1.
Di
dalam perkembangannya pemikiran ilmu ekonomi di mulai oleh para praktisi
kebijakan ekonomi nasional di sejumlah negara pada abad 16 dan 17 yang
selanjutnya dikenal sebagai aliran merkantilis. Meskipun kejadian tersebut
telah berlalu berabad-abad namun dari ajarannya ada beberapa hal yang dinilai
masih relevan sampai sekarang, terutama bagi negara-negara yang sedang
membangun. Jelaskan !!!
jawab :
Perlu diketahui terlebih dahulu
sudut pandang dan ajaran mendasar dari merkatilisme, bahwa setiap negara yang berkeinginan
untuk maju harus melakukan perdagangan dengan negara lain. Sumber kekayaan
negara diperoleh dari “surplus” perdagangan luar negeri yang akan diterima
dalam bentuk emas dan perak yang kemudian disebut sebagai uang. Bagi kaum
merkantilis, uang yang dihasilkan dari perdagangan tersebut merupakan sumber
kekuasaan (power), sehingga hal ini yang kemudian mendorong negara-negara yang
menganut faham merkantilisme seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis dan
Belanda untuk melakukan kebijakan ekspor besar-besaran dan sedapat mungkin
membatasi impor. Sehingga dari hal tersebut, maka teori/ajaran yang masih
relevan untuk merepresentasikan dan membuktikan kondisi ekonomi saat ini antara
lain:
a.
Teori
dari Jean Boudin (1530-1596) yang menjelaskan mengenai hubungan antara jumlah
uang beredar terhadap kenaikan harga barang. Konsep ini merupakan cikal bakal
teori dari inflasi ekonomi modern saat ini yang kemudian disempurnakan Irving
Fisher dalam formulanya mengenai teori kuantitas uang. Menurut Boudin, bertambahnya
uang yang diperoleh dari perdagangan luar negeri dapat menyebabkan naiknya
harga barang-barang. Selain itu, kenaikan harga barang-barang juga dapat
disebabkan oleh praktik monopoli serta pola hidup mewah di kalangan kaum bangsawan
dan raja-raja. Jika kondisi ini terjadi, maka akan berdampak langsung kepada
rakyat.Merujukkepada teori Boudin tersebut dan dikaitkan dengan kondisi ekonomi
saat ini, maka inflasi dapat dijelaskan sebagai kenaikanharga barang dan jasa
secara menyeluruh dan bersifat gradual yang disebabkan oleh jumlah uang beredar
(akibat transaksi perdagangan) di masyarakat/negara terlalu besar dan kemudian
memicu besarnya konsumsi masyarakat sehingga menyebabkan nilai mata uang
domestik menjadi lemah. Suatu negara yang mengalami inflasi biasanya terjadi
karena pertumbuhan ekspor lebih besar dari impor, sehingga menyebabkan arus
uang mengalir ke dalam lebih besar. Hal ini mengakibatkan volume uang beredar
dimasyarakat bertambah besar yang tentunya akan memicu dan memacu konsumsi
lebih besar pula. Praktik monopoli dan pola hidup mewah yang dikatakan oleh
Boudin, diterjemahkan sebagai besarnya tingkat dan pola konsumsi setiap
individu yang saat terjadi inflasi justru memiliki uang lebih banyak dan
kemampuan beli lebih besar dari biasanya. Pada akhirnya, setiap individu yang
memiliki daya beli lebih besar, akan melakukan konsumsi besar pula. Jika
kondisi ini terus berlangsung, maka secara umum akanmembuat jumlah uang beredar
di negara tersebut semakin besar dan tak terkendali hingga akhirnya nilai per
unit dari mata uang itu sendiri menjadi tidak bernilai sama sekali (lemah),
dengan kata lain, harga per unit barang saat itu sangatlah tinggi. Pada kondisi
ini, daya beli masyarakat justru sangat lemah karena berapa pun uang yang
dimiliki tetap tidak mampu menjangkau harga per unit barang yang semakin
melambung tinggi. (source: https://www.hetwebsite.net/het/profiles/bodin.htm)
b. Teori kecepatan uang beredar (the Velocity of money) dari Sir William Petty (1623-1687). Petty mengatakan bahwa “jika output ekonomi suatu negara ingin meningkat dalam kaitannya dengan jumlah uang beredar dan harga barang, maka kecepatan sirkulasi dalam ruang lingkup yang lebih kecil harus tinggi.” Petty berpendapat bahwa uang hanyalah “lemak tubuh politik, jika terlalu banyak maka akan menghambat ketangkasannya, dan jika terlalu sedikit maka akan membuatnya sakit.” Jika merujuk pada kondisi ekonomi saat ini, maka dapat diterjemahkan bahwa pemerintah perlu mengatur porsi jumlah uang beredar yang ideal di dalam negeri. Kalimat “Fat of The Body Politic (lemak tubuh politik)” di terjemahkan sebagai kurs mata uang suatu negara yang berkontribusi terhadap kinerja ekonomi. Peran dan kebijakan pemerintah sangat penting dalam mengendalikan kurs mata uang tersebut agar menjaga stabilitas perekonomian suatu negara
2. Teori ekonomi yang dikembangkan oleh aliran Klasik selanjutnya telah bercabang ke arah 2 jurusan: di mana jurusan pertama dipelopori oleh Karl Marx dan yang kedua dipelopori oleh J.S. Mill. Jelaskan perkembangan kedua cabang tersebut
Jawab
b. Teori kecepatan uang beredar (the Velocity of money) dari Sir William Petty (1623-1687). Petty mengatakan bahwa “jika output ekonomi suatu negara ingin meningkat dalam kaitannya dengan jumlah uang beredar dan harga barang, maka kecepatan sirkulasi dalam ruang lingkup yang lebih kecil harus tinggi.” Petty berpendapat bahwa uang hanyalah “lemak tubuh politik, jika terlalu banyak maka akan menghambat ketangkasannya, dan jika terlalu sedikit maka akan membuatnya sakit.” Jika merujuk pada kondisi ekonomi saat ini, maka dapat diterjemahkan bahwa pemerintah perlu mengatur porsi jumlah uang beredar yang ideal di dalam negeri. Kalimat “Fat of The Body Politic (lemak tubuh politik)” di terjemahkan sebagai kurs mata uang suatu negara yang berkontribusi terhadap kinerja ekonomi. Peran dan kebijakan pemerintah sangat penting dalam mengendalikan kurs mata uang tersebut agar menjaga stabilitas perekonomian suatu negara
2. Teori ekonomi yang dikembangkan oleh aliran Klasik selanjutnya telah bercabang ke arah 2 jurusan: di mana jurusan pertama dipelopori oleh Karl Marx dan yang kedua dipelopori oleh J.S. Mill. Jelaskan perkembangan kedua cabang tersebut
Jawab
a.
Teori
Karl Marx
Dari
sudut pandang teori ekonomi, pemikiran Karl Marx tidak lepas dari latar belakang
kehidupan dan pendidikan yang memengaruhi pola pikirnya.Hampir seluruh sudut
pandang Marx dilatarbelakangi oleh konflik. Awalnya saat muda ia tertarik pada
bidang hukum, namun dikarenakan oposisinya terhadap pemerintah Jerman, kemudian
ia mengalihkan studinya ke filsafat. Namun disertasi doktoralnya tentang akar
doktrin Stoic dan Epicurus membawanya terjebak kepada paham Atheis sehingga ia
diotolak oleh dunia akademisi. Barulah ia menemukan cikal bakal pemikirannya
setelah pertemuan dengan Joseph Proudon (1808-1865) yang banyak mengispirasinya
untuk membenci kaum kapitalis. Pemikirannya mengenai ekonomi berkembang setelah
bertemu dengan Friedrich Engel yang kemudian mereka berdua mengeluarkan teori
dan konsep pemikiran ekonomi yang menentang sistem ekonomi kapitalis.Dalam
menentang sistem ekonomi kapitalis, Marx memberikan argument dari 3 sudut
pandang yaitu moral, sosiologi dan ekonomi.
Dari
segi moral, Marx melihat bahwa sistem ekonomi kapitalis menjadikan para
pelakunya menjadi tidak adil dan tidak peduli terhadap maslah kepincangan dan
kesejangan sosial.Dengan penerapan sistem “upah besi” pada kaum buruh, maka
dapat dipastikan bahwa buruh tidak akan dapat meningkatkan derajad dan
kesejahteraannya lebih tinggi. Sehingga dari hal itu, Marx mengkritik sistem
ekonomi liberal-kapitalis harus digantikan dengan sistem lain yang lebih
memperhatikan masalah pemerataan bagi semua untuk semua, yaitu sistem
ekonomi-sosialis
Dari
segi sosiologi, Marx menemukan adanya konflik dan kesenjangan antar kelas
(stratifikasi sosial).Yaitu adanya sekelompok orang (pemilik modal) yang
menguasai sebagian besar modal. Di sisi lain, adanya kelas proletar (kaum
buruh) yang menempati posisi bawah yang kian hari jumlahnya makin bertambah.
Marx menganjurkan bahwa sistem ekonomi kapitalis harus diganti dengan sistem
yang lebih berpihak kepada golongan kaum buruh.
Dari
segi ekonomi, Marx melihat bahwa akumulasi kapital di tangan kapitalis
memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Tapi, pembangunan
dalam sistem kapitalis tersebut sangat bias terhadap pemilik modal. Sehingga
untuk bisa membangun secara nyata bagi seluruh lapisan masyarakat, maka harus
perlu dilakukan perobakan structural melalui revolusi sosial dan menata kembali
hubungan produksi (khususnya dalam sistem kepemilikan tanah, alat-alat
produksi, dan modal).
Marx
Juga mengeluarkan konsep mengenai “Surplus Value” dan Penindasan Buruh. Marx
tidak setuju dengan sudut pandang klasik yang beranggapan bahwa nilai suatu
barang harus sama dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang tersebut yang di
dalamnya sudah termasuk ongkos kerja berupa upah alami. Menurut Marx, hal ini
merupakan eksploitasi terhadap kaum buruh, karena nilai dari hasil kerja para
buruh jauh lebih besar dari jumlah yang diterima mereka sebagai upah alami.Kelebihan
nilai produktifitas kerja ini yang disebut Marx sebagai surplus value yang
dinikmati oleh para pemilik modal.Menurut Marx, nilai suatu komoditi harus
sepadan dengan input-input labor, dan hanya input labor yang dapat menghasilkan
laba. Secara detail Marx menjelaskan bahwa suatu komoditas (C) adalah
penjumlahan dari biaya labor langsung (v), biaya labor tidak langsung (c) dan
laba atau nilai surplus (s), atau: C = c + v + s
Masyarakat kapitalis melihat buruh sebagai
nilai guna dan juga nilai tukar.Sebagai sumber nilai guna, buruh menjadi
sumberkegiatan yang digunakan untuk produksi suatu barang tertentuuntuk
dipakai. Sedangkan sebagai sumber nilai tukar, buruhdipandang sebagai masukan
dalam proses produksi komoditas-komoditas yang dihasilkan tidak untuk pemakaian
pribadiburuh itu sendiri ataupun untuk pemakaian majikan, melainkan untuk
dijual dalam sistem pasar yang bersifat impersonal, untuk ditukarkan dengan
uang. Jadi, dalam sistem kapitalis, buruhdipandang sebagai komoditas yang dapat
dijualbelikan dalampasar impersonal, seperti komoditas lainnya.Namun buruhjuga
mampu memproduksi nilai tukar lebih besar daripada yangdiminta untuk
mempertahankan nilai tukarnya tersebut. Teori nilai yang terdiri dari empat
subteori: (1) teori tentang nilai pekerjaan (2) teori tentang nilai tenaga
kerja (3)teori tentang nilai lebih dan (4) teori tentang laba. Teori
tentangnilai pekerjaan menyangkut bagaimana nilai ekonomis sebuahkomoditas dapat
ditentukan secara objektif.Nilai ini ditentukanoleh nilai pakai dan nilai pakai
dan nilai tukar.Teori tentang nilaitenaga kerja merupakan upah. Dalam arti
buruh mendapat upahyang senilai dengan apa kebutuhan buruh untuk
memulihkankembali tenaganya dan kebutuhan keluarganya. Teori tentangnilai lebih
adalah diferensi antara nilai yang diproduksikanselama satu hari oleh seorang
pekerja dan biaya pemulihantenaganya setelah bekerja. Teori tentang laba
merupakan satu-satunya sumber laba yang dimiliki oleh kapitalis yang
sangatditentukan oleh besar kecilnya nilai lebih
b.teori J.S Mill
Dalam
karyanya Principles of Political Economy, dia menyinggung masalah
produksi, yang merupakan bagian dari aktifitas ekonomi, dalam hal pemenuhan
kebutuhan masyarakat dan keinginan pasar.Menurutnya uang adalah kekuasaan, dan
dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan kekuasaan.Mill,
menganggap kemakmuran suatu bangsa tidak ditentukan dengan pemenuhan kebutuhan
fisik semata, melainkan kontinuitas produksi.
Dalam hal pemikirannya mengenai ekonomi, Mill dipengaruhi
oleh Thomas Robert Malthus, dimana pertumbuhan ekonomi selalu diliputi dengan
tekanan jumlah penduduk dengan sumber yang tetap. Mill seorang utilitarian yang
mencoba untuk memahami kebahagiaan secara lain, dimana menurutnya kebahagiaan,
bukanlah semata bersifat fisik, melainkan lebih luas dari itu, dan Mill pun
memperkenalkan sebuah konsep kebahagiaan individu, yang sebelumnya, para filsuf
utilitarian kurang menyentuh hal tersebut.
Menurut Mill tentunya berbeda terkait kebahagiaan
individu dengan kebahagiaan umum. Suara hati menjadi dasar moralitas kaum
utilitarian, sehingga akan menimbulkan implikasi didalam kehidupan sehari-hari
terkait hubungannya dengan orang lain, dan disanalah eksistensi sebagai makhluk
sosial menjadi nyata. Perasaan sosial yang timbul menuntut adanya suatu
perhatian terhadap kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Maka,
dikemudian hari akan memunculkan konsep kebebasan dan keadilan. Keadilan, akan
diawali dengan pengakuan atas eksistensi hak-hak orang lain dan keadilan juga
tidak terpisahkan dengan unsur kebebasan manusia. Masyarakat menurut Mill
mestilah melindungi kebebasan individu dikarenakan hal tersebut merupakan
bagian dari kebahagiaan umum.
Universalime etis merupakan konsep utilitariannya yang
lebih mengedepankan kepada kebahagiaan orang lain, dimana disanalah moralitas
utilitarian dibangun oleh Mill. Prinsip tersebut memang cukup relevan dalam hal
aktifitas ekonomi, disamping Mill menerima pasar bebas Adam Smith, namun usaha
untuk memperhatikan kebahagiaan orang lain dalam hal persaingan ekonomi pasar,
menjadi agenda Mill. Kondisi pasar bebas yang cenderung bersikap egoisme
sentris, berusaha ditekan Mill dengan pemberlakuan nilai moralitas bersama,
dimana prinsip kebahagiaan harus dirasakan oleh setiap pemain pasar, pelaku
usaha, produsen, distribusi, hingga tataran konsumen. Pasar bebas memang
cenderung melahirkan kondisi menang-kalah, namun diantara dua belah pihak
diharapkan harus tetap mampu menjalin hubungan yang kelak melahirkan
kebahagiaan bersama, yang merupakan konsekuensi atas universalisme etis ala
John Stuart Mill.
Ekonomi sebagai sebuah ilmu yang bersifat empiris,
menjadi bagian dari pemikiran Mill kedepan. Dimana dia menyinggung masalah
produksi, yang merupakan bagian dari aktifitas ekonomi, dalam hal pemenuhan
kebutuhan masyarakat dan keinginan pasar. Menurutnya uang adalah kekuasaan, dan
dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan kekuasaan. Mill,
menganggap kemakmuran suatu bangsa tidak ditentukan dengan pemenuhan kebutuhan
fisik semata, melainkan kontinuitas produksi. Didalam Principles-nya
dia banyak menyinggung masalah produksi dan buruh yang menjadi tema besar saat
itu, dimana dia mencoba menghubungkan konsep universalisme etis dengan kedua
hal tersebut, maka disanalah utilitarian Mill bekerja, konsekuensinya dia
sedang mengkonstruk suatu pandangan humanitas didalamnya, dimana kondisi buruh
dalam proses produksi harus diperhatikan serta pemenuhan kebutuhan umum.
Menurut Mill penawaran selalu identik dengan permintaan,
dan dia menerapkan pola fikir baru bahwa produksi tidaklah harus ditentukan
dengan permintaan pasar, sehingga baginya tidak ada istilah overproduksi yang
selama ini dicegah oleh kebanyakan orang. Adapun pendapat Mill lainya bahwa kemakmuran
ekonomi tidak ditentukan oleh permintaan dipihak konsumen, serta produksi
menurut Mill merupakan sebuah basis yang memungkinkan terjadinya kerja sama
diantara pengusaha yang bebas. Mill dalam hal ini sejaan dengan Adam Smith yang
hidup lebih awal darinya, dalam hal ini mengenai ide pembagian kerja menurut
Smith, namun Mill memasukkkan unsur lain didalamnya yakni peran wanita sebagai
kondisi yang memungkinkan terjadinya pembagian kerja yang riil. Kalau dalam Adam Smith dikenal istilah ‘the right
man in the right place’, maka Mill menambahnya dengan ‘the right
women’.
Dalam kesempatan tadi, Mill mencoba menambahkan unsur
moralitas didalam produksi, namun tidak terhenti disana saja. Mill mencoba
untuk memasukkan ini dalam suatu kondisi ekonomi yang stagnan, dimana Mill
menemukan alasan terjadinya stagnan tersebut pada buku The Princlpes
of Economy and Taxation, milik David Ricardo, seorang pemikir ekonomi,
yang cukup berpengaruh. Dalam mengatasi kondisi yang stagnan, menurut Mill
mesti digiatkan lagi konsep kebahagiaan umum, dimana mencoba untuk menghindari
akibat yang dialami dari stagnasi ekonomi tersebut terhadap semua orang.
Menurutnya kegiatan ekonomi pada masa stagnan haruslah difokuskan pada
pengentasan kemiskinan dan upaya pencegahan dari ketidakadilan ekonomi.
Dalam konsep riil terkait pemikiran ekonominya, Mill
mencoba untuk memberi 3 bidang pekerjaan yang dianggapnya ideal, yakni;
pertanian, perusahaan, dan bank. Pertanian berkaitan dengan tanah, pemilik
tanah, dan pekerja, yang tentunya saling berhubungan. Disana juga memunculkan
sebuah penguasaan atas tanah,atau dalam hal ini sistem kepemilikan tanah, yang
coba digantikan oleh Mill dengan sistem baru, yakni sistem pertanian yang
bernuansa kompetitif.
Pada perusahaan, yang mengidealkan perusahaan yang besar,
dan penuh dengan persaingan usaha. Selain itu, ada pula bank dimana bank sangat
berperan dalam kondisi ekonomi yang stagnan. Dapat pula memainkan peran
strategisnya dalam mencairkan modal sekaligus mencegah jatuhnya harga.
