-idenya pada abad ke-18. Namun harus diingat bahwa, sebelum Adam Smith telah terbit banyak sekali buku dan artikel tentang ekonomi.

Pengertian Mazhab (Aliran) Ekonomi
Daftar Isi Artikel Ini :
Aliran pemikiran ekonomi atau mazhab pemikiran ekonomi adalah beragam pendekatan dalam sejarah pemikiran ekonomi yang cukup penting untuk dikelompokkan sebagai aliran pemikiran. Meskipun para ekonom tidak selalu tergabung dalam aliran tertentu, terutama di era modern, pengelompokan ekonom ke dalam sejumlah aliran pemikiran umum terjadi dalam ilmu ekonomi. Pemikiran ekonomi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yakni pramodern (Yunani-Romawi, India, Persia, Arab, dan Tiongkok), modern awal (merkantilisme, fisiokrat), dan modern (dimulai dengan pemikiran Adam Smith dan ekonomi klasik pada akhir abad ke-18). Teori ekonomi yang sistematis telah berkembang sejak awal era modern.

Saat ini, sebagian besar ekonom mengikuti pendekatan yang disebut dengan ekonomi arus utama (atau ‘ekonomi ortodoks’). Ekonomi arus utama terbagi menjadi dua aliran, yakni aliran ‘air asin’ (terkait dengan Berkeley, Harvard, MIT, Pennsylvania, Princeton, dan Yale), dan pemikiran laissez-faire dari aliran ‘air tawar’ (terkait dengan Universitas Carnegie Mellon, Rochester, Minnesota, dan Eropa). Kedua aliran pemikiran ini dikenal dengan sintesis neoklasik.

Beberapa pendekatan yang berpengaruh pada masa lalu, seperti aliran sejarah ekonomi dan ekonomi institusional, tidak lagi berlaku atau berkurang pengaruhnya, dan saat ini dianggap sebagai pendekatan heterodoks. Pemikiran heterodoks terkini termasuk feminis, ekonomi hijau, ekonomi pascaautistik, dan termoekonomi.

Sejarah Mazhab (Aliran) Ekonomi
Berikut ini terdapat beberapa sejarah perkembangan mazhab (aliran) ekonomi, terdiri atas:

Aliran Praklasik
Menurut Samuelson (1958) analisis ekonomi datang dari sumber utamanya, yakni dari (1) para ahli ilmu pengetahuan (filosof) dan dari (2) kaum praktisi terutama mereka yang sangat tertarik akan masalah-masalah kebijakan ekonomi dalam kurun waktu yang bersangkutan hidup.

Sebagai sebuah peta silsilah perkembangan teori dan ilmu, yang kemudian berkembang sebagai aliran-aliran pendapat tentang ekonomi, oleh Samuelson disajikan dalam bentuk istilah aliran – aliran dalam ilmu ekonomi yang memberikan petunjuk kepada peminat ilmu ekonomi peran dan pandangan para ahli ekonomi dalam kurun waktu yang bersangkutan.

Aliran praklasik terutama berkembang pada abad pertengahan dan muncul dari pandangan para pemikir dan penasehat ahli kepada raja atau penguasa dan mereka memegang pusat kekuasaan : terutama pandangan kaum Merkantilis. Merkantilis merupakan model kebijakan ekonomi dengan campur tangan pemerintah yang dominan, proteksionisme serta politik kolonial, ditujukan dengan neraca perdagangan luar negeri yang menguntungkan.

Pemikiran-pemikiran ekonomi lahir pada kaum merkantilis disebabkan adanya pembagian kerja yang timbul di dalam masyarakat, pembagian kerja secara teknis dan pembagian kerja teritorial, yang selanjutnya akan mendorong perdagangan internasional. Pemikiran ekonomi kaum merkantilis merupakan suatu kebijakan yang sangat melindungi industri, dalam negeri, tetapi menganjurkan persaingan, sementara itu terjadi pembatasan-pembatasan yang terkontrol dalam kegiatan perdagangan luar negeri, kebijakan kependudukan yang mendorong keluarga dengan banyak anak, kegiatan industri di dalam negeri dengan tingkat upah yang rendah.