Sementara fungsi utamanya adalah menghidupkan kembali iklim spekulasi bisnis
yang sehat.
3. Pelajaran apakah yang dapat ditarik dari mazhab Historis yang berkembang di Jerman pada waktu itu, dalam kaitannya dengan negara-negara yang sedang membangun ?
jawab :
Mazhab historis adalah salah
satu mazhab yang mengkritik pemikiran dari mazhab Klasik yang berargumen bahwa
ada undang-undang alam tentang kehidupan ekonomi. Bagi mazhab Historis,
masyarakat harus diangap sebagai satu kesatuan organisme tempat interaksi sosial
berkait dan berhubungan antari individu. Kegiatan masyarakat didasarkan pada
sistem yang menyeluruh sehingga dalam hal ini peran kebijakan pemerintah sangat
dibutuhkan dalam perekonomian. Pelajaran yang dapat ditarik dari mazhab
Historis antara lain mengenai pemikiran bahwa fenomena-fenomena ekonomi
merupakan produk perkembangan masyarakat secara keseluruhan sebagai hasil
perjalanan sejarah. Sehingga, pemikiran, teori dan kesimpulan mengenai
persoalan ekonomi harus berlandaskan empiris sejarah dan bukan bersifat universal
sebagaimana yang diaunut oleh Mazhab Klasik. Alasannya adalah bahwa
prinsip-prinsip ekonomi dipengaruhi oleh adat istiadat, tradisi, agama,
nilai-nilai dan norma lingkungan setempat.
Sehingga, mazhab Historis tidak
setuju dengan pendekatan deduktif yang bertitik tolak dari pengamatan (postulat,
premis, dalil) secara umum yang kemudian disimpulkan secara khusus sebagaimana
yang dianut oleh mazhab Klasik. Alasannya adalah metode ini terlalu abstrak dan
terlalu teoritis dan seringkali tidak sesuai dengan realitas sehingga
seringkali membawa kesimpulan yang keliru. Sehingga dimunculkanlah meytode
induktif-historis, yaitiu mengumpulkan kenyataan-kenyataan ekonomi dari sejarah
yang kemudian diambil kesimpulan secara umum. Dengan metode ini, hukum-hukum,
dalil-dalil, teori-teori ekonomi hanya berlaku di suatu tempat pada waktu
tertentu karena hukum dan dalil sangat tergantung pada kondisi dan lingkungan
setempat.
Pelajaran selanjutnya yang
dapat diperoleh dari mazhab Historis antara lain bahwa doktrin mazhab Historis
gagal dalam membangun dan mengembangkan sebuah sistem ekonomi yang mapan
sebagaimana yang telah dihasillkan oleh Mazhab Klasi dan Sosialis. Mereka lebih
banyak mengkritik Klasik dan Neo Klasik yang tidak menginginkan campur tangan
pemerintah. Para ilmuwan Historis lebih banyak mengkritik metode deduksi klasik
ketimbang mencai kelemahan dari konsep induksi-empirisnya sendiri.
Jika merujuk kepada kondisi
ekonomi negara berkembang, terutama di Indonesia, maka struktur perekonomian di
negara berkembang sebagian besar di dominasi oleh sektor pertanian. Merujuk
kepada pendapat Friedrich List (1789-1846) bahwa negara yang ditopang oleh
sektor pertanian akan sulit maju, maka jika negera tersebut ingin maju harus
memacu industrialisasi di dalam negeri dengan cara melakukan kebijakan proteksi
untuk melindungi industrui dalam negeri. Tujuannya adalah agar industri dalam
negeri menjadi lebih mapan dan kompetitif dalam bersaing. Namun, proteksi yang
diberikan olehsebagian negara berkembang sering kali tidak bijaksana dan tidak
sesuai dengan konsep yang diajarkan oleh List bahwa seharusnya proteksi hanya
diberikan pada tahap awal saja. Pada kenyataannya, proteksi diberikan secara
terus menerus. Padahal ini akan menjadi sumber pemborosan keuangan negara. Yang
lebih parah lagi adalah proteksi hanya dinikmati olehh segelintir pengusaha
yang berkolaborasi dengan penguasa. Dalam jangka panjang, kondisi ekonomi
seperti ini akan rapuh dan hancur. Kondisi sangat relevan terjadi di Indonesia,
terutama sangat terlihat pada saat kondisi ekonomi sebelum dan sesudah era
reformasi, di mana rezim orde baru memberikan proteksi besar kepada pengusaha
yang memiliki akses kepada penguasa, sementara di sisi lain proteksi tidak
terjangkau kepada pengusaha kecil. Alhasil, disaat krisis moneter dan kekonomi
terjadi pada tahun 1998, perusahaan-perusahaan papan atas yang notabene mendapatkan
prioritas proteksi pemerintah tidak mampu bertahan dari hantaman kurs dan krisis
tersebut, sangat kontras terjadi pada UMKM saat itu yang tidak pernah banyak
tersentuh bantuan pemerintah namun bisa mandiri dan berdikari atas usahanya
dalam menghadapi terpaan krisis. Dengan demikian, kebijakan pemerintah untuk
memajukan industri dalam negeri dengan cara melakukan proteksi terhadap
industri dalam negeri sudah tidak lagi relevan, terutama dengan adanya
kesepakatan-kesepatan bisnis dan ekonomi antar negara di dunia saat ini yang
telah membebaskan kebijakan tarif di antara negaratersebut seperti AFTA, MEA,
GATT, maka kebijakan proteksi menjadi tidka relevan lagi, satu-satunya cara
untuk memajukan industri dalam negeri adalah melakukan kebijakan efisiensi
produksi.
Implikasi kebijakan lain dari
mazhab Historis yang dapat ditarik sebagai pelajaran adalah dari pemikiran
Gustav von Schmoler (1839-1917) mengenai perlindungan bagi kaum buruh. Masalah
perlindungan kaum buruh harus diperhatikan terutaa di negara berkembang, karena
bargaining position mereka sangat
lemah di hadapan pengusaha. Kalaupun ada organisasi serikat pekerja, namun
belum sepenuhnya mengakomodir kepentingan dan hak buruh secara utuh, sehingga
dalam hal ini pemerintah di negara berkembang wajib membuat kebijakan yang
berpihak kepada kaum buruh.
4.Masalah
antinomi nilai yang terjadi di dalam kehidupan ekonomi baru dapat terjawab
dalam kerangka teoristik yang dikembangkan oleh Mazhab Austria. Berikan
penjelasan mengenai hal ini
jawab :
Antinomy
nilai berawal dari penelitian yang dilakukan oleh Stanley Jevons dari University
of Manchester, Karl Menger dari Austria, Leon Walras dari Lauzanne School dan
Alfred Marshal dari Cambridge University yang melakukan penelitian mengenai
Nilai Surplus (surplus Value) yang
dikemukakan oleh Karl Marx. Kesimpulan dari hasil penelitian mereka adalah
sama, yaitu menyatakan bahwa teori surplus
value Marx tidak
mampu menjelaskan secara tepat tentang komoditas. Sehingga dalam membahas
konsep dari Marx, para tokoh neo Klasik menggunakan konsep analisis marginal (marginal analysis). Pada intinya, konsep
ini mengaplikasikan kalkulus diferensial terhadap perilaku konsumen dan
produsen serta penentuan harga-harga di pasar. Konsep ini tentu saja kemudian
dikembangkan oleh para pakar ekonomi Austria yang berbasis analisis menggunakan
kalkulus. Karena konsep ini dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi dari Asutria,
pandangan mereka dalam berbagai buku ajar dimasukkan ke dalam aliran tersendiri
yang disebut mazhab Austria. Sebagai contoh adalah Karl Menger (1840-1921)
menerbitkan buku berjudul Grunsatze der
Volks Wirtschaftslehre (1871) yang isinya adalah pengembangan teori
utilitas marginal yang berdampak besar kepada pengembangan teori ekonomi. Friedrich
von Wiezer (1851-1920) kemudian mengembangkan teori utilitas Menger dan
menambahkan formula biaya-biaya oportunitas. Kemudian dilanjutkan oleh Eugen
von Bohm Bawerk (1851-1914) yang menemukan teori tentang modal dan teori
tentang tingkat suku bunga. Serta banyak penemuan teori lainnya yang dilakukan
oleh pakar ekonomi Austria.
5.Jelaskan
perihal perkembangan teori yang dibawakan oleh aliran Klasik terhadap
teori-teori aliran setelahnya
jawab :
Dalam perjalanannya, teroi dari
mazhab Klasik dikembangkan menjadi ajaran dan konsep ekonomi berbasis
liberalisme-kapitalisme yang berimplikasi kepada penguasaan sumber daya dan
kekuasaan oleh kaum borjouis dan eksploitasi sumber daya ekonomi secara
besar-besaran. Hal ini mendatangkan kritikan dan protes keras dari sebagian
besar pihak yang kemudian memunculkan pemikiran baru yang berkembang kemudian
menjadi sebuah sistem pemikiran dan mazhab yaitu Sosialis. Dalam perjalanannya,
mazhab sosialis berkembang menjadi tiga golongan yaitu pemikiran Sosialis
sebelum Marx, Sosialis-Komunis dari Marx dan Engel, dan Sosialis sesudah Marx.
Namun begitu, mazhab sosialis merupakan antinomi dari Kapitalis yang merujuk
kepada sistem-sistem kepemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber produksi secara
kolektif. Dalam perekonomian sosialis, terjadi pergeseran milik kekayaan dari
swasta ke pemerintah secara bertahap dan adanya pemberian kompensasi dari
pemerintah kepada swasta atas dasar kepemilikan tersebut melalu prosedur
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Pada kenyataannya, ide sosialis
merupakan gagasan yang sulit direalisasikan karena belum mampu memunculkan
pemikiran yang sistematis dan ilmiah. Apalagi jika merujuk kepada gagasan yang
dituliskan oleh Sir Thomas More (1478-1535) dalam bukunya Utopia, beliau
menjelaskan bahwa di sebuah pulau yang bernama Utopis yang dapat ditafsirkan
sebagai sebuah negara, semua milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal
dalam satu tempat yang sama. Makanan dan kebutuhan lainnya disediakan secara
bersama. Semua orang bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa hanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup saja dan tidak perlu bekerja mati-matian dalam jangka
waktu lama. Uang tidak lagi dibutuhkan karena semua kebutuhan hidup disediakan
bersama. Pemikiran sosialis barulah diakui sebagai mazhab ketika Marx membuatkan
pondasi ilmiahnya dalam menyoroti dan mangkritisi mazhab Kapitalis melalui
teori Surplus Value, Teori Pertentanga Kelas, dan teori Kejatuhan Kapitalis
6. Jelaskanlah
perkembangan teori yang dibawakan oleh JM Keynes terhadap teori-teori aliran
sebelumnya
Jawab
JM Keynes banyak menyoroti
prinsip-prinsip ekonomi klasik. Beberapa hal yang menjadi sorotan utama
terhadap teori klasik adalah sebagai berikut:
a.
Kaum klasik beranggapan bahwa perekonomian yang
dilandaskan pada mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Kegiatan produksi akan
secara otomatis menciptkan daya beli untuk membeli barang dan jasa. Daya beli
tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah,
gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa lain yang digunakan dalam produksi. Pendapatan
yang diperoleh atas faktor-faktor produksi tersebut seluruhnya akan
dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Hal inilah
yang dikatakan oleh Jean Baptis Say bahwa penawaran akan selalu menciptakan
permintaannya sendiri. Anggapan kaum Klasik, bahwa dalam keseimbangan, seluruh
sumber daya termasuk tenaga kerja akan digunakan secara penuh (fully-employed) sehingga tidak ada
pengangguran. Pekerja terpaksa menerima upah rendah daripada tidak memperoleh
pendapatan sama sekali. Kesediaan pekerja untuk menerima upah lebih rendah ini
akan menarik perusahaan untuk mempekerjakan mereka lebih banyak, terkecuali
pada voluntary unemployment.
Dalam
kenyataannya, Keynes membantah bahwa permintaan lebih kecil dari penawaran
karena pendapatan yang diterima masyarakat akan ditabung dan tidak semuanya
dikonsumsi. Pernyataan JB Say hanya terjadi pada perekonomian tertutup
sementara dalam perekonomian terbuka pada negara yang lebih maju, masyarakat
sudah mengenal tabungan sebagai leakage
dari pendapatan yang diterima. Sehingga permintaan efektif biasanya lebih kecil
dari total produksi. Jika perusahaan mengantisipasi kondisi ini dengan
menurunkan harga, maka pendapatan pun akan turun. Akibatnya adalah konsumsi
juga menurun, smeentara di sisi perusahaan,turunnya pendapatan akan menciptakan
rasionalisasi sumber daya dan penumpukan barang produksi yang tidak mampu
dibeli oleh masyarakat yang memiliki pendapatan kecil. Jika kondisi ini
berlanjut dalam jangka panjang, akan memunculkan depresi ekonomi.
Pendapatan
Keynes ini kemudian dibantah dengan pandangan bahwa jika tabungan dianggap
sebagai leakage, maka tabungan akan dihimpu
oleh lembaga-lembaga keuangan danakan disalurkan kepada investor, yang kemudian
pasar akan mengatur sedemikian rupa sehingga jumlah tabungan akan sama dengan
jumlah investasi. Sehingga kebocoran yang terjadi pada tabungan akan
diinjeksikan kembali ke dalam perekonomian melalui investasi yang pada akhirnya
akan mencapai equilibrium. Pendapat ini kemudian disanggah oleh Keynes, bahwa motif
orang untuk menabung tidak sama dengan motof pengusaha untuk melakukan
investasi. Alsan pengusaha untuk investasi adalah untuk memperoleh laba
maksimal, sementara sektor rumah tangga menabung karena alasan memenuhi
kebutuhannya dan termasuk berjaga-jaga (precautionary),
sehingga dengan perbedaan motif ini, menyebabkan porsi tabungan tidak pernah
sama dengan investasi. Kesimpulan inti dari statement Keynes tersebut adalah
dengan merujuk kepada kondisi dan perdebatan di atas, keseimbangan
(equilibrium) ekonomi justru tidak terjadi pada titik full-employment, namun berada di bawah titik full-employment.
b.
Pandangan Keynes terhadap keseimbangan ekonomi dan
pemerintah. Merujuk kepada pernyataan Keynes di atas, Keynes justru menyatakan
bahwa dalam batas tertentu, peran pemerintah justru diperlukan. Misalnya jika
terjadi pengangguran, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk
membuat proyek-proyek padat karya. Jika terjadi fluktuasi harga, pemerintah
bisa menarik jumlah uang beredar dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, Keynes memandang bahwa keseimbangan ekonomi akan tercapai
dari peran kebijakan fiskal pemerintah.
7.Jelaskan
inti pandangan Mazhab Historis yang terutama sangat berkembang di Jerman
Jawab
Inti dari pendangan Mazhab
Historis adalah sebagai berikut:
a.
Motif orang dalam bertindak tidak hanya didasarkan atas
laba dan kepentingan pribadi, tapi dipengaruhi oleh motif lain yang beraneka
ragam.
b.
Mazhab Historis mengecam konsep mekanisme pasar yang
dinilai tidak etis dan terlalu mekanis
c.
Kegiatan masyarakat harus dilandaskan suatu sistem yang
menyeluruh yang mencakup semua organisme dalam kehidupan masyarakat sebagai
suatu keseluruhan.
d.
Untervensi pemerintah harus ada untuk menciptakan
keadilan sosial
e.
Fenomena ekonomi merupakan produk perkembangan masyarakat
secara keseluruhan sebagai hasil perjalanan sejarah. Sehingga kesimpulan dan
prinsip-prinsip ekonomi harus berdasarkan empiris sejarah, dan bukan diakui
secara universal. Alasannya adalah prinsip ekonomi juga dipengaruhi oleh agama,
nilai-nilai, norma-norma, adat-istiadat dan tradisi
f.
Mazhab Historis tidak setuju dengan pendekatan deduktif
yang digunakan mazhab Klasik karena dinilai tidak realistis, terlalu abstrak
dan teoritis karena beberapa postulanya mmenngklaim secara universal. Sehingga
mazhab Historis menciptakan metode induktif-historis dengan mengumpulkan
realitas ekonomi dari sejarah yang kemudian diambil kesimpulan secara umum.
Sehingga hukum/dalil ekonomi hanya berlaku di suatu tempat pada waktu
tertentu.
8. Apakah relevansi pandangan Mazhab Historis bagi kepentingan masyarakat dewasa ini?
Jawab
Fokus dari ajaran Mazhab Historis adalah bersifat
nasionalistik. Mazhab Historis mengajarkan bahwa setiap negara memiliki latar
belakang sejarah berbeda-beda, sehingga akan tercermin kepada sikap dan
perilaku serta kondisi ekonomi secara keseluruhan di negara tersebut. Berangkat
dari hal ini, maka kebijakan pemerintah suatu negara terhadap perekonomiannya
juga berbeda termasuk berimplikasi kepada konsumsi, tingkat pendapatan dan
lain-lain. Sebagian negara ada yang ditopang oleh sektor pertanian, dan
sebagian lagi ditopang oleh sektor industri dan perdagangan. Sehingga kebijakan
yang mendasar dari pemerintah pun berbeda-beda. Dengan kata lain, dalam
memunculkan kebijakan ekonomi dan upaya-upaya mencapai kesejahteraan,
pemerintahan suatu negara wajib menyesuaikan dengan karakteristik dan ciri khas
di negara masing-masing.
9.1. Jelaskan beberapa kelemahan teori JM Keynes
Jawab
Beberapa
kelemahan dari teori Keynes sebagai berikut:
a.
Teori
Keynes sebagian besar menyoroti persoalan-persoalan ekonomi secara makro,
padahal, persoalan ekonomi tidak hanya ditinjau dari aspek makro, tapi juga
mikro ekonomi seperti perilaku konsumen, utilitas, demand dan supply. Dan
persoalan ekonomi yang muncul tidak parsial (hanya salah satu dari
makro/mikro), tapi integral.
b.
Dalam
teorinya, sisi pengeluaran dan penerimaan, permintaan dan penawaran dipandang
secara agregat, sehingga tidak mempertimbangkan aspek riil.
c.
Sehingga
dari hal di atas, teori Keynes tidak mempertimbangkan dan memperhitungkan aspek
jangka panjang dari setiap dampak ekonomi yang muncul, sehingga akan sulit
memprediksi kinerja ekonomi di masa depan
d.
Keynes
percaya bahwa peran pemerintah dalam bentuk intervensi dan mengendalikan
kondisi ekonomi akan dapat membawa perekonomian suatu negara lebih baik. Sementara
sebagian besar pakar ekonomi (terutama yang beraliran Klasik, dan Neo-Klasik) tidak
setuju dengan pendapat tersebut karena bagi mereka, intervensi pemerintah
(sekecil apapun) sama artinya dengan pengekangan kebebasan individu dalam
aktifitas ekonominya. Sementara di sisi lain, Keynes sendiri adalah salah satu
pemikir ekonomi yang beraliran Klasik/Neo Klasik yang notabene anti terhadap
campur tangan pemerintah.
e.
Fokus
dari teori Keynes terletak pada kebijakan fiskal dari pemerintah yang bersifat
ekspansif. Artinya, Keynes selalu menganggap bahwa persoalan ekonomi dapat
diselesaikan dari kebijakan pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Misalnya, didalam
kondisi terjadi pengangguran di suatu negara, pemerintah harus meningkatkan
pengeluarannya dalam bentuk proyek-proyek padat karya yang mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah besar. Sementara di sisi lain, jika terjadi kondisi
di mana harga naik, maka pemerintah dapat menaikkan pajak (penerimaan) untuk
meredam jumlah uang beredar terlalu besar. Amun kelemahannya adalah
f.
Inflasi
dipandang sebagai pengeluaran agregat yang terlalu besar. Sehingga acara
mengatasinya dengan memperbesar penerimaan pemerintah (pajak) dan mengurangi
pengeluaran (subsidi). Di sisi lain, teori Keynes memandang tingkat suku bunga
tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah uang meredar, pada kenyataanya dalam
kondisi saat ini, suku bunga sangat berkorelasi terhadap jumlah uang beredar.
10. 1.
Jelaskan
tentang teori kerja menurut Ricardo dan bagaimana pula pengembangannya oleh
Karl Marx?
Jawab
Tentang
teori nilai kerja dan upah alami dari David Ricardo, ia menjelaskan bahwa nilai
jtukar suatu barang ditentukan oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk
menghasilkan baran tersebut, yaitu berupa biaya bahan mentah dan upah buruh
yang besarnya hanya cukup untuk bertahan hidup (subsisten) bagi buruh yang bersangkutan yang kemudian disebut natural wage. Jika harga yang ditetapkan
lebih besar dari biaya-biaya (termasuk upah alami),maka dalam jangka pendek
perusahaan akan mengalami laba ekonomi. Adanya laba ini akan menarik perusahan
lain untuk ikut masuk ke pasar. Dengan masuknya perusahaan lain maka produksi
akan meningkat, dan akibatnya akan terjadi kelebihan produksi di pasar. Kelebihan
barang tersebut akan mendorong harga turun kepada keseimbangan semula. Dengan
asumsi bahwa biaya mentah relatif konstan, Ricardo menyimpulkan bahwa yang paling
menentukan tingkat harga adalah tingkat upah alami (natural wage) yang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan setempat. Biasanya
kenaikan natural wage terjadi secara proporsional sesuai dengan kebiasaan yang
terjadi.
Dalam
perspektif Karl Marx, natural wage yang diterima oleh kaum buruh hanya bersifat
subsisten. Padahal, nilai dari hasil kerja yang diberikan para buruh jauh lebih
besar dari jumlah yang diterima buruh sebagai natural wage. Oleh Marx,
kelebihan nilai produktifitas kerja buruh atas upah alami disebut sebaai
Surplus Value yang dinikmati oleh para pemilik modal. Semakin kecil upah alami yang dibayarkan, semakin
besar surplus value yang dinikmati oleh pemilik modal. Marx menyebutnya sebagai
upah besi. Menurut Marx, semakin besar pengisapan atau eksploitasi dari pemilik
modal kepada kaum buruh. Leboh rinci, Marx menyatakan bahwa nilai (harga riil)
dari suatu komoditas ditentukan oleh nilai labor yang diejawantahkan baik
langsung maupun tidak langsung dalam komoditas plus laba. Dalam jangka pendek,
harga komoditas tidak ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Harga bisa
berbeda dari nilai labor yang diikutsertakan ke dalam komoditas tersebut. dalam
jangka panjang, harga secara sistematis justru menjauh dari nilai labor.
11.Jelaskan beberapa kesamaan dan perbedaan antara aliran Fisiokrat dan Aliran Klasik
Aliran Klasik
-
Sumber
kekayaan suatu negara adalah dari perdagangan luar negeri
-
Kehidupan
perekonomian diatur atas oleh mekanisme pasar
-
Keseimbangan
ekonomi akan terjadi pada kondisi full employment
-
Penawaran
dapat menciptakan permintaannya sendiri
-
Analisa
ekonomi berdasarkan rasionalitas sistematis
-
David
Ricardo memunculkan teori sewa tanah (land rent); teori nilai kerja (labor
theory of value); teori upah alami (natural wage); teori uang dan teori
keunggulan komparatif
Penentuan tingkat
sewa tanah ditentukan oleh marginal land, yaitu tanah yang paling tidak subur
yang terakhir kali masuk pasar
aliran fisiokrat
-
Sumber
kekayaan riil adalah dari kekayaan alam
-
Pemerintah
tidak perlu ikut campur, karena alam akan mengatur semua kegiatan
-
Pemikiran
ini lahir dari reaksi atas pemikiran merkantilis yang lebih mendominasikan
ekonomi berbasis industri namun menelantarkan alam
-
Sistem
perekonomian suatu negara seperti tubuh biologi manusia (Quesnay; 1758),
membentuk satu kesatuan yang harmonis. Artinya, hubungan antar bagian dalam
ekonomi terbentuk utuh dan menyeluruh dengan hukum-hukum sendiri
-
Masyarakat
dibagi 4 golongan yaitu: 1) kelas produktif yang aktif mengolah tanah
(pertanian dan pertambangan); 2) kelas tuan tanah; 3) kelas yang steril (tidak
produktif seperti tuan tanah dan pengrajin; 4) kelas buruh yang menerima upah
dan gaji dari tenaganya
-
Kelas
tuan tanah hanya sebagai ekploitastor sumber daya
-
Industri
dan perdagangan dinilai tidaki produktif karena hanya mengubah bentuk/sifat
barang
-
Kebijakan
pemerintah harus berpihak kepada petani karena dinilai sangat produktif, dan
bukan kepada saudagar dan tuan tanah
-
Kegiatan
ekonomi berjalan menurut circular flow yag berkaitan dengan peredaran barang
dan peredaran uang.
12.1. Jelaskanlah tentang sejarah timbulnya aliran Keynesian yang melakukan revolusi perubahan aliran Klasik yang telah mengalami kebuntuan
Jawab
Berawal
dari keberhasilan para tokoh neo Klasik dalam menyanggah teori dan kritikan
Marx terhadap sistem kapitalis, maka selanjutnya perekonomian pada awal abad ke
20 berjalan sesuai dengan faham laissez
faire-laissez passer seperti keinginan kaum Klasik dan Neo Klasik. Di
dasarkan atas pernyataan “supply creates its own demand” dari Jean Baptis Say, maka
kemudian setiap perusahaan berlomba-lomba melakukan produksi
sebanyak-banyaknya. Akibatnya, produksi tidak terkendali pada tahun 1930-an dan
dunia mengalami krisis yang luar biasa. Perekonomian ambruk, jumlah
pengangguran terbuka semakin bertambah, inflasi melonjak tidak terkendali,
sehingga tidak ada satu pun teori ekonomi dari kaum Klasik maupun Neo Klasik
yang mampu menjawab dan memberikan solusi dari persoalan tersebut. Kelumpuhan
teori Klasik dan Neo Klasik ini ternyata terselamatkan oleh seorang pemikir
ekonomi bernama JM Keynes (1883-1946). Dalam perjalanannya, ia banyak
mengkritik konsep Klasik dan Neo Klasik dan memunculkan teori-teori
revolusioner pada zaman itu sebagaimana yang sudah dijelaskan pada pertanyaan
lainnya.
13.1.
Di
dalam perjalanannya teori John Maynard Keyness semenjak tahun 1970-an telah
dikritik mengingat adanya hal-hal yang dianggap kurang sempurna. Jelaskan
kritik tersebut
Jawab:
Kritik
yang dilontarkan kepada teori JM Keynes pada tahun 1970-an dikarenakan adanya
ketidaksinkronan antara konsep yang diterapkan dengan realitas dari persoalan
yang dihadapi pada saat itu. Beberapa kritikan tersebut muncul dair aliran
Monetaris dan neo-klasikal konservatif serta merujuk kondisi yang terjadi di
era 1970-an sebagai berikut:
a.
Selama
tahun 1960-an orang percaya bahwa ada hubungan terbalik antara tingkat inflasi
dengan tingkat pengangguran, yaitu jika inflasi meningkat maka jumlah
pengangguran akan turun, begitu juga sebaliknya sebagaimana yang dijelaskan
oleh teori dan kurva Philips. Namun pada tahun 1970-an, teori Keynes menjadi
tidak sinkron terhadap kondisi ekonomi saat itu. Harga-harga menunjukkan
kecenderungan peningkatan yang sangat tinggi, didorong oleh naiknya harga
minyak pada tahun 1973-1974. Dalam sejarah, harga minyak berawal US$ 1,8 per
barel pada tahun 1970, dan menjadi US$ 10 per barel pada tahun 1974 akibat
perang Arab-Israel. Harga minyak naik lagi ke level diatas US$ 20 per barel
akibat Revolusi Islam Iran tahun 1979. Setahun berikutnya harga minyak naik ke
kisaran US$ 30-39 per barel akibat perang Iran-Irak. Invasi Irak ke Kuwait
tahun 1990 juga kembali mendongkrak harga minyak dunia diatas US$ 40 per barel.
Kemudian meningkatnya tensi perang Irak harga minyak juga ikut naik diatas
harga US$ 50 per barel tahun 2004 (sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-855486/riwayat-harga-minyak-dunia). Dampak dari kenaikan harga
tersebut justru membuat jumlah pengangguran bertambah, sementara upaya
pemerintah melalui kebijakan pengeluarannya justru menambah inflasi menjadi
parah.
b.
Beberapa
pakar ekonomi dari golongan Neo-Klasik konservatif tidak suka kepada pemikiran
Keynes yang menyatakan bahwa perlu ada campur tangan pemerintah dalam
mengarahkan dan membimbing perekonomian pada arah yang diinginkan. Bagi mereka,
intervensi pemerintah justru menjadi ancaman bagi kebebasan individu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Friedrich August von Hayek dalam bukunya The
Road of Serfdom (1944), bahwa sekali pemerintah melakukan intervensi pasar, ini
akan mengarah kepada sosialisme, yang pada akhirnya akan menyebabkan
berkurangnya kebebasan.
c.
Munculnya
aliran Monetaris yang merupakan bentuk protes dan kekecewaan terhadap teori
Keynesian sehingga menimbulkan perbedaan besar dalam menyelesaikan persoalan
ekono, antara lain: kaum Monetaris tidak percaya kepada teori Keynesian yang
menyatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat out
put rendah, karena kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar pada
posisis keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh. Kubu monetaris mengkritik
adanya kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model yan dikembangkan kubu
Keynesian. Kubu moneter leih menyukai kebijakan moneter yang kontraktif,
sementara kubu Keynesian berpendapat pada kebijakan pengeluaran pemerintah yang
ekspansif.
d.
Dalam
membahas fluktuasi ekonomi, teori Keynes menyatakan bahwa fluktuasi ekonomi
terjadi karena terjadinya perubahan dalam faktor-faktor yang menentukan
pendapatan nasional seperti pengeluaran pemerintah, investasi dan konsumsi
masyarakat. Sementara aliran Monetaris melihat bahwa fluktuasi ekonomi
disebabkan oleh pelonjakan dalam jumlah uang beredar akibat adanya kebijakan
ekspansif dari pemerintah.
e.
Teori
Keynes tidak memperhatikan analisis jangka panjang, sementara aliran Monetaris
justru menganggap dampak jangka panjang dari berbagai kebijakan ekonomi harus
diperhatikan untuk mengetahui kekuatan pasar.
f.
Teori
Keynes berpendapat bahwa pemerintah sebaiknya memegang peran utama dalam
mengarahkan jalannya perekonomian lewat kebijakan counter-cyclical dan fine-tuning.
Sementara aliran Monetaris justru menganggap bahwa peran pemerintah harus
dibatasi demi kelancaran jalannya perekonomian.
g.
Teori
Keynes menganggap bahwa tingkat suku bunga tidak memengaruhi jumlah uang
beredar sehingga berdampak kecil kepada pengeluaran agregat. Namun menurut
aliran Monetaris, tingkat suku bunga sangat berpengaruh terhadap jumlah uang
beredar sehingga sangat berpengaruh terhadap pengeluaran agregat.
h.
Aliran
Monetaris mengkritik analisis IS-LM dari Keynes bahwa telah mengabaikan pasar
tenaga kerja.
14.1. John Maynard Keynes telah melakukan revolusi besar-besaran dalam ilmu ekonomi dengan mengubah paradigma teori Klasik. Jelaskan…
jawab:
Berikut
ini dapat dibandingkan revolusi pemikiran yang dimunculkan oleh Keynes terhadap
aliran Klasik
Teori Klasik :
-
Perekonomian
dilandaskan pada kekuatan pasar (mekanisme pasar) dan selalu menuju
keseimbangan (equilibrium)
-
Dalam
kondisi equilibrium, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya
beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan
-
Daya
beli dianggap sebagai balas jasa atas upah, gaji, sewa, suku bunga dan balas
jasa lain yang kemudian dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang
dihasilkan perusahaan
-
Jika
terjadi disequilibrium (Supply lebih besar dari Demand), maka hanya bersifat sementara
dan akan kembali normal karena ada invisible
hands yang mengatur keseimbangan tersebut
-
Dalam
kondisi equilibrium, semua sumber
daya, termasuk tenaga kerja digunakan secara penuh (full-employed) sehingga dipastikan tidak ada pengangguran
Konsekuensinya
adalah, pekerja terpaksa menerima upah rendah daripada tidak memperoleh
pendapatan sama sekali, sehingga perusahaan akan mempekerjakan mereka dalam
jumlah besar (tidak berlaku untuk voluntary
unemployment)
Teori Keynes
-
Perekonomian
berjalan menurut mekanisme pasar dan mencapai keseimbangan pada titik di bawah full-employment
-
Pada
kenyataannya, permintaan (demand)
lebih kecil daripada penawaran (supply)
karena sebagian pendapatan yang diterima masyarakat ditabung dan tidak semua
dikonsumsi
-
Sehingga
permintaan efektif lebih kecil dari total produksi
-
Kebijakan
menurunkan harga hanya akan menurunkan pendapatan juga yang pada akhirnya
menurunkan daya beli sehingga membuat stok produksi menumpuk
-
Rasionalisasi
perusahaan terhadap tenaga kerja atas respon kondisi di atas, justru akan
menambah jumlah pengangguran dan menyebabkan daya beli masyarakat semakin
rendah
-
Supply Creates its own demand hanya berlaku pada kondisi
perekonomian tertutup
-
Dalam perekonomian terbuka, sudah mengenal
tabungan yang dianggap sebagai kebocoran (leakage),
sehingga pengeluaran tidak lagi sama dengan arus pendapatan
-
Seandainya
tabuungan tersebut dialihkan kepada lembaga keuangan dan disalurkan kepada
investor sekalipun, tetap ada perbedaan motivasi menabung antara investor yang
berorientasi kepada profit dengan masyarakat yang berorientasi kepada pemenuhan
kebutuhan hidup.
-
Argument
tersebut membuat Keynes mengeluarkan postulat bahwa ada 3 alasan orang menabung
yaitu untuk Konsumsi, jaga-jaga (precautionary),
dan transaksi.
-
Dalam
hal full-employment, pasar tenaga
kerja tidak bekerja sesuai dengan mekanisme pasar menurut pandangan klasik.
Karena ada serikat pekerja yang memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan
pekerja dari penurunan tingkat upah itu sendiri
Dalam batas kondisi
tertentu, peran pemerintah sangat diperlukan. Jika terjadi pengangguran, maka
pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya yang bersifat padat karya untunk
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar
15.1.
Sejumlah
mazhab ilmu ekonomi sejak Merkantilisme, Fisiokrat, Klasik, dan Mazhab
Historis, masing-masing telah menunjukkan keistimewaannya. Jelaskan keistimewaan masing-masing
Mazhab tersebut dalam kaitan arti pentingnya pembangunan ekonomi di Indonesia
di masa kini
1 Ekonomi Zaman Pra-Klasik
Pada
masa pra-klasik pemikiran-pemikiran ekonomi dapat dikelompokkan menjadi masa
Yunani Kuno, skolastik, merkantilisme dan masa fisiokrat.
Masa Yunani Kuno
Tokoh-tokoh
yang terkenal pada masa ini yaitu Plato, Aristoteles, Xenophone.
- Plato
Gagasan
Plato tentang ekonomi timbul dari pemikirannya tentang keadilan dalam sebuah
negara ideal. Kata Plato, dalam sebuah negara ideal, kemajuan tergantung pada
pembagian kerja yang dimaksudkan untuk pembangunan kualitas kemanusiaan. Plato
dapat dikatakan sebagai orang yang sangat mengecam kekayaan dan kemewahan. Agar
tiap orang bisa hidup sejahtera secara merata, maka manusia perlu dan
berkewajiban mengendalikan nafsu keserakahannya untuk memenuhi semua keinginan
yang melebihi kewajaran. Kalau nafsu keserakahan ini tidak bisa dikendalikan,
maka sebagian orang akan hidup berkemewahan, sedang yang lain akan hidup dalam
kesengsaraan & kehinaan. Dalam bukunya, Politika, Plato menjelaskan bahwa
selain sebagai alat tukar, uang juga berfungsi sebagai alat pengukur nilai dan
alat untuk menimbun kekayaan.
- Aristoteles
Menurut
Aristoteles, ekonomi merupakan suatu bidang tersendiri, yang pembahasannya
harus dipisahkan dengan bidang lain. Beliau juga orang yang meletakkan
pemikiran dasar tentang teori nilai (nilai) & harga (price). Pertukaran
barang (exchange of commodities) dan kegunaan uang dalam pertukaran barang
tersebut. Aristoteles membedakan proses ekonomi ke dalam dua cabang, yaitu
kegunaan (use) dan keuntungan (gain). Lebih spesifik ia membedakan oeconomic
dan chrematistik. Oeconomic atau limu ekonomi di definisikan sebagai “the art
of house-hold management, the administrations of one’s patrimony, the careful
hasbanding of resources. Sedangkan chrematistik mengimplikasikan penggunaan
sumber daya alam atau keterampilan manusia untuk tujuan-tujuan yang bersifat
acquisitive dalam chrematistic.
- Xenophon
Menurut
Xenophon kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos dan Nomos yang
berarti pengaturan atau pengelolaan rumah tangga. Karya utamanya adalah On The
Means of Improving The Revenue of The State of Athens. Dalam buku tersebut,
Xenophon menguraikan bahwa negara Athena yang mempunyai beberapa kelebihan
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan negara.
b. Masa Skolastik
Pemikiran
kaum skolastik menekankan pada kuatnya hubungan ekonomi dengan masalah etika,
serta besarnya perhatian pada masalah keadilan. Hal ini disebabkan karena
tokoh-tokoh aliran tersebut dipengaruhi dengan kuat oleh ajaran gereja.
Tokoh-tokoh yang dari aliran ini antara lain,
St. Albertus Magnus, dan St. Thomas Aquinas.
- St. Albertus Magnus
Albertus
Magnus adalah seorang filsuf Jerman yang berpendapat bahwa harga suatu barang
seharusnya sama dengan biaya dan tenaga yang dikorbankan untuk menciptakan
barang tersebut. Pendapat itu dikenal dengan istilah “harga yang adil dan
pantas”.