Proteksi industri yang menganjurkan persaingan dalam negeri, dan tingkat upah yang rendah mendorong ekspor. Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro, hal ini berhubungan dengan tujuan proteksi industri di dalam negeri, dan menjaga rencana perdagangan yang menguntungkan, hal ini dilakukan dalam usaha meningkatkan peranannya dalam perdagangan internasional dan perluasan-perluasan kolonialisme.

Aliran Klasik
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19 yaitu dimasa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan menurut aliran klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan.

Kemajuan teknologi mula-mula disebabkan oleh adanya akumulasi kapital atau dengan kata lain kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan kapital. Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returus) karena sumber daya alam itu terbatas. Salah satu hasil pemikiran kaum klasik yang sangat mempengaruhi dunia dalam era globalisasi adalah pemikiran mengenai perdagangan internasional.

Pemikiran kaum klasik menentang pemikiran kaum merkantilis yang hanya mementingkan masuknya logam mulia dan berorientasi ekspor dengan meminimumkan impor barang dari luar negeri. Kaum merkantilis meletakan tekanan pada perdagangan luar negeri. Kaum physiokrat memandang pertanian sebagai sumber segala kemakmuran.

Pemikiran kaum klasik telah membawa perubahan besar dalam bidang ekonomi. Salah satu hasil pemikiran kaum klasik telah mempelopori pemikiran sistem perekonomian liberal. Dalam pemikiran kaum klasik bahwa perekonomian secara makro akan tumbuh dan berkembang apabila perekonomian diserahkan kepada pasar. Peran pemerintah terbatas kepada masalah penegakan hukum, menjaga keamanan dan pembangunan infrastruktur.

Pemikiran kaum klasik ini telah menginspirasi ”Washington Consensus”. Berdasarkan “Washington Consensus” peran pemerintah di dalam pembangunan lebih dititikberatkan kepada penertiban APBN, dan pemanfaatan/penggunaan kekuatan pasar.

Menurut ”Washington Consensus” (terdiri dari 10 paket kebijakan ekonomi makro), peran pemerintah dalam pembangunan harus dibatasi dan berorientasi kepada pembangunan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Campur tangan pemerintah yang berkelebihan dalam perencanaan pembangunan dikhawatirkan menimbulkan “Government Failure”, seperti birokrasi yang berkelebihan, KKN, dan lain sebagainya. Membatasi APBN dapat mengurangi defisit, karena akan menimbulkan ketidakstabilan di dalam ekonomi.

Pemanfaatan kekuatan pasar yaitu mengembangkan pasar yang efisien, bebas dari monopoli, oligopoli, dan eksternal disekonomis. Oleh karena itu kebijakan pemerintah harus bersifat “Market Friendly”.Suku bunga dan Nilai tukar asing harus ditentukan oleh pasar. Harga yang dibentuk pasar dianggap sebagai harga yang sebenarnya. Pasar dianggap lebih efisien daripada pemerintah yang menggarap sektor perekonomian, sehingga perekonomian akan lebih optimal.

Beberapa tokoh ekonomi klasik seperti Adam Smith (1723-1790), Thomas Robert Malthus (1766-1834), Jean Baptiste Say (1767-1832), David Ricardo (1772-1823), Johan Heinrich von Thunen (1780-1850), Nassau William Senior (1790-1864), Friedrich von Herman, John Stuart Mill (1806-1873) dan John Elliot Cairnes (1824-1875) memperoleh kehormatan dari Karl Marx (1818-1883) atas keklasikan dalam mengetengahkan persoalan ekonomi yang dinilai tidak kunjung lapuk.

Berbeda dengan kaum Merkantilis dan Physiokrat, kaum klasik memusatkan analisis ekonominya pada teori harga. Kaum klasik mencoba menyelesaikan persoalan ekonomi dengan jalan penelitian faktor permintaan dan penawaran yang menentukan harga. Marilah secara singkat kita lihat teori-teori perkembangan dari beberapa pengamat aliran klasik . Diantaranya :

Adam Smith
Menurut Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Pembagian harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dan akumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan, juga menitik beratkan pada Luas Pasar , pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi sehingga perdagangan internasional menarik perhatiannya karena hubungan perdagangan internasional itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri.

Sekali pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada pasar yang dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan menaikan tingkat produktivitas tenaga kerja. Adam Smith (1723-1790) sebagai tokoh aliran klasik menyatakan pendapatnya dalam bukunya yang berjudul ”Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” yaitu: ”Pekerjaan yang dilakukan suatu bangsa adalah modal yang membiayai keperluan hidup rakyat itu pada asal mulanya, dan dengan hasil-hasil pekerjaan tersebut dapat dibeli keperluan-keperluan hidupnya dari luar negeri.” Kapasitas produktif daripada kerja selalu bertambah dikarenakan adanya pembagian kerja yang makin mendasar dan rapi.

David Ricardo
Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat yaitu:

Golongan kapital adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional.
Golongan buru ini tergantung pada golongan kapital dan merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat.
Golongan tuan tanah ini mereka hanya memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang di sewakan.
David Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus dan akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya.

Thomas Robert Malthus
Menurut Thomas Robert Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah penduduk saja tampa dibaringi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikan pendapatan dan tidak akan menaikan permintaan. Turunnya biaya produksi akan memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus berproduksi. Menurut Thomas Robert Malthus untuk adanya perkembangan ekonomi diperlukan adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus menerus.

John Maynard Keynes
Berpendapat bahwa pandangan klasik yang memusatkan perhatian analisa ekonominya pada teori harga, maka perlu dipahami arah penggunaan alat produksi dengan sempurna. Dalam hubungan ini maka pengertian klasik diperluas kepada para ahli ekonomi yang tidak menganggap tidak mungkin adanya suatu pengangguran yang tidak dikehendaki (involuntary unemployment).

Sanggahan Adam Smith kepada Aliran Fisioktrat dan anjurannya yang kuat kepada sistem perdagangan bebas, merupakan dukungannya yang kuat terhadap falsafah persaingan bebas. Ini disebabkan karena Adam Smith yang pertama kali dengan jelas mengemukakakn peran yang penting yang dapat dilakukan oleh negara dalam perekonomian.

Itulah sebabnya masyarakat ekonomi memandang Adam Smith sebagai bapak ilmu ekonomi. Secara singkat buku Adam Smith  yang berjudul; “An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” yang terbit tahun 1776, membawakan jalan pikiran ekonomi yang boleh dikatakan dapat berlaku secara universal dan bahkan Adam Smith merupakan tokoh bagi berkembangnya sistem liberal (bebas).

Aliran Historis
Pandangan kaum klasik perekonomian diserahkan kepada kekuatan pasar, dimana setiap orang diberi kebebasan berbuat demi kepentingan masing-masing. Dan  akhirnya melalui apa yang disebut invisible hand, akan tercipta suatu harmoni secara keseluruhan. Pemikiran seperti ini juga dikecam oleh pakar-pakar sejarah, sebab dinilai terlalu mekanistis, dan menghendaki agar hal ini diganti dengan dasar pemikiran yang lebih etis.

Pada intinya pemikir aliran sejarah menolak argumentasi pemikir-pemikir klasik bahwa ada undang-undang alam tentang kehidupan ekonomi. Bagi mereka masyarakat harus di ganti sebagai satu keatuan organisme dimana interaksi social berkait dan berhubungan antar individu. Pemikir-pemikir aliran sejarah menghendaki agar kegiatan masyarakat dilandasi pada suatu system yang menyeluruh, yang mencakup semua organisme dalam kehidupan bermasyarakat sebagai suatu keseluruhan.

Penganut aliran sejarah yang tidak percaya pada mekanisme pasar bebas klasik pada umumnya sepakat untuk meminta campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Investasi pemerintah diharapkan mampu membawa proses ekonomi pada tujuan-tujuan sosial dan ekonomi yang diinginkan bersama dan tanpa campur tangan pemerintah dalam perekonomian tidak aka nada jaminan keadilan sosial.