- St. Thomas Aquinas
Dalam
bukunya yang berjudul Summa Theologica, Thomas Aquinas berpendapat bahwa
memungut bunga dari uang yang dipinjamkan adalah tidak adil karena sama saja
dengan menjual sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Pandangan tersebut sama dengan
apa yang dilontarkan oleh Aristoteles yang mengutuk penarikan bunga, sebab
bunga adalah keuntungan dari sesuatu yang dilakukan tanpa usaha dan biaya.
c. Masa Merkantilisme
Istilah
merkantilisme berasal dari kata merchant yang berarti pedagang. Menurut paham
merkantilisme, tiap negara yang berkeinginan untuk maju harus melakukan
perdagangan denagn negara lain. Paham merkantilisme banyak dianut di
negara-negara Eropa pada abad ke-16, antara lain Portugis, Spanyol, Inggris,
Perancis dan Belanda. Masa merkantilisme ditandai sebagai periode dimana setiap
orang masing-masing menjadi ahli ekonomi bagi dirinya sendiri.
- Jean Bodin
Menurutnya,
bertambahnya uang yang diperoleh dari perdagangan luar negeri dapat menyebabkan
naiknya harga barang-barang. Selain itu, kenaikan harga-harga barang juga dapat
disebabkan oleh praktik monopoli dan pola hidup mewah dari kaum bangsawan dan
raja. Dalam praktik tersebut, biasanya rakyat menjadi korban, sehingga sangat
dikecam pada saat itu. Teori Jean Bodin tentang nilai uang dinilai sangat maju,
maka dari itu dalam selang waktu sekitar setangah abad, Irving Fisher
menggunakannya sebagai dasar teorinya yakni teori kuantitas uang.
- Thomas Mun
Menurut
Mun, untuk meningkatkan kekayaan Negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat
perdagangan. Dia berpedoman bahwa nilai ekspor keluar negeri harus lebih besar
dibandingkan dengan yang di impor oleh Negara itu. Menurutnya pula, perdagangan
masih tetap akan menguntungkan sekalipun tidak memiliki emas dan perak, dengan
cara melakukan transaksi pembayaran lewat bank. Yang digunakan sebagai jaminan
kredit adalah komoditi yang sedang diperjual-belikan itu(barter mungkin).
Suatu
Negara yang memiliki terlalu banyak uang justru tidak baik karena menaikkan
harga-harga, dan meskipun kenaikan tersebut akan meningkatkan pendapatan para
pengusaha, namum kenaikan tersebut secara umum langsung merugikan dan
mengurangi volume perdagangan, karena harga yang tinggi akan mengurangi
konsumsi dan permintaan.
- Jean Baptis Colbert
Ia
mendorong usaha dalam sector kerajinan dan perdagangan dengan menekankan
pengenaan pabea impor, dengan tujuan memberikan subsidi kepada kapal-kapal
pengangkut Perancis, memperluas daerah jajahan Perancis, memperbaiki sisitem
transportasi dalam negeri. Untuk mendukung kebijakan tersebut dibutuhkan tenaga
kerja yang banyak dan murah, maka tenaga kerja Perancis dilarang keluar negeri,
sedangkan imigran dari luar negeri di dorong masuk ke dalam Negara.
- David Hume
Dalam
teorinya, hume sangat memperhatikan factor keadilan, dan beranggapan bahwa
ketidekadilan akan memperlemah suatu Negara. Setiap warga Negara harus
menikmati hasil kerjanya sesuai dengan
kesempatan yang diperolehnya.
Jika
tidak terjadi keadilan, maka kekayaan yang dimiliki oleh kaum kaya akan di
distribusikan lagi bagi kaum miskin. Dengan cara itu, maka dapat terlaksanakan
keadilan yang diinginkan oleh Hume tersebut.
d. Masa Fisiokrat
Kaum
fisiokrat menganggap bahwa sumber kekayaan adalah sumber daya alam. Aliran ini
dinamai aliran physiocratism, yaitu penggabungan dari dua kata physic (alam)
dan cratain atau cratos (kekuasaan), yang berarti mereka yang percaya pada
hukum alam (believers in the rule of nature). Hukum alam yang penuh dengan
keselarasan dan keharmonisan berlaku kapan saja dimana saja dan dalam situasi
apapun (bersifat kosmopolit).
Tokoh
utama aliran fisiokrat adalah Francis Quessnay (1694-1774). Pada tahun 1758
Quessnay menulis buku Tableau
Economique. Dalam buku tersebut Quessnay menggambarkan sistem perekonomian
suatu negara seperti layaknya kehidupan biologis tubuh manusia. Antara satu
bagian tubuh dengan bagian lain
membentuk suatu kesatuan yang harmonis. Begitu pula proses dan gejala kehidupan
ekonomi jika dilihat dalam hubngan antara bagian yang asatu dengan yang lain
membentuk suatu keseluruhan dengan hukum-hukum tersembunyi.
Masyarakat
dibagi kedalam empat golongan:
1. Kelas
masyarakat produktif,yaitu masyarakat yang aktif mengolah tanah seperti
pertanian dan pertambangan.
2. Kelas
tuan tanah
3. Kelas
yang tidak produktif atau kelas steril, terdiri dari saudagar dan pengrajin
4. Kelas
masyarakat buruh atau labor yang menerima upah dan gaji dari tenaganya
Quesnay
menganjurkan agar kebijaksanaan – kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah
harus ditujukan terutama untuk meningkatkan taraf hidup petani, bukan memberi
hak – hak khusus kepada pemilik tanah dan para saudagar selama ini dinikmati
dibawah pemerintahan merkantilisme. Kaum fisiokrat mengkritik kaum merkantilis
yang menciptakan berbagai regulasi perdagangan ketika seharusnya dibebaskan
dari kontrol. Kaum merkantilis dianggap membuat barang – barang menjadi lebih
mahal dengan menetapkan pajak yang tinggi.
Fisiokrat
menerapkan single tax, yaitu pajak yang hanya dikenakan kepada pemilik tanah.
Pajak yang dianjurkan tinggi supaya orang tidak mempunyai keinginan untuk
menguasai tanah berlebihan.
2. Ekonomi Zaman Klasik
Periode
klasik dalam ekonomi dimulai sejak
terbitnya buku Adam Smith yang berjudul The Wealth of Nation. Di buku ini yang
akan dikupas lebih lanjut hanya hal-hal yang terkait dengan prespektif ekonomi
diantaranya pandangan kaum klasik tetntang kekayaan, pembagian kerja,
keserakahan manusia, mekanisme pasar, dan paham liberalism.
Teori-teori
Adam Smith:
- Teori Pembagian Kerja
Disimpulkan
bahwa pembagian kerja akan memunculkan spesialisasi; orang akan memilih untuk
mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.
¢ Pembagian kerja dilakukan agar memperoleh
hasil (kekayaan) lebih efisien dan efektif (lebih baik)
¢ Keinginan pribadi sekalipun membutuhkan
pembagian kerja
¢ Bisa diterapkan baik dalam tugas tertentu
maupun antar sektor dan antar negara.
- Keserakahan Manusia
Dalam
meletakkan dasar-dasar ekonomi Smith secara ekspresif mengeleminiasi
motif-motif lain selain kepentingan pribadi. Jelasnya dalam konsep-konsep yang
dikembangkan oleh kaum klasik ada asumsi bahwa manusia adalah makhluk rasional
yang akan berusaha memilih alternative terbaik dari berbagai pilihan yang
tersedia. Adapun dorongan utama setiap pelaku ekonomi dalam tindakannya adalah
kepentingan pribadi. Konsumen yang rasional akan berusaha memaksimumkan
kepuasan dan produsen yang rasional berusaha memperolreh keuntungan yang
sebesar-besarnya.
- Mekanisme Pasar
Pada awalnya
pasar diarrtikan sebagai tempat bertemunya konsumen dan produsen. Pada masa
sekarang pasar sudah berkembang menjadi lebih jauh lebih rumit,
mengintegrasikan individu-individu dan kelompok-kelompok. Proses integrasi
pasar mendukung oleh apa yang disebut system harga. Dipasar semua pelaku
ekonomi bekerja tanpa konflik social walau setiap orang berpartisipasi didorong
kepentingan masing-masing.
¢ Motor penggerak kesejahteraan
¢ Fungsinya mengalokasikan sumberdaya yang
langka secara rasional
¢ Invisible hand
¢ Bertemunya supply and demand
¢ Koordinasi melalui mekanisme harga
- Teori Nilai
Smith
mengatakan kemakmuran sebuah negara akan bergantung pada produktivitas pekerja
terhadap kemakmuran, dimana pekerja dipekerjakan. Faktor pertama mendorong
Smith untuk berdiskusi tentang division of labor, perdagangan, uang dan
distribusi. Faktor kedua meliputi analisis modal.
Nilai
perdagangan barang ditentukan oleh jumlah pekerja yang menjalankan barang di
pasar. Tahap demi tahap dalam teori nilai pekerja ini memunculkan adanya ‘real
cost’ teori nilai. Teori nilai ini
mengandung pengertian pendapatan pekerja. Value menurut Smith dapat dibagi dua
yaitu value in use dan value in exchange. Value in use ialah nilai kegunaan
barang tersebut sedangkan value in exchange ialah nilai tukar dari barang itu.
- Teori akumulasi kapital
Untuk
berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian
kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Pembagian harus ada akumulasi
kapital terlebih dahulu dan akumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan,
juga menitik beratkan pada Luas Pasar , pasar harus seluas mungkin agar dapat
menampung hasil produksi sehingga perdagangan internasional menarik
perhatiannya karena hubungan perdagangan internasional itu menambah luasnya
pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri. Sekali
pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada pasar
yang dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan menaikan
tingkat produktivitas tenaga kerja.
Teori
pertumbuhan ekonomi dari Adam Smith adalah sebagai berikut:
a.
Pembagian kerja
b.
Proses pemupukan modal,
c. Agen
pertumbuhan ekonomi,
d.
Proses pertumbuhan.
Selain
Adam Smith,Pemikir Ekonomi lain pada masa klasik diantaranya:
- Jean Baptis Say
Adalah
seorang pakar ekonomi kelahiran Perancis yang berasal dari keluarga saudagar
dan menjadi pendukung pemikiran Adam Smith. Say memperbaiki sistem Adam Smith
dengan cara yang lebih sistematis serta logis. Karya Say yaitu theorie des
debouchees (teori tentang pasar dan pemasaran) dan dikenal sebagai Hukum Say
(Say’s Law) yaitu supply creats its oven demand tiap penawaran akan menciptakan
permintaanya sendiri. Menurut Say dalam perekonomian bebas atau liberal tidak
akan terjadi “produksi berlebihan” (over production) yang sifatnya menyeluruh,
begitu juga pengangguran total tidak akan terjadi. Yang mungkin terjadi menurut
Say ialah kelebihan produksi yang sifatnya sektoral dan juga pengangguran yang
sifatnya terbatas (pengangguran friksi).
- Thomas Mathus
Bagian
yang paling penting dalam pola dasar pemikiran Malthus dan kerangka analisisnya
ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori tentang penduduk dengan
bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population. Teori Malthus
pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol menyebabkan
penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan bahan makanan
bertambah secara deret hitung.
- David Ricardo
Teori
yang dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat kelompok permasalahan yaitu:
teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh
produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa tanah, teori bunga dan
laba, teori tentang nilai dan harga, teori perdagangan internasional dan, teori
tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.
- John Stuart Mill
Penerus
dari pemikiran Adam Smith, membuat pemikiran ekonomi klasik lebih manusiawi.
J.S. Mill tidak terlalu kaku dengan campur tangan pemerintah. Menemukan konsep
return to scale.
3. Ekonomi Mazhab Sosialisme
Secara
garis besar, gagasan ekonomi sosialis dapat dibagi menjadi 3 bagian:
a. Sosialisme Sebelum Marx
Pemikiran
klasik dari Adam Smith dkk. Mengundang reaksi kritis dari beberapa pihak.
Sistem perkonomian yang dikembangkan Adam Smith telah menimbulkan kelas-kelas
pemilik modal dalam masyarakat. Hal tersebut menimbulkan pemikiran system
ekonomi sosialisme sebagai tandingan dari liberalism dan kapitalisme.
Sosialisme sebelum marx ini ada yang utopis ada yang ditempuh dengan membuat
komunitas bersama. Tokoh sosialisme utopis yang terkenal adalah Sir Thomas
More. Dalam buku karangannya yang berjudul “Utopia”, dia menulis bahwa dalam
Negara sosialis, untuk menghasilkan barang-barang dan jasa semua orang harus
bekerja. Masyarakat dianjurkan hidup sederhana. Orang cukup bekerja 6 jam
sehari. Dalam hidup penuh kebersamaan ini uang tidak dibutuhkan. Pakaian
semuanya seragam. Perhiasan emas dan perak tidak dihargai. Pemerintah
dijalankan secara demokratis.
Selain
sosialisme yang bersifat utopis, ada juga yang berusaha merealisasikan gagasan
sosialisme dengan membentuk komunitas terlebih dahulu. Di antaranya adalah
Robert Owen, Charles Fourier dan Blanc. Robert Owen memperjuangkan peran pemerintah
dalam pembentukan desa komunal berdasarkan asas koperasi. Untuk merealisasikan
idenya, dia membuat percontohan di Indiana Amerika Serikat. Sayangnya desa
percontohannya tidak ada yang berhasil.
b. Sosialisme Marx
Karl
Marx sangat benci dengan perkonomian yang liberal yang digagas Adam Smith. Dari
segi moral Karl Marx melihat bahwa system kapitalis mewarisi ketidakadilan dari
dalam. Hal tersebut karena masyarakat liberal tidak peduli dengan kepincangan
social. Marx mengajak kaum buruh untuk bersatu dan mengganti system ekonomi
kapitalisme dengan yang lebih menjamin pemerataan untuk semua. Menurut Marx
system ekonomi liberal menciptakan masyarakat berkelas-kelas. Lalu akumulasi
capital hanya akan memperkaya kaum pemilik modal.
Dalam
buku Manifesto Komunis dapat diikuti bagaimana teori Marx tentang pertentangan
kelas. Menurut Marx, sejarah segala masyarakat yang ada hingga sekarang ini
pada hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas. Pertentangan antara kelas
tertindas dengan kelas penindas disebabkan oleh perebutan kesejahteraan. Teori
pertentangan kelas pun dasarnya adalah filsafat dialektika materealisme
historis. Teori Marx yang lain adalah mengenai surplus value. Menurut Marx,
upah yang dibayarkan terhadap buruh itu tidak seimbang dengan apa yang
dilakukan buruh. Hal tersebut berarti buruh dieksploitasi oleh kaum pemilik
modal.
c. Pembaharuan terhadap Marxisme
Ide-ide
Marx menyebar sebagai anti tesis terhadap kapitalisme. Para pendukungnya pun
melakukan gerakan sampai terbentuk Negara komunis yaitu Rusia. Namun banyak
dari pendukungnya yang menafsirkan ulang pemikiran Marx sehingga menciptakan
varian-varian baru dalam ideology sosialisme.
- Leninisme
Lenin
berpendapat bahwa pada akhirnya Negara-negara kapitalisme akan melakukan monopoli
perdagangan. Lalu dia pun berpendapat bahwa komunisme pada awalnya akan
berhasil di Negara yang kapitalismenya paling maju, hanya saja para buruh
disana disogok oleh serikat buruh dan kenaikan upah sehingga tidak melawan.
Lenin juga mengkritik pembangunan yang tak imbang, bahkan pada Negara kapitalis
sendiri. Negara kapitalis baru seperti Amerika, tumbuh lebih cepat disbanding
Negara kapitalis lama seperti Perancis. Lenin berhasil melakukan Revolusi
Bolshevik di Rusia pada tahun 1917.
- Revisionisme
Revisionis
meyakini bahwa sosialisme tidak harus diraih dengan cara kekerasan atau
revolusi. Berbeda dengan Marx dan Engel yang berpendapat bahwa kapitalisme akan
jatuh dengan revolusi kaum proletariat, revisionis meyakini bahwa cara untuk
menjatuhkan kapitalisme adalah dengan menegakan demokrasi. Selain itu kaum
buruh harus melibatkan diri dalam serikat kaum buruh agar daya tawar buruh
semakin kuat. Tokoh revisionism diantaranya Mikhail Tugan Baranovsky dan Karl
Kautsky.
- Aliran Kiri Baru
Secara
sederhana, aliran kiri baru dapat diartikan kombinasi Marxisme-Leninisme
ortodoks dengan pemikiran radikal baru. Perbedaan kaum kiri baru dengan
Marxisme ortodoks adalah bagi kaum kiri ortodoks, kejatuhan kapitalisme itu
pasti. Namun bagi kaum kiri baru, sama seperti revisionis, kejatuhan sosialisme
tidak pasti malah tidak mesti terjadi. Kaum kiri bari berpendapat bahwa kaum
buruh hakikatnya teralienasi dari pekerjaan mereka. Hal ini karena mereka tidak
punya keputusan-keputusan dalam pekerjaannya.
4. Ekonomi Mazhab Neo-Klasik
Berbagai
serangan yang diajukan para ekonom sosialis terhadap ekonomi liberal membuat
para pakar ekonomi liberal mempelajari teori-teori sosialisme untuk kemudian
menjawabnya. Jawaban ekonom liberal terhadap serangan Marxis menghasilkan
mazhab ekonomi baru yakni mazhab ekonomi neo-klasik yang merupakan pemantapan
terhadap ekonomi klasik. Tokoh-tokoh Mazhab Neo-Klasik diantaranya Alfred
Marshall, Leon Walras, Carl Menger dan W. Stanley Jevons. Walaupun penelitian
mereka dilakukan secara terpisah, namun mereka mempunyai hasil yang sama
terhadap teori pendekatan marjinal .Para ekonom neo-klasik menemukan teori
marjinal dalam produksi dan konsumsi. Penemuan mereka membuat ekonomi menjadi
semakin mikro. Marjinal adalah pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap
perilaku konsumen serta penetapan harga di pasar.
Selain
teori marjinal yang ditemukan saat masa neo-klasik, pada masa ini pun ditemukan
teori pasar monopolistis atau persaingan tidak sempurna. Pada masa klasik orang
percaya saja dengan asumsi bahwa pasar itu bersifat persaingan sempurna. Sampai
Sraffa mengamati bahwa pada kenyataannya pasar barang tidaklah sempurna. Yang
banyak adalah pasar yang mendekati monopoli atau monopolistic. Kondisi pasar
yang tidak sempurna ini membuat kesejahteraan seperti yang diinginkan ekonom
liberal hanya dalam angan belaka.
Lalu
pada masa klasik ini ditemukan juga games theory dan asymmetric information.
Konsep Games theory dikembangkan oleh Bertrand dan Cournot, lalu dosempurnakan
oleh John Nash. Games theory bekerja atas asumsi informasi simetris. John
Harsanyi mengembangkan Games Theory dalam keadaan informasi yang tidak
simetris.
- Mazhab Austria
Pendukung
dan pemakai konsep marginal kebanyakan dari Mazhab Austria. Ekonom neo klasik
yang terkenal dari mazhab ini diantaranya: Karl Menger, Freidrich Von Wieser
dan Eugen Von Bohm Bawerk.