Bagi pemikir – pemikir sejarah, fenomena – fenomena ekonomi merupakan produk perkembangan masyarakat secara keseluruhan sebagai hasil perjalanan sejarah, karena itu semua pemikiran, teori, dan kesimpulan ekonomi harus di landaskan pada empiris sejarah. Pemikir-pemikir aliran sejarah tidak setuju dengan anggapan kaum klasik dan neo-klasik bahwa prinsip-prisip ekonomi berlaku secara universal.

Pemikir – pemikir aliran sejarah dengan gencar menyerang metode pendekatan deduktif yang digunakan kaum klasik. Dengan pendekatan deduktif analisis ekonomi bertitik tolak dari pengamatan secara umum. Kemudian dari pengamatan secara umum itu diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general to the particular). Bagi pakar aliran sejarah metode deduksi ini dinilai terlalu abstrak dan terlalu teoritis, dimana dari beberapa postulat kemudian meng-claim bahwa pemikiran-pemikiran mereka berlaku umum (universal).

Menurut kaum sejarah metode deduksi ini sering tidak sesuai dengan realitas, dan karenanya sering membawa kita kedalam kesimpulan yang sering keliru. Untuk mengatasi kelemahan metode klasik tersebut maka pemikir-pemikir aliran sejarah menawarkan metode induktif-historis.

Pola pendekatan induksi empiris berpangkal tolak dari pengamatan dan pengkajian yang bersifat khusus, dan dari sini ini diambil suatu kesimpulan umum (reasoning from the patticular to general). Dengan metode induksi empiris maka hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori ekonomi hanya berlaku suatu tempat pada waktu-waktu tertentu, sebab hukum, adil maupun teori ekonomi sangat bergantung pada kondisi dan lingkungan setempat. Dengan demikian bagi pemikir sejarah,hukum ekonomi tida berlaku univesal, tetapi bisa beubah sewaktu-waktu, sesuai keadaan dan maslah yang dihadapi.

Pokok-pokok aliran historis adalah sebagai berikut :

Perkembangan perekonomian harus dibagi atas tingkat – tingkat stufen menurut sejarahnya
Kepentingan nasional harus diutamakan
Manusia harus dipandang satu dalam masyarakat sehingga motif mementingkan diri pribadi dipengaruhi oleh norma – norma yang lainnya. Misalnya adat istiadat, kesusilaan, dan agama.
Hukum ekonomi tidak bersifat mutlak
TOKOH-TOKOH ALIRAN HISTORIS

Friedrich List (1789-1846)
Bruno Hildebrand (1812-1878)
Gustav Von Schmoler (1839-1917)
Werner Sombart (1863-1941)
Max Weber (1864-1920)
Henry Charles Carey (1793-1879)
Aliran Sosialis
Aliran Sosialis dibagi 2 :

Sosialisme utopis
Dari pandangan pemikiran yang revolusioner Karl Marx dan Enggel pemikiran ini biasa disebut kaum sosialis ilmiah dan ada yang tetap mempertahankan dengan cara-cara yang bersifat ideal dan terlepas dari kekuasaan politik disebut sosialis utopis dengan dipelopori oleh Thomas More, Francis Bacon, Thomas Campanella, Oliver Cromwell, Gerard Winstanley, James Harrington.

Perkataan Utopis berasal dari judul buku Thomas More dalam tahun 1516 Tentang Keadaan Negara yang Sempurna dan Pulau Baru yang Utopis. Francis Bacon dalam bukunya Nova Atlantis (1623), dan Thomas Campanella (1623) dalam bukunya Negara Matahari (Civitas Solis).

Saint Simon (1760-1825), dari Perancis bukunya The New Christianity dan Charles Fourier (1772-1837) bercita-cita menciptakan tata dunia baru yang lebih baik bukan dengan kotbah tetapi dengan model percontohan. Louis Blanc mengusahakan agar didirikan ateliers sociesux yakni pabrik-pabrik yang dihimpun negara. Pierre Joseph Proudhom (1809 – 1865) Beliau yakin akan asas persamaan dan lama sekali tidak setuju dengan hak milik pribadi terhadap perusahaan.

Pokok-pokok ajaran para pelopor Sosialis Utopis adalah sebagai berikut :

Milik pribadi ditiadakan, yang ada adalah milik bersama
Pekerjaan dikerjakan/ dilakukan secara gotong royong
Pendapatan dibagi secara adil dan sama rata
Sosialisme ilmiah
Karl Marx dilahirkan di Treves Jerman dan seorang keturunan Yahudi. Ia seorang ilmuwan dan pemikir besar bidang filosof serta Pemimpin Sosialisme Modern. Ia belajar di Universitas Bonn kemudian di Universitas Berlin di Jerman dan memperoleh sarjana bidang Filsafat. Dalam masa studinya ia banyak dipengaruhi oleh Friedrich Engels seorang Filosof Besar Jerman bidang falsafah murni.

Friedrich Engels, berasal dari kalangan usahawan besar di Jerman, keluarganya memiliki sejumlah perusahaan industri tekstil di Jerman maupun di Inggris. Sejak usia muda Engels menaruh minat terhadap ilmu falsafah dan ilmu pengetahuan masyarakat. Nalurinya tergugah oleh apa yang diamatinya dan disaksikannya sendiri mengenai kehidupan masyarakat dalam lingkungan kawasan industri di Jerman dan di Inggris. Engels bertemu dengan Marx tahun 1840 di Paris, sewaktu Marx hidup dalam pembuangan.

Teori tentang perkembangan ekonomi menurut Marx sebenarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama pemikirannya tentang proses akumulasi dan konsentrasi, kedua teori tentang proses kesengsaraan/pemiskinan yang meluas (die verelendung atau increasing misery), ketiga teori tentang tingkat laba yang cenderung menurun.

Menurut teori konsentrasi perusahaan-perusahaan makin lama makin besar, sedangkan jumlahnya makin sedikit. Perusahaan-perusahaan besar bersaing dengan perusahan kecil maka perusahaan kecil akan kalah dalam persaingan dan kemudian perusahaan kecil lenyap. Timbullah perusahaan-perusahaan raksasa. Para pengusaha kecil dan golongan menengah menjadi orang miskin.

Sedangkan teori akumulasi menyatakan bahwa para pengusaha raksasa semakin lama semakin kaya dan menumpuk kekayaan yang terkonsentrasi pada beberapa orang, dan para pengusaha kecil akhirnya jatuh miskin dan pengusaha kecil yang berdiri sendiri menjadi proletariat. Sejauhmana proses akumulasi yang dimaksud di atas bisa berjalan tergantung dari a) tingkat nilai surplus, b) tingkat produktivitas tenaga kerja, dan c) perimbangan bagian nilai surplus untuk konsumsi terhadap bagian yang disalurkan sebagai tambahan modal.

Aliran Neo – Klasik
Kira-kira pada tahun 1870-an ada pengeseran dalam aliran ekonomi, dimana aliran ekonomi yang baru ini menggantikan aliran ekonomi klasik, alasannya pada waktu itu tampak penting kemajuan teknologi dan adanya penemuan sumber-sumber produksi baru, juga ada kemungkinan untuk perkembangan lebih lanjut dibawah kemajuan teknologi. Aliran baru itu disebut Aliran Neo-Klasik. Aliran Neo-Klasik mempelajari tingkat bunga, yaitu harga modal yang menghubungkan nilai pada saat ini dan saat yang akan datang.

Pendapat Neo-Klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat diikut sertakan sebagai berikut:

Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam perkembangan ekonomi.
Menurut Neo-Klasik, tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan, tingkat bunga juga menentukan tingginya tingkat investasi, jika tingkat bunga rendah maka investasi akan tinggi dan sebaliknya.