- Mazhab Laussane
Langkah
lebih maju yang disumbangkan pemikir neo-klasik adalah analisis yang lebih
komprehensif tentang teori keseimbangan umum oleh Leon Walras. Walras dapat
dianggap sebagai pendiri aliran Laussane. Sewaktu Walras meninggal, posisinya
digantikan oleh Vilfredo Pareto. Pareto ini terkenal dengan teori Pareto
efisien. Pemikiran Walras sebenarya tidak begitu dikenal sampai akhir hayatnya,
berkat jasa Alfred Marshall pemikiran Walras bisa diakui.
- Mazhab Cambridge
Alfred
Marshall adalah tokoh di mazhab Cambridge. Marshall berpendapat bahwa
factor-faktor subjektif pun berperan dalam penentuan tingkat harga. Seperti
selera, pendapatan, dll. Bagi Marshall, Ilmu Ekonomi adalah untuk sarana untuk
memperbaiki kesejahteraan manusia. Ilmu ekonomi pun sebagai daya untuk
menemukan kebenaran.
16.1. Jelaskan tentang pendapat Peter Drucker tentang pembangunan teori ekonomi
Peter
Drucker adalah Bapak Manajemen Modern, sehingga dia diberi penghargaan dimana
namanya di cantumkan pada Peter Drucker and Matoshi Ito of School Management di
Claremont Graduate University. Peter F. Drucker menganggap bahwa para pebisnis
yang ada di dunia ini, harus mempelajari manajemen militer untuk dapat sukses
dalam bisnis dan perkembangan perusahaan. Adapun tiga bidang yang harus
dipelajari oleh para pebisnis dan manajemen untuk mengadopsi manajemen militer
adalah :
Pelatihan
dengan sistem militer, dimana Peter Drucker sangat menghormati filosofi dalam
pelatihan militer dengan asumsi pertama adalah semakin giat kita berlatih,
semakin mudah melakukan tindakan militer yang sesungguhnya, maka semakin baik
kinerja kita. Kemudian asumsi kedua adalah serdadu berpangkat rendah pun, mampu
memiliki kemampuan meraih level tanggung jawab dan komando tertinggi. Hal ini
teringat dengan pepatah," Dalam setiap ransel prajurit, terdapat tongkat
marsekal." Dalam kemiliteran, keharusan setiap prajurit bisa membawa tongkat
kepemimpinan, terutama pada saat berperang, jadi siapa saja diharuskan bisa
untuk memimpin. Napoleon mengambil banyak Jendral dan Marsekal dari
prajurit-prajurit yang di naikkan pangkatnya, karena mereka sudah mengetahui
dan berpengalaman dalam situasi kemiliteran. Jadi, dalam kemiliteran semakin
giat kita berlatih, maka semakin baik kinerja kita, maka semakin efektif,
efisien dan berhasil kita.
Penerapan
sistem promosi, Sistem promosi di kalangan militer Amerika, menurut Peter
Drucker seperti rantai yang sambung menyambung, dimana promosi didasarkan dari
pengalaman dan kepantasan, seperti dimulai dari pangkat terendah ( Bintara
Yunior ) sampai ke pangkat Mayor Jendral dan ada Dewan Promosi yang bertemu
untuk menetapkan siapa yang akan di promosikan. Dewan Promosi ini menentukan
siapa yang memiliki kualitas terbaik, untuk memperoleh kenaikan posisi, jabatan
atau pangkat. Alat utama untuk laporan promosi adalah laporan evaluasi yang di
capai setiap tahun, meski tiap pangkat berbeda-beda laporan evaluasinya, biasanya
evaluasi menilai sejumlah kriteria tertentu yang secara umum seperti cara
berkomunikasi, pengambilan keputusan, memotivasi, perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan pribadi dan kelompok/team, serta pembelajaran.
Kepemimpinan,
dimana delapan aturan kepemimpinan universal menurut Peter F. Drucker, yaitu :
Utamakan integritas, kenali perangkat kita, ungkapkan harapan, tunjukkan
komitmen yang luar biasa, harapkan selalu hasil yang positif, urus dan
perhatikan bawahan atau anak buah, utmakan tugas diatas urusan pribadi dan
selalu berada di depan.
Peter
F. Drucker percaya bahwa para pebisnis dan perusahaan harus melihat dan
mempraktekkan apa yang telah dilakukan oleh militer Amerika Serikat, untuk memimpin perusahaan. Adopsilah sistem militer
untuk meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan perusahaan.
(lahir
di Kaasgraben, Vienna, Austria, 19 November 1909 – meninggal di Claremont,
California, Amerika Serikat, 11 November 2005 pada umur 95 tahun) adalah
seorang penulis, konsultan manajemen, dan “ekolog sosial.” Ia sering disebut
sebagai bapak “manajamen modern.” Ratusan artikel ilmiah dan populer serta 39
bukunya menjelaskan bagaimana manusia diorganisir pada setiap sektor
masyarakat—bisnis, pemerintah, maupun organisasi non-profit. Tulisan-tulisannya
juga berhasil memprediksi berbagai peristiwa yang terjadi pada abad ke-20
seperti privatisasi dan desentralisasi; kebangkitan Jepang sebagai kekuatan
ekonomi dunia; peran pemasaran yang semakin meningkat; dan kebutuhan akan
sebuah masyarakat informasi. Pada tahun 1959, Drucker memperkenalkan istilah
“Pekerja pikiran” (knowledge worker).
Minat
yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan membuatnya dikenal seorang yang multi
disiplin dan pemikir humaniter. Berbagai tulisan dan buku-buku ia tulis selalu
menarik minat untuk dibaca. Minatnya terhadap peristiwa aktual dan angka-angka,
secara alami menjadikannya seorang wartawan keuangan. Inilah modal ia
melahirkan pemikiran tentang manajemen disusul dengan gelar doktor yang
diraihnya di Frankfurt. Susul menyusul buku-buku manajemen ekonomi ia rilis,
selalu mendapat sambutan hangat dari pembaca. Sebagai seorang penulis,
tulisannya mudah dipahami, sebagai seorang pembicara yang fasih ia sangat
disenangi pendengarnya. Peter Drukerlah
yang pertama mendefinisikan seni manajemen yang efektif. Pengaruh kepionirannya
pada gagasan dan praktek manajemen yang ada dewasa ini belum tertandingi di
seluruh dunia. Meskipun dia hidup di Amerika selama lebih dari 60 tahun, namun
pengaruh dan kenangan Eropa Tengah pada umumnya, dan Vienna pada khususnya,
masih kuat. Meskipun aksen Jermanya masih kental, Druker adalah pembicara
Bahasa Inggris dengan kejernihan dan kepasihan yang mengagumkan. Logikanya
tanpa cela dan selalu mampu mengingatkan fakta, angka dan lelucon segar.
Druker
mengajarkan struktur desentralisasi. Ini didapatkan dari studi kasus di General
Motors. Ia menyebutkan, kantor pusat harus menahan diri untuk tidak mengatur
suatu divisi bagaimana melakukan pekerjaanya. Drucker berkomentar: Apa yang
baik bagi Amerika adalah baik pula bagi
General Motors (1953). Beberapa gagasan yang baik untuk jadi tindakan
dikemukakan Drucker setiap waktu. Misalnya, luangkan waktu sebanyak yang
diperlukan dalam membuat keputusan yang mempengaruhi orang banyak. Kemudian
memastikan semua orang memahami mengenai apa sebenarnya bisnis yang dilakukan.
Dan jangan pernah tinggalkan untuk mempelajari apa yang terjadi di luar bisnis
dan diantara pelanggan maupun non pelanggan.
Pemikiran
Drucker tidak jauh dari manajemen berdasarkan sasaran. Desentralisasi dan
delegasi. Mengelola pekerjaan pengetahuan. Menggunakan fokus pelanggan.
Melakukan manajemen waktu. Mengembangkan kekuatan inovasi. “Pada akhirnya, visi
dan tanggung jawab moral yang mendefinisikan seorang manajer,” ungkap Peter
Drucker. Sayangnya, realitas pada banyak tempat dan badan usaha, trik
individualitas sering kali merasuk dan membusukkan keadaan. Karena ambisi
pribadi telah mengaduk diri dalam kepentingan bisnis.
Kutipan
dari Peter Drucker yang masih relefan hingga kini antara lain:
“Cara
terbaik memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya.”
“Management
is doing things right; leadership is doing the right things.”
“Apa
yang bisa diukur pasti bisa ditingkatkan.”
“Budaya
perusahaan memiliki sifat yang mirip dengan budaya sebuah negara. Jangan pernah
mencoba mengubahnya. Alih-alih begitu, cobalah untuk bekerja dengan budaya yang
ada.”
“The
most important thing in communication is hearing what isn’t said.”
“Tujuan
dari bisnis adalah menciptakan dan mempertahankan pelanggan.”
“People
who don’t take risks generally make about two big mistakes a year. People who
do take risks generally make about two big mistakes a year.”
“Tak
ada yang lebih tak berguna daripada berusaha melakukan efesiensi untuk hal-hal
yang sebenarnya tidak perlu dilakukan sama sekali.”
17.1. Jelaskan hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan
Jawab
Ditinjau
dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani,
“philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu
kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih
lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan
alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17
tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut
sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu
ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung
pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam
perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri
telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon
ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing
cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan
masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan
demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh
Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem
yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat
benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas
dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak
F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat
mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik
individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang
timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat
hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas
antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk
mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu
bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh
karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini
senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan
batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu
Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung
dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih
lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau
ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu
sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai
cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang
garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999),
yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau
tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi
antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan
baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman
(dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap
bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga
memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan
filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya
argumentasinya tidak salah. Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri (1982:22),
–dengan meminjam pemikiran Will Durant– menjelaskan hubungan antara ilmu dengan
filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah
sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan
tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah
gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan
yang dapat diandalkan.
Untuk
melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada
perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan
dari Drs. Agraha Suhandi, 1992)
Ilmu
|
Filsafat
|
Segi-segi yang
dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
|
Mencoba merumuskan
pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi
pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan
keseluruhan
|
Obyek penelitian
yang terbatas
|
Keseluruhan yang ada
|
Tidak menilai obyek
dari suatu sistem nilai tertentu.
|
Menilai obyek
renungan dengan suatu makna, misalkan: religi, kesusilaan, keadilan dsb.
|
Bertugas memberikan
jawaban
|
Bertugas
mengintegrasikan ilmu-ilmu
|
Daftar
Pustaka
Achmad
Sanusi,.(1998 ), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian :
Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung :PPS-IKIP
Bandung.
Achmad
Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi
Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.
Agraha
Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat
Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.
Filsafat_Ilmu,
members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm.
Ismaun,
(2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
Jujun
S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Sinar Harapan.
Mantiq, media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm.
Moh.
Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
Muhammad
Imaduddin Abdulrahim, (1988 ), Kuliah Tawhid, Bandung : Yayasan Pembina Sari
Insani
18.1. Jelaskan hubungan antara filsafat dengan budaya ilmiah
Jawab
Hubungan Filsafat dengan Kebudayaan
Pada pokoknya kebudayaan adalah semua ciptaan manusi
ayang berlangsung dalam kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah suatu
hubungan antara proses dengan isi, yaitu pendidikan adalah proses pengeporar
kebudayaan dalam arti membudayakan manusia aspek lain dari fungsi pendidikan
adalah mengolah kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah laku, bahkan
menjadi kepribadian anak didik. Jadi hubungan pendidikan dengan kebudayaan
adalah juga hubungan nilai demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper
kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian
manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.
Secara general,kebudayaan merupakan seluruh karetaristik para angota sebuah
masyrakat , termasuk peralatan , penetahuan dan cara berpikir dan cara
bertindak yang telah terpolakan[1]
Kebudayaan menurut Mukti Ali (1982 : 4) adalah budi daya, tingkah laku
manusia. Tingkah laku manusia digerakkan oleh akal dan perasaannya. Yang
mendasari adalah ucapan hatinya yang merupakan keyakinan dan penghayatannya
terhadap sesuatu yang dianggap benar. Apa yang dianggap benar itu besar atau
kecil adalah agama. Dan agama, sepanjang tidak diwahyukan adalah hasil
pemikiran filsafat.
Gazalba (1979 : 72) mendefenisikan kebudayaan sebagai “cara berfikir dan
cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok
manusia, yang membentuk kesatuan social dalam suatu ruang ruang dan satu
waktu”. Cara berfikir dan merasa merupakan kebudayaan bathiniah, sedangkan
manifestasinya dalam bentuk cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup
adalah kebudayaan lahiriah. Pendapat lain menyatakan bahwa budaya atau
kebudayaan adalah formulasi dari tida unsur daya, yaitu daya cipta, daya rasa,
dan daya karsa (cipta, rasa, karsa).
Berikut devinisi kebudayaan menurut beberapa ahli :
1) Taylor, budaya adalah suatu
keseluruhan komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
keilmuan, hukum, adat istiadan dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2) Linton, kebudayaan dapat dipandang
sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajri dan hasil tingkah laku yang
dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota
masyarakat lainnya.
3) Kotjaraningrat, mengartikan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik dari manusia dengan
belajar.
4) Herkovits, kebudayaan adalah bagian
dari lingkungan hiup yang dicptakan oleh manusia.
B. Wujud Kebudayaan dan Unsur-unsurnya
1. Wujud Kebudayaan
Menurut prof. dr. koentjaraningrat, wujud kebudayaan itu dapat
diklasifikasikan pada tiga macam:
1) wujud kebudayaan sebagai kompleks
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud
pertama adalah ideal kebudayaan yang sifat abstrak, tak dapat diraba dan di
foto, layaknya dalam pikiran manusia. Sekarang kebudayaan ideal ini banyak
tersimpan di arsip-arsip kartu komputer, pita komputer dan sebagainya.
2) wujud kebudayaan sebagi kompleks aktifitas
serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ke dua ini adalah
yang disebut system sosial atau social sistem, yaitu mengenai tindakan berpola
manusia itu sendiri. yang berintegrasi satu sama lainya dari waktu kewaktu yang
selalu menurut pola tertentu.
3) wujud kebudayaan sebagai wujud hasil
karya manusia. Wujud ketiga ini adalah yang disebut kebudayaan fisik yaitu
seluruh fisik hasil karya manusia dalam masyarakat sifatnya sngat konkrit
berupa benda-benda yang bisadiraba, difoto, dandilihat. dan tiga wujud tersebut
tidak saling lepas satu samalainnya dalam masyarakat.[2]
Dari ketiga wujud tersebut, kebudayaan dapat termanifestasi pada beberapa
aspek sebagai berikut:
a. Bahasa ( tulisan maupun lisan).
b. Sistem teknologi (peralatan dan
perlengkapan hidup manusia)
c. Sistem mata pencarian (
matapencarianhiudpdanekonomi)
d. Organisasi social (organisasi
kemasyarakatan)
e. Sistem pengetahuan
f. Kesenian (seni rupa, seni
sastra, seni tari dan sebagainya)
g. Religi.
2. Unsur-unsur Kebudayaan
Prof. M.M Djojodigoeno menyatakan bahwa kebudayaan atau budaya adalah daya
dari budi, yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sehingga unsur-unsur didalamnya
tiga aspek tersebut.
1) Cipta : kerinduan manusia
untuk mengetahui rahasia segala hal, yang ada pada pengalamannya, yang meliputi
pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa ilmu pengetahuan.
2) Karsa : kerinduan manusia
untuk menginisafi tentang hal sangkanparan. Dari mana manusia
sebelum lahir (sangkan) dan kemana manusia sesudah mati (paran) hasilnya berupa
norma-norma keagamaan, kepercayan, timbulnya bermacam-macam agama, karna
kesimpulan manusia berbeda-beda pula.
3) Rasa : kerinduan manusia
akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahannya.
Manusia merindukan keindahan dan mennolak keburukan/ kejahatan.Buah
perkembangan rasa ini menjelma menjadi norma yang kemudian menghasilkan
bermacam-macam kesenian.
C. Hubungan Filsafat dan Kebudayaan
Pada pokoknya kebudayaan adalah semua ciptaan manusi ayang berlangsung
dalam kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses
dengan isi, yaitu pendidikan adalah proses pengeporar kebudayaan dalam arti
membudayakan manusia aspek lain dari fungsi pendidikan adalah mengolah
kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah laku, bahkan menjadi kepribadian
anak didik. Jadi hubungan pendidikan dengan kebudayaan adalah juga hubungan
nilai demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai
tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih
kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.[3]
Perlu didasari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara
hidup dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengambangan
sosial budaya yang dilakkan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan dengan
baik. Maka membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman
pelaksanaannya. Karena pendidikan harus secara fungsamental yang berazas
filosofis yang menjamin tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya,
marbtabat bangsawa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam budaya
nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-budaya dan
pranata sosial dalam menunjang proses pengembangan danpembangunan nasional
serta melestarikan nilai-nilai luruh budaya bangsa. Merencanakan kegairahan
masyarakat untuk menumbuhkan kreaktivtas ke arah pembaharuan dalam usaha
pendidikan yang tanpa kepribadian bangsa.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besari bagi mnausia dan masyarkat,
berbagai macam kekuatan harus dihapi sepert kekuatan alam dan kekuatan lain.
Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual
maupun materil. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya
manusia danpat mengembangkan kebudyaan. Begitu pula manusia hidup dan
tergantung apa kebudayaan sebagai hasil ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan
bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan
kebudayaan juga diharakan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan
membangkitkan budaya-budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk
selamanya. Oleh karena itu, dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui
tentang hasil karya manusia yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai
kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadal alam lingkungannya. Sehingga
kebudayaan memiliki peran :
a. suatu
hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
b. wadah
untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
c. sebagai
pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
d. pembeda
manusia dengan binatang
e. petunjuk-petunjuk
tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam pergaulan
f. pengaturan
agar manusia dapat mengerti bagaimnaa seharusnya bertindak, berbuat, menentukan
sikapnya jikga berhubungan dengan orang lain.
g. sebagai
modal dasar pembangunan
Kebudayaan masyarkat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayan yang
bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan
teknologi atau kebudayan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dlaam
melindungi masyarakt terhadap lingkungan di dalamnya.
Apabila
dibandingkan defenisi kebudayaan dan defenisi filsafat, bertemu dalam hal
berfikir. Filsafat ialah cara atau metode berfikir sistematik dan universal
yang berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil
berfilsafat yang termaniferstasi pada cipta, rasa, dan karsa sikap hidup dan
pandangan hidup (Gazalba). Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan
cara berfikir kebudayaan. Di balik kebudayaan ditemukan filsafat. Perbedaan
kebudayaan dikembalikan kepada perbedaan filsafat.
Tuhan
menentukan nilai melalui agama. Manusia menentukan nilai melalui filsafat.
Kebudayaan berpangkal pada manusia, maka yang menentukan kebudayaan adalah
filsafat.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dan pemaparan di atas dapat
disimpulkan beberapa hal, antara lain :
1. kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa.
kebudayaan sebagai “cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam
seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan social dalam
suatu ruang ruang dan satu waktu”. Cara berfikir dan
merasa merupakan kebudayaan bathiniah, sedangkan manifestasinya dalam bentuk
cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup adalah kebudayaan lahiriah.