Perkembangan sebagai proses yang Gradual
Perkembangan merupakan proses yang gradual dan terus menerus. Menurut Alfred Marshall menganggap bahwa perekonomian sebagai suatu kehidupan organik yang tumbuh dan berkembang perlahan-lahan sebagai proses yang gradual.

Perkembangan sebagai proses yang Harmonis dan Kumulatif
Yang dimaksud dengan Perkembangan sebagai proses yang harmonis dan kumulatif ialah bahwa proses ini meliputi berbagai faktor dimana faktor-faktor itu tumbuh bersama sama. Misalnya menurut Marshall menggambarkan pula bahwa harmonisnya perkembangan itu karena adanya internal ekonomis dan external ekonomis. Internal ekonomis timbul karena adanya kenaikan skala produksi yang tergantung pada sumber-sumber dan efisien dari pengusaha itu sendiri. Sedangkan External ekonomi timbul karena kenaikan produksi pada umumnya dan ada hubungan dengan perkembangan pengetahuan dan kebudayaan. Mengenai kumulatifnya yang dikatakan oleh Allen Young bahwa perkembangan industri itu tergantung pada baiknya pembagian kerja di antara para buruh.

Optimis Terhadap Perkembangan Ekonomi
Kaum klasik mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan macet karena terbatasnya sumber daya alam. Dipihak lain kaum Neo-Klasik berpendapat dan yakin bahwa ada kemampuan manusia untuk mengatasi terbatasnya pertumbuhan itu.

Aspek Internasional
Perkembangan ekonomi suatu Negara pada umumnya mempunyai lima aspek tingkat perkembangan ekonomi yaitu:

Mula-mula Negara itu meminjam kapital atau infor kapital. Negara itu merupakan Negara pinjaman yang masi mudah dan disebut sebagai dibetur yang belum mapan. (Immatured Debtor).
Kemudian Negara peminjam tersebut dapat menghasilkan dengan kapital pinjaman tadi, membayar dividend dan bunga atas pinjaman tersebut.
Setelah pengasilan nasional Negara itu meningkat maka sebagian dari penghasilan itu digunakan untuk melunasi utang dan sebagian lagi dipinjamkan ke negara lain yang membutuhkannya. Negara ini ada dalam tingkat dibitur yang sudah mapan (Motured Debtor).
Negara tersebut sudah dapat menerima dividend dan bunga yang lebih besar dari pada yang dibayar, jadi ada surplus.
Akhirnya Negara tersebut hanya melulu menerima dividend dan bunga saja dari Negara lain. Negara itu sudah pada tingkat kreditur yang sudah mapan (Matured Creditor).
Aliran Keynes
Pada hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori tentang pendapatan dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem pemikiran dan konsep Keynes terdiri dari tiga faktor penting, yaitu:

Hasrat berkonsumsi (propensity to consume)
Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah investasi total agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang untuk berkonsumsi, yang merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan tabungan, karena tabungan adalah sisa bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk berkonsumsi.

Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas (liquidity preference)
Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran tabungan dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas (independent) dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena moneter yang tergantung dari keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk dana likuiditas. Sehingga tingkat bunga tergantung dari preferensi likuiditas. (Akan dijelaskan lebih lanjut di poin nomor 4)

Efisiensi marginal dari investasi modal (marginal efficiency of capital)
Tingkat investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal, yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan diperoleh di masa depan dari investasi modal yang bersangkutan. Jelaslah bahwa ekspektasi tersebut adalah yang positif dan menguntungkan investor itu.

Aliran Pasca-Keynes
Aliran ini merupakan aliran ekonomi sesudah Keynes, dimana ilmu ekonomi mengalami perkembangan sangat pesat. Ekonomi bukan lagi menjadi masalah para ahli ekonomi saja, melainkan juga menjadi masalah bagi setiap orang, masalah yang mempengaruhi kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Ini berarti akan melibatkan para ahli dan masyarakat dalam sistem – sistem ekonomi mana yang mereka laksanakan.

Pada masa aliran ini, masyarakat kapitalis dengan sistem perdagangan bebas mereka, mencoba mengembangkan suatu sistem ekonomi yang disebut “Sintesis Pemikiran Neoklasik” (neoclasical synthesis) yakni suatu aliran baru dalam ilmu ekonomi yang melalui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang efektif, mereka mencoba mengadakan paduan antara mikro ekonomi klasik yang dipelopori oleh Adam smith dan Alfred Marshall dengan aliran mikro ekonomi modern dari Keynes tentang penentuan pendapatan yakni memadukan segi-segi positif dari tiap pendekatan mikro maupun makro ekonomi dalam setiap analisis ekonomi mereka.

Pasca keynes ini mencoba menyatukan konsep-konsep pemikiran mikro ekonomi yang bersifat pendekatan individual dengan pemikiran makri ekonomi yang lebih suka melakukan pendekatan secara total, serentak dan menyeluruh. Tujuannya terutama terletak dalam pemecahan masalah-masalah penentuan pendapatan bagi semua anggota masyarakat dan pemerintah.

Mazhab Dalam Ekonomi Islam
Adiwarman A. Karim (2010), salah satu ahli di bidang ekonomi Islam dari Indonesia, membagi Mazhab ekonomi Islam menjadi tiga bagian utama. Mazhab pertama Baqir al-Sadr, baik Mazhab umum, dan tiga alternatif Mazhab-kritis.

Pertama
Mazhab Baqir as-Sadr. Ini Mazhab dipelopolri Baqir as-Sadr dengan nya fenomenal “Iqtishaduna” (Ekonomi kami). Aliran pemikiran berpendapat ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi Islam dan ekonomi masih tetap Islam. Keduanya tidak pernah bisa disatukan karena keduanya berasal dari fislosofi bertentangan. Bahwa anti-Islam, orang lain Islam.

Kedua
Mazhab umum. Aliran pemikiran tidak setuju dengan Mazhab Baqir. Mazhab kedua pemikiran ini akan setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas dihadapkan dengan keinginan manusia yang tidak terbatas.

Ketiga
Alternatif Mazhab-kritis. Ini adalah Mazhab pelopor Kuran Timur (Ketua Departemen Ekonomi Universitas California Sourthen), Jomo (Yale, Cambridge, Harvard, Malaya), Muhammad Arif, dan lain-lain. Mazhab ini mengkritik Mazhab sebelumnya.

Mazhab Baqir dikirik sebagai Mazhab yang berusaha untuk menemukan hal-hal baru yang sebenarnya telah ditemukan oleh orang lain. Menghancurkan teori lama, lalu ganti dengan teori baru. Sementara itu, Mazhab umum dikritik sebagai replika dari ekonomi neoklasik (modern) yang menghilangkan variabel meliputi variabel riba dan zakat dan niat.


24,



25.

Comments

Popular posts from this blog

Software Wajib Kuliah s3 Ekonomi

Selamat Pagi Bapak Ibu semua semoga apa yang dishare ini bisa berguna bagi bapak Ibu: 1. Installer Software EVIEWS 7 link download : shorturl.at/fgpNY digunakan untuk kuliah ekonometrika dan matakuliah yang memerlukan analisis data panel tidak lupa disertasi 2.Software SPSS untuk matakuliah ekonometrika dan matakuliah yang memerlukan pengolahan data timeseries SPSS 15 (untuk laptop spek lama) link download : shorturl.at/hCEQ9 SPSS 22 (untuk laptop spek baru) link download : shorturl.at/jqFK4 3.untuk membuat kerangka pemikiran, model, flowchart, bagan link download : shorturl.at/wFHIV sebenarnya versi lain bisa menggunakan visio, tetapi agak ribet, smartdraw ini lebih mudah digunakan karena disediakan langsung template nya 4.untuk konversi PDF menjadi word dan sebaliknnya link download: shorturl.at/lnGT6 PDF foxit ini dapat mengubah PDF menjadi word atau sebaliknya, sangat berguna membantu tugas yang memerlukan jurnal dan jurnal tersedia dalam bentuk PDF