2. Kebudayaan
memiliki tiga wujud atau peran yaitu: a) kebudayaan sebagai kompleks ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. b) kebudayaan sebagi kompleks
aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. c) kebudayaan
sebagai wujud hasil karya manusia.
3. Hubungan
antara Filsafat dan kebudayaan ialah filsafta sebagai cara atau metode berfikir
sistematik dan universal yang berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan
adalah salah satu hasil berfilsafat yang termaniferstasi pada cipta, rasa, dan
karsasikap hidup dan pandangan hidup
19.1. Dapatkah Anda menjelaskan tentang metode ilmiah serta budaya ilmiah
Jawab
Metode ilmiah adalah proses keilmuan
untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis melalui bukti fisis. Pada ilmu
fisika, metode ilmiah memastikan didapatkannya suatu kesimpulan yang didukung
oleh bukti-bukti dan tersusun secara sistematis. Jika tidak dilakukan metode
ilmiah maka eksperimen-eksperimen yang dilakukan akan meragukan dan tidak dapat
ditetapkan hukum atau rumus yang jelas akan terjadinya suatu fenomena fisis.
Unsur-unsur Metode Ilmiah
Karakterisasi
Identifikasi sifat-sifat utama yang
relevan milik subjek yang diteliti dengan pengamatan dan pengukuran.
Hipotesis
Dugaan teoritis sementara yang
menjelaskan hasil pengukuran
Prediksi
Deduksi logis dari hipotesis
Eksperimen
Pengujian atas hubungan karakterisasi
dengan prediksi dan hipotesis
Evaluasi dan pengulangan
Penilaian atas ketepatan hipotesis dan
prediksi berdasar hasil yang didapat saat eksperimen, dan pengulangan pada
tahap-tahap tertentu apabila tidak didapatkan hasil yang sesuai.
Kriteria Metode Ilmiah
Berdasarkan fakta
Analisis dan pengambilan kesimpulan yang
dilakukan harus didasari pada fakta-fakta yang nyata terjadi, bukan dari
opini-opini peneliti saja.
Bebas dari prasangka
Saat melakukan eksperimen, peneliti
tidak boleh memiliki prasangka. Peneliti boleh memiliki hipotesis, namun
eksperimen harus dijalankan secara objektif meskipun diperkirakan hasil tidak
sesuai hipotesis.
BARU! Forum StudioBelajar.com!
Yuk gabung di Group Telegram
StudioBelajar.com. Klik!
Menggunakan prinsip-prinsip analisis
Penarikan kesimpulan berdasar metode
ilmiah harus menggunakan prinsip-prinsip analisis. Hal ini mengartikan
dibutuhkannya kejelasan urutan berpikir dan kejadian dalam menjelaskan suatu
fenomena fisika. Komponen-komponen permasalahan dan hubungan diantaranya harus
diketahui dengan jelas dan dapat dijelaskan secara runut.
Perumusan Masalah atau pembuatan
hipotesis
Metode ilmiah melibatkan suatu perumusan
masalah yang diteliti atau hipotesis penjelasan atas terjadinya suatu fenomena.
Menggunakan ukuran objektif
Hasil eksperimen harus diukur dengan
suatu ukuran yang objektif, bukan subjektif. Hal ini ditujukan agar hasil
eksperimen dipahami dengan mudah oleh setiap orang, dan seminimal mungkin
dipengaruhi subjektivitas peneliti. Contoh ukuran objektif adalah satuan-satuan
internasional seperti meter untuk mengukur panjang, dan kilogram untuk mengukur
massa. Contoh ukuran subjektif adalah ukuran yang relatif terhadap benda yang
tidak pasti ukurannya, seperti sejengkal, semata kaki, dan lain-lain.
Menggunakan teknik kuantitatif, atau
ditambahkan kualitatif
Teknik kuantitatif dengan ukuran yang
objektif akan memberikan hasil yang dapat dimengerti secara universal dan minim
subjektivitas peneliti. Namun, dapat juga digunakan teknik kualitatif apabila
hasil yang didapatkan sulit dideskripsikan dengan suatu ketentuan kuantitatif.
Contohnya, pertumbuhan tanaman dinyatakan secara kuantitatif (misal: tumbuh 10
cm dalam 5 hari) dan perkembangannya dinyatakan secara kualitatif (misal:
tumbuh bunga dalam 5 hari).
Karakteristik Metode Ilmiah
Bersifat kritis dan analitis
Metode ilmiah berarti peneliti dengan
rinci melakukan observasi dan eksperimen untuk mendapatkan hasil yang relevan
dan akurat.
Bersifat logis
Metode ilmiah berarti langkah-langkah
yang dilakukan peneliti dapat dijelaskan dengan logis, bukan berdasar firasat
atau hal lain yang tidak dapat dijelaskan dengan logika.
Bersifat obyektif
Hasil-hasil yang didapat harus merupakan
hasil yang objektif, artinya hasil itu tidak eksklusif hanya bisa dilakukan
oleh peneliti dan bukan merupakan hasil rekayasa.
Bersifat empiris
Hasil didapatkan dari kejadian nyata
yang benar-benar terjadi, bukan karangan atau berbasis hanya dari opini
peneliti sendiri atau orang lain.
Bersifat konseptual
Berfokus pada hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep suatu fenomena. Penelitian bukan terbatas hanya pada
fakta-fakta yang dapat dirasakan atau dilihat secara nyata, tetapi juga
penjelasan konsep bagaimana fakta-fakta tersebut terjadi dan kaitan
diantaranya.
Langkah-langkah Metode Ilmiah
Observasi Awal
Peneliti mengamati keadaan awal dari
objek penelitian. Pada kegiatan ini dilakukan karakterisasi objek dan analisis
terhadap sifat-sifatnya.
Identifikasi Masalah
Menemukan permasalahan yang akan
diangkat dalam penelitian.
Perumusan hipotesis
Membuat rumusan awal yang menjelaskan
permasalahan yang ingin diangkat. Hipotesis bersifat sementara karena belum
adanya hasil objektif dari eksperimen, oleh karena itu hipotesis tidak bisa
dijadikan kesimpulan hasil penelitian ilmiah.
Eksperimen
Percobaan-percobaan yang dilakukan untuk
menganalisis permasalahan yang ingin diidentifikasi. Eksperimen yang umum
dilakukan adalah rekayasa penciptaan ulang permasalahan, dengan kata lain
peneliti meniru proses terjadinya permasalahan yang diteliti. Pada eksperimen
variabel-variabel yang berpengaruh pada proses fisis dikendalikan sebaik
mungkin, sehingga peneliti benar-benar mengetahui faktor apa saja yang
berpengaruh pada hasil eksperimen tersebut.
Analisis Hasil
Peneliti melakukan analisis terhadap
hasil eksperimen. Analisis ini dikembangkan dari rumusan hipotesis yang telah
dibuat sebelumnya, terutama apakah hipotesis yang dibuat dapat menjelaskan
fenomena permasalahan yang terjadi atau tidak. Jika terdapat hubungan yang
jelas atau kesesuaian antara hasil eksperimen dengan hipotesis, maka hasil
analisis dapat dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Jika tidak, maka
dilakukan pengulangan langkah-langkah sebelumnya. Pengulangan dapat dilakukan
dari tahapan perumusan hipotesis atau dari tahap eksperimen.
Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan menjadi penutup dari
langkah-langkah penelitian dengan metode ilmiah. Setelah hasil dianalisis dan
dihubungkan dengan hipotesis, peneliti dapat menarik kesimpulan yang
menjelaskan hubungan-hubungan tersebut dengan singkat. Kesimpulan sejatinya
dibuat dengan jelas dan padat, menggambarkan inti dari eksperimen dan tidak
keluar dari eksperimen yang dilakukan.
Budaya
ilmiah dapat diartikan sebagai segala cara berpikir, cara bersikap dan berperil
serta cara bertindak
manusia
yang berkecimpung dalam dunia ilmu, sesuai dengan kaidah-kaida! ilmuan dan
etika ilmu. Karena
budaya
ilmiah adalah budaya yang sesuai dengan kaidah-kaidah muan, maka budaya ilmiah
sangat erat
kaitannya
dengan jilsafat ilmu dan etika ilmiah. Dapat di kan bahwa budaya ilmiah,
jilsafat ilmu, dan etika
ilmiah
adalah tiga hal yang tidak dapat dipisa tetapi dapat dibedakan. Filsafat ilmu
adalah kegiatan berpikir
yang
berupaya untuk memahami secara mendasar mendalam ten tang ilmu, termasuk di
dalamnya kaidahkaidah dan etika ilmu. Sedangkan etika ilmiah membicarakan kepribadian
seorang individu manusia apakah
s
atau tidak hati nurani, ucapan, atau perbuatannya dengan budaya ilmiah, etika
ilmu, dan kai kaidah
keilmuan.
Beberapa budaya ilmiah yang perlu dikembangkan dalam kehidupan ilmiah di pergu
tinggi antara
lain:
budaya untuk meragukan sesuatu yang tidak dapat diinderanya; budaya bebGJ lai;
budaya keterbukaan;
budaya
kejujuran; budaya keberanian;budaya berpikir dan berbicaras ra relevan; budaya
universalisme ilmu;
budaya
kesetaraan; budaya penghargaan; dan sifat alami ilmu.
20.1. Jelaskan kegunaan filsafat ilmu dan ilmu pengetahuan
Jawab
Filsafat
merupakan cara pandang kehidupan oleh individu atau kelompok yang mana dianggap
sebagai dasar kehidupan yang diinginkan.
Dalam
hal ini, seorang individu atau kelompok memikir segala sesuatu secara sadar,
dewasa dan mendalam. Mereka melihat sebuah permasalahan dalam ruang lingkup
luas dan segala hubungan secara menyeluruh.
Individu
yang menerapkan filsafat tertentu dalam kehidupan akan berfikir secara
filosofi, yaitu mengandalkan disiplin tinggi dalam berpikir, cara pemikiran
sistematis, menyusun skema secara konsepsi dan menyeluruh.
Perbedaan
filsafat dengan ilmu pengetahuan tampak jelas dari manfaat utama yang dapat
diserap oleh manusia dan kelompok. Filsafat memberi manfaat luar biasa bagi
kehidupan sebab dianggap sebagai elemen dasar dalam bertindak, mengambil
keputusan, meminimalisir terjadinya konflik dan siap siaga menghadapi perubahan
situasi.
Filsafat
sendiri telah terbagi menjadi empat jenis dalam ilmu pengetahuan, yaitu:
materialisme, idealisme, realisme dan pragmatis. Filsafat tumbuh subur di
Yunani karena tidak adanya kasta pendeta, sehingga segala sesuatu bebas dibahas
secara intelektual. Tokoh yang paling terkenal adalah Plato.
CIRI
UTAMA ILMU:
Ilmu
adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat
diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas
keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi
Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu
putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang
mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis.
Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek
dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat
dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan
jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri
kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus
intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas
tetapi oleh berpikir
Ilmu
tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri
hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
Ciri
hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu
tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak
pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan
berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah
terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
DIFINISI
ILMU MENURUT PARA AHLI
Mohammad
Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
Ralp
Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional,
umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
Karl
Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
Ashely
Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu
adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal
yang sedang dikaji.
Harsojo,
Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah:
Merupakan
akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu
pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia
yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati
panca indera manusia
-------Suatu
cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu
proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
Afanasyef,
seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan
manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan
konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya
diuji dengan pengalaman praktis.
PERSAMAAN
DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
PERSAMAAN:
Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya
sampai ke-akar-akarnya
Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
Keduanya
hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
Keduanya
mempunyai metode dan sistem
Keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.
PERBEDAAN:
Obyek
material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala
sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah]
itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin
bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat
tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Obyek
formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu,
obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu
mengadakan penyatuan diri dengan realita
Filsafat
dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis,
dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial
and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis,
sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
Filsafat
memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman
realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan
secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
Filsafat
memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar
[primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
Ilmu
|
Filsafat
|
Segi-segi yang
dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
|
Mencoba merumuskan
pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi
pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan
keseluruhan
|
Obyek penelitian
yang terbatas
|
Keseluruhan yang ada
|
Tidak menilai obyek
dari suatu sistem nilai tertentu.
|
Menilai obyek
renungan dengan suatu makna, misalkan: religi, kesusilaan, keadilan dsb.
|
Bertugas memberikan
jawaban
|
Bertugas
mengintegrasikan ilmu-ilmu
|
21.1. Susunlah langkah-langkah yang diperlukan dalam memenuhi kerangka metode ilmiah. Untuk memudahkannya, susunlah dalam suatu diagram
Jawab
Menurut Suriasumantri (1991) langkah-langkah dalam metode ilmiah
adalah:
1. Perumusan
masalah
Merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas
batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di
dalamnya.
2. Penyusunan
kerangka berpikir
Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin
terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi
permasalahan.
3. Perumusan
hipotesis
Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang
diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang
dikembangkan.
4. Pengujian
hipotesis
Merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut atau tidak.
5. Penarikan
kesimpulan
Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakat yang
cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, sekiranya
dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka
hipotesis itu ditolak.
Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari
pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi pernyaratan keilmuan yaitu mempunyai
kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta
telah teruji kebenarannya.
Schluter (1926) dalam Nazir (1988) mengungkapkan bahwa terdapat
15 langkah dalam melakukan penelitian dengan metode ilmiah.
Langkah-langkah tersebut adalah:
1.
Pemilihan bidang, topik
atau judul penelitian
2.
Mengadakan survei
lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin dipecahkan
3.
Membangun sebuah
bibliografi
4.
Memformulasikan dan
mendefinisikan masalah
5.
Membeda-bedakan dan
membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan
6.
Mengklasifikasikan
unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung
ataupun tidak langsung
7.
Menentukan data atau
bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah
8.
Menentukan apakah data
atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak
9.
Menguji untuk diketahui
apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk
membuat interpretasi
13. Mengatur data untuk presentase dan penampilan
14. Menggunakan sitasi (kutipan), referensi,
dan footnote (catatan kaki)
15. Menulis laporan penelitian
Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian, menyimpulkan bahwa
penelitian dengan menggunakan metode ilmiah, sekurang-kurangnya dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan
serta mendefinisikan masalah
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan
dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan, masalah tersebut didefinisikan
serta jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan.
2. Mengadakan
studi kepustakaan
Langkah kedua adalah mencari data yang tersedia yang pernah
ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan. mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat
dihindari oleh seorang peneliti.
3. Memformulasikan
hipotesa
Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain
yang ada sangkut pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan, maka tiba
saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipotesa untuk penelitian. Hipotesa
tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubungan sangkut paut
antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan
tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.
4. Menentukan
model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial
yang telah lebih berkembang, seperti ilmu ekonomi misalnya, pengujian hipotesa
didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan.
Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena
yang secara implisit terdapat dalam hipotesa, untuk diuji dengan teknik
statistik yang tersedia.
Pengujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk
keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder
yang akan dikumpulkan oleh peneliti.
5. Mengumpulkan
data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut
yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan.
Teknik pengumpulan data akan menjadi berbeda tergantung dari
masalah yang dipilih serta metode yang digunakan. Misalnya, penelitian yang
menggunakan metode percobaan, maka data diperoleh dari plot-plot percobaan yang
dibuat sendiri oleh peneliti. Penelitian yang menggunakan metode sejarah
ataupun survei normatif, data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada responden, baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questionair.
6. Menyusun,
menganalisa, dan memberikan interpretasi
Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan
analisa. Sebelum analisa dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk
mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk tabel ataupun membuat
coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa, maka perlu
diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.
7. Membuat
generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi
dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan.
Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah
hipotesa benar untuk diterima, ataukah hipotesa tersebut ditolak. Apakah
hubungan-hubungan antarfenomena yang diperoleh akan berlaku secara umum ataukah
hanya berlaku pada kondisi khususnya saja.
8. Membuat
laporan ilmiah
Langkah akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan
ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan
secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri pula.
Untuk lebih jelasnya Nazir juga mengungkapkan langkah-langkah
tersebut dalam sebuah bagan, seperti berikut ini:
22.Dapatkah Anda berikan pengaruh pola fikir para ahli filsafat dalam memulai dan mengembangkan pemikiran ilmu ekonomi
Jawab
Kenyataan adanya kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi di satu pihak yang memberi kemudahan kepada umat manusia untuk
menjalani kehidupannya. Menurut Abbas Hamami dan Koento Wibisono, pada saat
pembangunan sedang digalakkan dengan dukungan ilmu pengengetahuan Filsafat
sebagai Perisai untuk mewujudkan suatu masyarakat yang ideal, yakni masyarakat
yang damai, sejahtera, adil dan makmur, baik materi lmaupun spritual, maka di
saat itu pula berbagai masalah mendasar atau fundamental muncul yang harus
dihadapi oleh umat manusia dalam hidup dan kehidupannya sebagai pengaruh
negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tadi. 1
Berbagai masalah dimaksud adalah alienasi, anomi,
kehidupan yang tidak lagi utuh karena semakin bercerai-berainya nilai-nilai
cipta, rasa dan karsa, kemeralatan dan kemiskinan, keresahan akan kemungkinan
munculnya perang dunia, semakin terbatasnya sumber-sumber kekayaan alam justru
di kala penduduk dunia semakin membesar jumlahnya. Masalah-masalah tadi idak
hanya berujung kepada penderitaan manusia secara fisik namun juga berakibat
kepada menurunnya atau bahkan hancurnya nilai-nilai moral.
Dengan kata lain telah terjadi dekadensi moral. Dan
ketika hal ini telah terlanjur terjadi, maka kita tidak bisa hanya diam
berpangku tangan dan menyesali apa yang telah terjadi. Banyak hal yang dapat
dilakukan. Banyak pula sarana yang dapat dilalui dan dipakai misalnya
pendidikan, agama maupun filsafat.
Dimulai dengan pertanyaan Khusus sarana terakhir inilah yakni filsafat
yang akan penulis telaah lebih jauh.: bagaimana peran filsafat dalam menghadapi
dekadensi moral.
1
Abbas Hamami dan Koento Wibisono. 1986. “Peran Filsafat dalam Wawasan
Lingkungan” dalam Tugas Filsafat dalam Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno
(ed.). Yogyakarta: Liberty.halm. 123-124
A.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan dan
teknologi dewasa ini?
2. Peran
filsafat dalam mempengaruhi pola pikir dan pola hidup manusia dewasa ini?
3. Bagaimana
dekadensi moral sebagai pengaruh negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi ?
4. Bagaimana filsafat sebagai
perisai dalam wujud tanggung jawab etis ilmuwan ?
B.
TUJUAN
1. Mengetahui
peran filsafat dalam kemajuan iptek terhadap pola pikir dan pola hidup manusia
dewasa ini
2. Mengetahui Dekandesi moral
terhadap perkembangan iptek
3. Mengetahui bagaimana
tanggungjawab ilmuan dalam hal ini
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengetahuan Dan Teknologi
Dewasa Ini
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh manusia secara
positif- konstruktif maupun secara negatif-destruktif tergantung kepada moral
dan mental manusia yang berperan sebagai pencipta, pengembang, dan penggunanya.
ilmu pengetahuan dan teknologi selalu terkait dengan pemilik dan pemakainya
yakni manusia yang seringkali tidak mampu untuk mengendalikan nafsu serakahnya
sendiri dalam artian moral.Manusia dalam kehidupannya sangat tergantung dan
berhutang budi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.2
Merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa
peradaban manusia yang berkembang dari peradaban sederhana menuju ke peradaban
yang sangat maju dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berkat kemajuan pada kedua bidang inilah, maka manusia menjadi sangat
dimudahkan dalam menjalankan kehidupannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membantu manusia untuk memenuhi segala kebutuhannya secara lebih cepat dan
lebih mudah.
Umat manusia, misalnya, dimudahkan karena
ditemukannya alat-alatkedokteran yang canggih sehingga penyakit kita lebih
mudah dideteksi dan usia harapan hidup menjadi semakin panjang, alat-alat
transportasi yang lebih cepat dan aman, alat-alat komunikasi yang begitu
sophisticated yang membuat dunia terasa semakin sempit. Manusia juga dimudahkan
untuk memanfaatkan segala sumber daya alam untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
B. PERAN FILSAFAT TERHADAP POLA
PIKIR DAN POLA HIDUP MANUSIA
2 Bintarto,
R.1994. Ekologi Manusia IL-614: Hand Out Kuliah Ekologi Manusia untuk S2 Ilmu
Lingkungan. Yogyakarta: Programme Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.Hlm. 39
Banyak orang yang sering kali mengeluarkan pendapat, bahkan dengan
sedikit nada sinis, mempertanyakan apa fungsi atau perannya filsafat bagi
keilmuan dan kehidupan. Pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang wajar dan
tidak salah. Karena selama seseorang belum mengenal filsafat (suatu cabang ilmu
pengetahuan yang cenderung tidak terlalu aplikatif dan cenderung kepada
kontemplasi atau perenungan kritis), maka ia tidak akan mungkin mampu untuk
memahaminya dengan baik.
Irmayanti M Budianto pernah mencatat beberapa peran
filsafat, baik dalam kehidupan maupun dalam bidang keilmuan:
pertama, filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan
berwawasan luas terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia
diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara
mengidentifikasinya agar jawaban- jawaban dapat diperoleh dengan mudah.
Kedua, berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara
lebih kreatif atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul karena keinginannya.
Ketiga, Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi
permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya
(interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih
rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan.
Keempat, terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan
kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan
sistematis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu
riset, penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya. Dalam era globalisasi, ketika
berbagai kajian lintas ilmu pengetahuan atau multidisiplin melanda dalam
kegiatan ilmiah, diperlukan adanya suatu wadah, yaitu sikap kritis dalam
menghadapi kemajemukan berpikir dari berbagai ilmu pengetahuan berikut para
ilmuannya.3
3 Irmayanti M
Budianto, 2002. Realitas dan Objektivitas: Refleksi Kritis atas Cara Kerja
Ilmiah. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.halm. 15-16.
Dalam pandangan Hamami dan Wibisono (1986: 126-27),
filsafatmelalui metode- metode pemikirannya tidak akan dapat langsung
mempersembahkan programe- programme kebijakan yang manfaatnya dapat dinikmati
secara praktis dan konkret sebagaimana halnya dengan ekonomi, teknik dan
ilmu-ilmu terapan yang lainnya. Segi kelemahan filsafat, dalam arti sifat dan
coraknya yang abstrak dengan lemparan analisis- analisis kritisnya yang sering
tidak tersentuh oleh mereka yang telah terbiasa untuk berpikir secara praktis,
merupakan salah satu sebab mengapa para ahli filsafat terisolir dan jarang
diajak untuk berpartisipasi dalam penentuan strategi pembangunan, apalagi dalam
pelaksanaan programme- programme kegiatan yang sudah bersifat teknis
operasional.
Padahal keabstrakan dengan spekulasi-spekulasinya
yang paling dalam justru membawa filsafat kepada kekuatan radikalnya. Dengan
berpikir secara abstrak spekulatif dan mengambil jarak dari penggumulan
masalah-masalah teknis praktis, filsafat justru dapat melihat sesuatu
permasalahan dari semua dimensi, sehingga hal-hal yang belum tersentuh oleh
ilmu-ilmu lain dapat pula dijadikan titik perhatiannya. Peranan filsafat adalah
menunjukkan adanya perspektif yang lebih dalam dan luas, sehingga kehadirannya
akan disertai dengan berbagai alternatif penyelesaian untuk ditawarkan mana
yang paling sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan.4
Apabila kita berbicara mengenai peran filsafat dalam
menghadapi dekadensi moral. Filsafat mungkin hanya dapat menjelaskan
sebab-sebab munculnya dekadensi moral, menjelaskan caracara mengatasi
sebab-sebab tersebut, menerangkan cara-cara penanganan dekadensi moral.
Sementara pelaksanaannya sendiri sangat tergantung kepada manusianya sendiri.
C.
Dekadensi Moral Sebagai Pengaruh Negatif Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan sering kali melupakan faktor manusianya, di
mana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan
kebutuhan manusia, namun juga justru sebaliknya dimana manusialah akhirnya yang
harus menyesuaikan diri
4
Abbas Hamami dan Koento Wibisono. 1986. “Peran Filsafat dalam Wawasan
Lingkungan” dalam Tugas Filsafat dalam Perkembangan Budaya. Slamet Sutrisno
(ed.). Yogyakarta: Liberty.halm. 127
dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang
memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk tujuan
eksistensinya sendiri. Sesuatu yang terkadang harus dibayar mahal oleh manusia
yang kehilangan sebagian arti dari kemanusiaannya. Manusia sering dihadapkan
dengan situasi yang tidak bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi
teknologi, yang merampas kemanusiaandan kebahagiaannya.5
Padahal ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya
bertujuan untuk mempermudah manusia dalam menjalani kehidupannya, namun
kelihatannya yang terjadi malah berbeda. Manusia kesulitan untuk meletakkan
ilmu pengetahuan dan teknologi pada jalur tujuannya dengan benar. Manusia
kelihatan bukan lagi pemilik dan pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi
hamba dari keduanya. Dewasa ini, ilmu pengetahuan bahkan telah berada di ambang
kemajuan yang mampu untuk mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu
sendiri.
Ilmu pengetahuan bukan saja menimbulkan gejala
dehumanisasi namun bahkan kemungkinan untuk mengubah hakikat kemanusiaan itu
sendiri, atau dengan kata lain, ilmu pengetahuan bukan lagi merupakan sarana
yang membantu manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan
untuk mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain,
ilmu pengetahuan bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai
tujuan hidupnya, melainkan juga ikut menciptakan tujuan hidup itu sendiri.
Menghadapi kenyataan seperti ini, menurut
Suriasumantri, ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya mempelajari alam
sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: Untuk
apa sebenarnya ilmu pengetahuan itu harus dipergunakan? Di mana batas wewenang
penjelajahan keilmuan? Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan?
Pertanyaan semacam ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuwan-ilmuwan masa lalu,
namun menjadi penting bagi para ilmuwan yang
5 Jujun
Suriasumantri, S 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. Hlm. 229-231
hidup pada masa kini. Dan untuk menjawab pertanyaan ini, maka ilmuwan
berpaling kepada hakikat moral.6
D. Perisai dalam Wujud Tanggung
Jawab Etis Ilmuwan
Ilmuwan Bintarto pernah menuturkan sebuah kutipan yang diambilnya dari
Ensiklopedi Indonesia terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve bahwa ‘intisari dari
filsafat adalah cara berfikir menurut logika dengan bebas sedalam-dalamnya
sampai ke dasar persoalannya’. Sementara itu, manusia terdorong untuk menemukan
suatu orientasi hidup yang dapat memberikan arah dan pegangan bagi perbuatan
serta perilakunya. Orientasi ini adalah filsafat dalam bentuknya yang masih
pra-ilmiah.7
Filsafat bersifat universal karena objek kajiannya
berkaitan erat dengan seluruh kenyataan (realitas). Dengan kata lain, pandangan
filsafat terhadap segala sesuatu ditempatkan pada latar belakang arti seluruh
realitas manusia. Apabila disesuaikan dengan objek kajiannya, maka filsafat
dapat meliputi beberapa cabang, seperti filsafat manusia, filsafat pengetahuan,
filsafat ketuhanan, dan sebagainya.8
Ketika masalah dekadensi moral yang menjadi objek
kajian dalam filsafat, maka cabang filsafatnya adalah filsafat moral atau
etika. Selain itu, karena dekandensi moral sendiri dalam tulisan ini ditelisik
sebagai pengaruh negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
cabang filsafat lainnya yang terkait filsafat ilmu pengetahuan, terutama bagian
aksiologinya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil karya ilmuwan secara individual yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat. Peranan ilmuwan inilah yang menonjol dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan mampu mengubah wajah peradaban. Kreativitas ilmuwan yang didukung oleh sistem komunikasi sosial yang bersifat terbuka
6 Jujun
Suriasumantri, S 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. Hlm. 231-232
7Bintarto, R
1994. Ekologi Manusia IL-614: Hand Out Kuliah Ekologi Manusia untuk S2 Ilmu
Lingkungan. Yogyakarta: Programme Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.hlm. 40
8 Ibid,hlm.40
menjadi proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan
sangat efektif .
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka seorang ilmuwan harus memiliki kepekaan dan tanggung jawab besar terhadap
pelbagai konsekuensi etis ilmu pengetahuan dan teknologinya. Sebab dialah
satusatunya orang yang dapat mengikuti dari dekat perkembanganperkembangan yang
konkret. Namun memang seorang ilmuwan sebenarnya tidak dapat berbuat banyak
untuk mencegah penyalahgunaan hasil penemuannya. Manusia tampaknya tetap
cenderung untuk menciptakan pedang yang bermata dua, yaitu satu dipakai untuk
meningkatkan kesejahteraan, mata yang lain dipakai untuk mendatangkan
kerusakan.
Tanggung jawab etis bukanlah berkeinginan untuk
mencampuri atau bahkan ‘menghancurkan’ otonomi ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi bahkan dapat sebagai umpan balik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu sendiri, yang sekaligus akan lebih memperkukuh eksistensi
manusia.9
Tanggung jawab etis yang dipikul seorang ilmuwan
bukan saja karena dia adalah anggota masyarakat yang kepentingannya terlibat
secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia
mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya
selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual
namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Untuk membahas ruang lingkup yang menjadi tanggung
jawab etis seorang ilmuwan, maka hal ini dapat dikembalikan kepada hakikat ilmu
pengetahuan itu sendiri. Sering terdengar bahwa ilmu pengetahuan beserta
teknologinya itu terbebas dari sistem nilai. Ilmu pengetahuan dan teknologi itu
sendiri netral dan para ilmuwanlah yang memberikan nilai. Dalam hal ini maka
masalah apakah ilmu pengetahuan dan teknologi
itu
9 Achmad
Charris Zubair,. 2002. Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia:
Kajian Filsafat Ilmu. Yogyakarta: LESFI.hlm. 49-50
terikat atau bebas dari nilai-nilai tertentu, semua itu tergantung kepada
langkah-langkah keilmuan yang bersangkutan dan bukan kepada proses keilmuan
secara keseluruhan.10
Bebas nilai dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu
masalah yang melibatkan persoalan filosofis, yakni aksiologi (nilai/value).
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
pelbagai pertimbangan mengenai apa yang dinilai dan apa yang seharusnya
dinilai. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh
ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya. Penilaian dapat muncul dari orang lain,
lembaga pendidikan, agama, dan juga dari dalam diri ilmuwan sendiri terhadap
apa yang telah dihasilkannya. Bebas nilaikah atau tidak bebas nilaikah kegiatan
ilmiah yang telah dihasilkan seorang ilmuwan?
Selama ia masih berada dalam ruang kerja ilmiahnya
(seperti laboratorium), maka ia masih merasakan adanya bebas nilai. Ia tetap
dapat memusatkan perhatian pada kegiatan ilmiahnya tanpa memperoleh halangan
dari berbagai unsur luar. Namun, apabila telah keluar dari ruang kerja
ilmiahnya kedalam masyarakat, maka hasil kerjanya berupa ilmu dan teknologi
akan diuji oleh pandangan-pandangan masyarakat, lembaga, atau pun agama. Hasil
kerjanya diuji apakah telah sesuai dengan peraturan pemerintah, norma adat, dan
sebagainya. Ilmuwan dengan hasil karya ilmiah menjadi tidak bebas nilai.
Sebagai contoh menarik adalah masalah kloning
terhadap manusia. Ketika ilmuwan berada dalam ruang kerjanya, ia mungkin mampu
bekerja secara idealis tanpa sesuatu nilai pun yang akan mengaturnya. Akan
tetapi, apabila hasil kerjanya disosialisasikan, maka akan terjadi kegemparan.
Akan terjadi pro dan kontra. Hasil kerja ilmiah tersebut akan berhadapan banyak
nilai yang ada dalam masyarakat. Kloning manusia akan dipandang sebagai
kegiatan yang bukan saja mengarah kepada dekadensi moral, namun juga
dehumanisasi.
10 Jujun S
Suriasumantri, 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.hlm. 239
Pada masalah seperti di atas, maka peranan ilmuwan
menjadi sesuatu yang imperatif. Dialah yang mempunyai latar belakang
pengetahuan yang cukup untuk dapat menempatkan masalah tersebut pada proporsi
yang sebenarnya. Oleh sebab itu, dia mempunyai kewajiban untuk menyampaikan hal
itu kepada masyarakat banyak dalam bahasa yang dapat mereka cerna. Menghadapi
masalah yang kurang mereka mengerti biasanya masyarakat bersikap ekstrim. Pada
satu pihak mereka bisu karena ketidaktahuan mereka, sedangkan di pihak lain
mereka bersikap radikal dan irasional. Tanggung jawab seorang ilmuwan dalam hal
ini adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan ruginya, baik dan
buruknya; sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan
(Suriasumantri, 1998: 239-241).
Pada bidang lain mungkin terjadi bahwa masalah itu
baru akan timbul yang disebabkan proses yang sekarang sedang berjalan. Ilmuwan
berdasarkan pengetahuannya memiliki kemampuan untuk meramalkan apa yang akan
terjadi. Umpamanya saja apakah yang akan terjadi dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi kita di masa depan berdasarkan proses pendidikan keilmuan sekarang.
Apakah sistem pendidikan kita memungkinkan negara kita mengejar keterbelakangan
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang? Sekiranya
tidak maka apakah yang harus kita lakukan? Kerugian apakah yang akan timbul
sekiranya tindakan pencegahan tidak dilakukan? Demikianlah pertanyaan yang
serupa dapat dikemukakan dalam berbagai bidang.
Kemampuan analisis seorang ilmuwan mungkin pula
menemukan alternatif dari objek permasalah yang sedang menjadi pusat perhatian.
Kemampuan analisis seorang ilmuwan dapat dipergunakan untuk mengubah kegiatan
non-produktif menjadi kegiatan produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak
(Suriasumantri, 1998: 241).
Penelitian Penerapan di masyarakat Nilai-nilai: adat
istiadat, agama, ideolgi Hasil penelitian Tidak bebas nilai Hasil Bebas nilai
Teoritis penelitianSingkatnya, dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan
harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang
seyogyanya mereka sadari. Dalam hal ini, berbeda dengan menghadapi masyarakat
ilmuwan yang elitis, dia harus berbicara dengan
bahasa yang dapat dicerna oleh orang awam. Untuk itu maka dia bukan saja
mengandalkan pengetahuannya dan daya analisisnya namun juga integritas
kepribadiannya.
Sebuah kutipan menarik dalam buku Pengantar Filsafat
karya Louis O Kattsoff. Dalam bahasa analogis, Kattsof (2004: 3) menjelaskan
bahwa meskipun filsafat ‘tidak membuat roti’, namun filsafat dapat menyiapkan
tungkunya, menyisihkan noda-noda dari tepungnya, menambah jumlah bumbunya
secara layak, dan mengangkat roti itu dari tungkunya pada waktu yang tepat.
Filsafat berperan untuk mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, dan
menerbitkan serta mengatur semua itu di dalam bentuk yang sistematis. Filsafat
membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan
yang lebih layak.
Suatu kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
telah banyak berjasa untuk membantu manusia dalam kehidupan kesehariannya. Akan
tetapi, adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diabaikan begitusaja pula
adanya pengaruh negatif dari keduanya berupa menurunnya atau bahkan nilai-nilai
moral.
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan dan teknologi juga
berpengaruh negatif pada terjadinya dekadensi moral. Pengaruh negatif yang
muncul dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak seharusnya
membuat manusia pesimis bahkan menyerah terhadap perkembangan tersebut. Manusia
tidak seharusnya hanya mengekor kepada ilmu pengetahuan dan teknologi dan
menjadi budak keduanya.
Ilmu pengetahuan dan teknologilah yang seharusnya
berada di tangan manusia atau berada di bawah kendali manusia. Kemampuan
berpikir dan berimajinasi manusia dalam wujud ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak dapat dihentikan, dibendung, atau dimatikan, namun barangkali dapat
dikontrol agar tidak kebablasan. Manusia harus bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diperbuatnya. Tanggung jawab bukan saja dalam arti normatif, namun
juga dalam arti kedudukan manusia itu di antara manusia-manusia lain. Berbicara
mengenai tanggung jawab secara tidak langsung berbicara mengenai manusia yang
mempraktikkannya, menerapkan, dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu. Jari telunjuk kita dengan mudah menunjuk kepada oknum yang terkait
langsung
dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yakni para ilmuwan.
Para ilmuwan memang memiliki tanggung jawab etis untuk mengarahkan agar
perjalanan ilmu pengetahuan dan teknologi tetap pada ‘orbitnya’. Mereka harus
berusaha untuk menemukan suatu orientasi hidup yang dapat memberikan arah dan
pegangan bagi perbuatan serta perilaku dirinya pribadi dan masyarakat kebanyakan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap
arif dan berwawasan luas terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan
manusia diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-masalah. berfilsafat dapat
membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif atas dasar
pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul karena keinginannya. , Filsafat
dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan
masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih rasional, lebih arif,
dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan. Terutama bagi para ilmuwan
ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis
secara komprehensif dan sistematis atas berbagai permasalahan ilmiah yang
dituangkan di dalam suatu riset, penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya.
B.
SARAN
Makalah ini sebaiknya dipelajari dan dipahami agar kita mengetahui peran
filsafat dalam kaitanya dengan pola pikir dan pola hidup pada zaman globalisasi
dan kita senantiasa dapat memanfaatkan peran dari berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini. Dalam makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenaya kritik dan saran kami haturkan agar makalah ini
dapat lebih baik dan kami dapat mengevaluasi dalam ranah perbaikan.
Daftar Pustaka
Abbas dan
Koento Wibisono. 1986. “Peran Filsafat
dalam Wawasan Lingkungan” dalam Tugas Filsafat dalam Perkembangan Budaya.
Slamet Sutrisno (ed.). Yogyakarta: Liberty.
Bintarto, R.1994. Ekologi
Manusia IL-614: Hand Out Kuliah Ekologi Manusia untuk S2 Ilmu Lingkungan.
Yogyakarta: Programme Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Budianto, Irmayanti M 2002. Realitas dan
Objektivitas: Refleksi Kritis atas Cara Kerja Ilmiah. Jakarta: Wedatama Widya
Sastra.
Gensler, Harry J 1998. Ethics: A Contemporary Introduction. London and NewYork.
Kattsof,
Louis O 2004. Elements of Philosophy atau
Pengantar Filsafat, Soejono Soemargono (penerjemah). Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya.
Suriasumantri,
Jujun S 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah
Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Zubair,
Achmad Charris. 2002. Dimensi Etik dan
Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia: Kajian Filsafat Ilmu. Yogyakarta: LESFI
Jawab
Pola
pola pikir yang masih bisa diterapkan, tetapi butuh gabungan dengan pola pikir
lain
Ekonomi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidak-seimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya
pemikiran-pemikiran ekonomi.
Mazhab-Ekonomi
Pemikiran-pemikiran
ekonomi yang berkembang saat ini telah mengalami suatu proses yang panjang.
Perkembangannya berlangsung berabad-abad seiring dengan munculnya
peradaban-peradaban yang ada di dunia. Bahkan pemikiran tersebut mulai tampak
sejak zaman batu, perunggu, dan besi. Kemudian semakin berkembang sejak
ditemukannya tulisan pada peradaban India kuno, Mesir kuno, dan Babylonia.
Sedangkan barat lebih cendrung pada peradaban Yunani kuno yang kaya akan
peninggalan dari kaum intelektualnya.
Sejarah
pemikiran ekonomi tergantung pada siapa pemikirnya dan teori yang mendasari
dalam bidang ekonomi politik dan ekonomi dari masa lalu hingga saat ini, mulai
dari pemikiran Aristoteles (politik dan etnis), lalu ada Thomas Aquinas
(moral). Pemikiran ekonomi berevolusi dari feodalisme (abad pertengahan)
menjadi teori merkantilisme pada masa renaissance (berorientasi pada kebijakan
perdagangan). Dan filusuf Inggris, Adam Smith sebagai bapak ekonomi dunia,
dengan ide-idenya pada abad ke-18. Namun harus diingat bahwa, sebelum Adam
Smith telah terbit banyak sekali buku dan artikel tentang ekonomi.
Pengertian
Mazhab (Aliran) Ekonomi
Daftar
Isi Artikel Ini :
Aliran
pemikiran ekonomi atau mazhab pemikiran ekonomi adalah beragam pendekatan dalam
sejarah pemikiran ekonomi yang cukup penting untuk dikelompokkan sebagai aliran
pemikiran. Meskipun para ekonom tidak selalu tergabung dalam aliran tertentu,
terutama di era modern, pengelompokan ekonom ke dalam sejumlah aliran pemikiran
umum terjadi dalam ilmu ekonomi. Pemikiran ekonomi dapat dibagi menjadi tiga
tahap, yakni pramodern (Yunani-Romawi, India, Persia, Arab, dan Tiongkok),
modern awal (merkantilisme, fisiokrat), dan modern (dimulai dengan pemikiran
Adam Smith dan ekonomi klasik pada akhir abad ke-18). Teori ekonomi yang
sistematis telah berkembang sejak awal era modern.
Saat
ini, sebagian besar ekonom mengikuti pendekatan yang disebut dengan ekonomi
arus utama (atau ‘ekonomi ortodoks’). Ekonomi arus utama terbagi menjadi dua
aliran, yakni aliran ‘air asin’ (terkait dengan Berkeley, Harvard, MIT,
Pennsylvania, Princeton, dan Yale), dan pemikiran laissez-faire dari aliran
‘air tawar’ (terkait dengan Universitas Carnegie Mellon, Rochester, Minnesota,
dan Eropa). Kedua aliran pemikiran ini dikenal dengan sintesis neoklasik.
Beberapa
pendekatan yang berpengaruh pada masa lalu, seperti aliran sejarah ekonomi dan
ekonomi institusional, tidak lagi berlaku atau berkurang pengaruhnya, dan saat
ini dianggap sebagai pendekatan heterodoks. Pemikiran heterodoks terkini
termasuk feminis, ekonomi hijau, ekonomi pascaautistik, dan termoekonomi.
Sejarah
Mazhab (Aliran) Ekonomi
Berikut
ini terdapat beberapa sejarah perkembangan mazhab (aliran) ekonomi, terdiri
atas:
Aliran
Praklasik
Menurut
Samuelson (1958) analisis ekonomi datang dari sumber utamanya, yakni dari (1)
para ahli ilmu pengetahuan (filosof) dan dari (2) kaum praktisi terutama mereka
yang sangat tertarik akan masalah-masalah kebijakan ekonomi dalam kurun waktu
yang bersangkutan hidup.
Sebagai
sebuah peta silsilah perkembangan teori dan ilmu, yang kemudian berkembang
sebagai aliran-aliran pendapat tentang ekonomi, oleh Samuelson disajikan dalam
bentuk istilah aliran – aliran dalam ilmu ekonomi yang memberikan petunjuk
kepada peminat ilmu ekonomi peran dan pandangan para ahli ekonomi dalam kurun
waktu yang bersangkutan.
Aliran
praklasik terutama berkembang pada abad pertengahan dan muncul dari pandangan
para pemikir dan penasehat ahli kepada raja atau penguasa dan mereka memegang
pusat kekuasaan : terutama pandangan kaum Merkantilis. Merkantilis merupakan
model kebijakan ekonomi dengan campur tangan pemerintah yang dominan,
proteksionisme serta politik kolonial, ditujukan dengan neraca perdagangan luar
negeri yang menguntungkan.
Pemikiran-pemikiran
ekonomi lahir pada kaum merkantilis disebabkan adanya pembagian kerja yang
timbul di dalam masyarakat, pembagian kerja secara teknis dan pembagian kerja
teritorial, yang selanjutnya akan mendorong perdagangan internasional.
Pemikiran ekonomi kaum merkantilis merupakan suatu kebijakan yang sangat
melindungi industri, dalam negeri, tetapi menganjurkan persaingan, sementara
itu terjadi pembatasan-pembatasan yang terkontrol dalam kegiatan perdagangan
luar negeri, kebijakan kependudukan yang mendorong keluarga dengan banyak anak,
kegiatan industri di dalam negeri dengan tingkat upah yang rendah.
Proteksi
industri yang menganjurkan persaingan dalam negeri, dan tingkat upah yang
rendah mendorong ekspor. Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro, hal ini
berhubungan dengan tujuan proteksi industri di dalam negeri, dan menjaga
rencana perdagangan yang menguntungkan, hal ini dilakukan dalam usaha
meningkatkan peranannya dalam perdagangan internasional dan perluasan-perluasan
kolonialisme.
Aliran
Klasik
Aliran
klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19 yaitu dimasa
revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya
perkembangan ekonomi. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan
menurut aliran klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara
kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan
teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi
sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan.
Kemajuan
teknologi mula-mula disebabkan oleh adanya akumulasi kapital atau dengan kata
lain kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan kapital. Kecepatan
pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat keuntungan,
sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya hukum tambahan
hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returus) karena sumber daya
alam itu terbatas. Salah satu hasil pemikiran kaum klasik yang sangat
mempengaruhi dunia dalam era globalisasi adalah pemikiran mengenai perdagangan
internasional.
Pemikiran
kaum klasik menentang pemikiran kaum merkantilis yang hanya mementingkan
masuknya logam mulia dan berorientasi ekspor dengan meminimumkan impor barang
dari luar negeri. Kaum merkantilis meletakan tekanan pada perdagangan luar
negeri. Kaum physiokrat memandang pertanian sebagai sumber segala kemakmuran.
Pemikiran
kaum klasik telah membawa perubahan besar dalam bidang ekonomi. Salah satu
hasil pemikiran kaum klasik telah mempelopori pemikiran sistem perekonomian
liberal. Dalam pemikiran kaum klasik bahwa perekonomian secara makro akan
tumbuh dan berkembang apabila perekonomian diserahkan kepada pasar. Peran
pemerintah terbatas kepada masalah penegakan hukum, menjaga keamanan dan
pembangunan infrastruktur.
Pemikiran
kaum klasik ini telah menginspirasi ”Washington Consensus”. Berdasarkan
“Washington Consensus” peran pemerintah di dalam pembangunan lebih
dititikberatkan kepada penertiban APBN, dan pemanfaatan/penggunaan kekuatan
pasar.
Menurut
”Washington Consensus” (terdiri dari 10 paket kebijakan ekonomi makro), peran
pemerintah dalam pembangunan harus dibatasi dan berorientasi kepada pembangunan
infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Campur tangan pemerintah yang
berkelebihan dalam perencanaan pembangunan dikhawatirkan menimbulkan
“Government Failure”, seperti birokrasi yang berkelebihan, KKN, dan lain
sebagainya. Membatasi APBN dapat mengurangi defisit, karena akan menimbulkan
ketidakstabilan di dalam ekonomi.
Pemanfaatan
kekuatan pasar yaitu mengembangkan pasar yang efisien, bebas dari monopoli,
oligopoli, dan eksternal disekonomis. Oleh karena itu kebijakan pemerintah
harus bersifat “Market Friendly”.Suku bunga dan Nilai tukar asing harus
ditentukan oleh pasar. Harga yang dibentuk pasar dianggap sebagai harga yang
sebenarnya. Pasar dianggap lebih efisien daripada pemerintah yang menggarap
sektor perekonomian, sehingga perekonomian akan lebih optimal.
Beberapa
tokoh ekonomi klasik seperti Adam Smith (1723-1790), Thomas Robert Malthus
(1766-1834), Jean Baptiste Say (1767-1832), David Ricardo (1772-1823), Johan
Heinrich von Thunen (1780-1850), Nassau William Senior (1790-1864), Friedrich
von Herman, John Stuart Mill (1806-1873) dan John Elliot Cairnes (1824-1875)
memperoleh kehormatan dari Karl Marx (1818-1883) atas keklasikan dalam
mengetengahkan persoalan ekonomi yang dinilai tidak kunjung lapuk.
Berbeda
dengan kaum Merkantilis dan Physiokrat, kaum klasik memusatkan analisis
ekonominya pada teori harga. Kaum klasik mencoba menyelesaikan persoalan
ekonomi dengan jalan penelitian faktor permintaan dan penawaran yang menentukan
harga. Marilah secara singkat kita lihat teori-teori perkembangan dari beberapa
pengamat aliran klasik . Diantaranya :
Adam
Smith
Menurut
Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya
spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah.
Pembagian harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dan akumulasi kapital ini
berasal dari dana tabungan, juga menitik beratkan pada Luas Pasar , pasar harus
seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi sehingga perdagangan
internasional menarik perhatiannya karena hubungan perdagangan internasional
itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar
dalam negeri.
Sekali
pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada pasar
yang dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan menaikan
tingkat produktivitas tenaga kerja. Adam Smith (1723-1790) sebagai tokoh aliran
klasik menyatakan pendapatnya dalam bukunya yang berjudul ”Inquiry into the
Nature and Causes of the Wealth of Nations” yaitu: ”Pekerjaan yang dilakukan
suatu bangsa adalah modal yang membiayai keperluan hidup rakyat itu pada asal
mulanya, dan dengan hasil-hasil pekerjaan tersebut dapat dibeli
keperluan-keperluan hidupnya dari luar negeri.” Kapasitas produktif daripada
kerja selalu bertambah dikarenakan adanya pembagian kerja yang makin mendasar
dan rapi.
David
Ricardo
Menurut
David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat yaitu:
Golongan
kapital adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang
penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali
pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya
pendapatan nasional.
Golongan
buru ini tergantung pada golongan kapital dan merupakan golongan yang terbesar
dalam masyarakat.
Golongan
tuan tanah ini mereka hanya memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas
areal tanah yang di sewakan.
David
Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus dan akumulasi
kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya
atau semakin langka adanya.
Thomas
Robert Malthus
Menurut
Thomas Robert Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan
unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah
penduduk saja tampa dibaringi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur
perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikan pendapatan dan tidak
akan menaikan permintaan. Turunnya biaya produksi akan memperbesar
keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus
berproduksi. Menurut Thomas Robert Malthus untuk adanya perkembangan ekonomi
diperlukan adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus menerus.
John
Maynard Keynes
Berpendapat
bahwa pandangan klasik yang memusatkan perhatian analisa ekonominya pada teori
harga, maka perlu dipahami arah penggunaan alat produksi dengan sempurna. Dalam
hubungan ini maka pengertian klasik diperluas kepada para ahli ekonomi yang tidak
menganggap tidak mungkin adanya suatu pengangguran yang tidak dikehendaki
(involuntary unemployment).
Sanggahan
Adam Smith kepada Aliran Fisioktrat dan anjurannya yang kuat kepada sistem
perdagangan bebas, merupakan dukungannya yang kuat terhadap falsafah persaingan
bebas. Ini disebabkan karena Adam Smith yang pertama kali dengan jelas
mengemukakakn peran yang penting yang dapat dilakukan oleh negara dalam
perekonomian.
Itulah
sebabnya masyarakat ekonomi memandang Adam Smith sebagai bapak ilmu ekonomi.
Secara singkat buku Adam Smith yang
berjudul; “An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” yang
terbit tahun 1776, membawakan jalan pikiran ekonomi yang boleh dikatakan dapat
berlaku secara universal dan bahkan Adam Smith merupakan tokoh bagi
berkembangnya sistem liberal (bebas).
Aliran
Historis
Pandangan
kaum klasik perekonomian diserahkan kepada kekuatan pasar, dimana setiap orang
diberi kebebasan berbuat demi kepentingan masing-masing. Dan akhirnya melalui apa yang disebut invisible
hand, akan tercipta suatu harmoni secara keseluruhan. Pemikiran seperti ini
juga dikecam oleh pakar-pakar sejarah, sebab dinilai terlalu mekanistis, dan
menghendaki agar hal ini diganti dengan dasar pemikiran yang lebih etis.
Pada
intinya pemikir aliran sejarah menolak argumentasi pemikir-pemikir klasik bahwa
ada undang-undang alam tentang kehidupan ekonomi. Bagi mereka masyarakat harus
di ganti sebagai satu keatuan organisme dimana interaksi social berkait dan
berhubungan antar individu. Pemikir-pemikir aliran sejarah menghendaki agar
kegiatan masyarakat dilandasi pada suatu system yang menyeluruh, yang mencakup
semua organisme dalam kehidupan bermasyarakat sebagai suatu keseluruhan.
Penganut
aliran sejarah yang tidak percaya pada mekanisme pasar bebas klasik pada
umumnya sepakat untuk meminta campur tangan pemerintah dalam perekonomian.
Investasi pemerintah diharapkan mampu membawa proses ekonomi pada tujuan-tujuan
sosial dan ekonomi yang diinginkan bersama dan tanpa campur tangan pemerintah
dalam perekonomian tidak aka nada jaminan keadilan sosial.
Bagi
pemikir – pemikir sejarah, fenomena – fenomena ekonomi merupakan produk
perkembangan masyarakat secara keseluruhan sebagai hasil perjalanan sejarah,
karena itu semua pemikiran, teori, dan kesimpulan ekonomi harus di landaskan
pada empiris sejarah. Pemikir-pemikir aliran sejarah tidak setuju dengan
anggapan kaum klasik dan neo-klasik bahwa prinsip-prisip ekonomi berlaku secara
universal.
Pemikir
– pemikir aliran sejarah dengan gencar menyerang metode pendekatan deduktif
yang digunakan kaum klasik. Dengan pendekatan deduktif analisis ekonomi
bertitik tolak dari pengamatan secara umum. Kemudian dari pengamatan secara
umum itu diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general to the
particular). Bagi pakar aliran sejarah metode deduksi ini dinilai terlalu
abstrak dan terlalu teoritis, dimana dari beberapa postulat kemudian meng-claim
bahwa pemikiran-pemikiran mereka berlaku umum (universal).
Menurut
kaum sejarah metode deduksi ini sering tidak sesuai dengan realitas, dan
karenanya sering membawa kita kedalam kesimpulan yang sering keliru. Untuk
mengatasi kelemahan metode klasik tersebut maka pemikir-pemikir aliran sejarah
menawarkan metode induktif-historis.
Pola
pendekatan induksi empiris berpangkal tolak dari pengamatan dan pengkajian yang
bersifat khusus, dan dari sini ini diambil suatu kesimpulan umum (reasoning
from the patticular to general). Dengan metode induksi empiris maka
hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori ekonomi hanya berlaku suatu tempat
pada waktu-waktu tertentu, sebab hukum, adil maupun teori ekonomi sangat
bergantung pada kondisi dan lingkungan setempat. Dengan demikian bagi pemikir
sejarah,hukum ekonomi tida berlaku univesal, tetapi bisa beubah sewaktu-waktu,
sesuai keadaan dan maslah yang dihadapi.
Pokok-pokok
aliran historis adalah sebagai berikut :
Perkembangan
perekonomian harus dibagi atas tingkat – tingkat stufen menurut sejarahnya
Kepentingan
nasional harus diutamakan
Manusia
harus dipandang satu dalam masyarakat sehingga motif mementingkan diri pribadi
dipengaruhi oleh norma – norma yang lainnya. Misalnya adat istiadat,
kesusilaan, dan agama.
Hukum
ekonomi tidak bersifat mutlak
TOKOH-TOKOH
ALIRAN HISTORIS
Friedrich
List (1789-1846)
Bruno
Hildebrand (1812-1878)
Gustav
Von Schmoler (1839-1917)
Werner
Sombart (1863-1941)
Max
Weber (1864-1920)
Henry
Charles Carey (1793-1879)
Aliran
Sosialis
Aliran
Sosialis dibagi 2 :
Sosialisme
utopis
Dari
pandangan pemikiran yang revolusioner Karl Marx dan Enggel pemikiran ini biasa disebut
kaum sosialis ilmiah dan ada yang tetap mempertahankan dengan cara-cara yang
bersifat ideal dan terlepas dari kekuasaan politik disebut sosialis utopis
dengan dipelopori oleh Thomas More, Francis Bacon, Thomas Campanella, Oliver
Cromwell, Gerard Winstanley, James Harrington.
Perkataan
Utopis berasal dari judul buku Thomas More dalam tahun 1516 Tentang Keadaan
Negara yang Sempurna dan Pulau Baru yang Utopis. Francis Bacon dalam bukunya
Nova Atlantis (1623), dan Thomas Campanella (1623) dalam bukunya Negara
Matahari (Civitas Solis).
Saint
Simon (1760-1825), dari Perancis bukunya The New Christianity dan Charles
Fourier (1772-1837) bercita-cita menciptakan tata dunia baru yang lebih baik
bukan dengan kotbah tetapi dengan model percontohan. Louis Blanc mengusahakan
agar didirikan ateliers sociesux yakni pabrik-pabrik yang dihimpun negara.
Pierre Joseph Proudhom (1809 – 1865) Beliau yakin akan asas persamaan dan lama
sekali tidak setuju dengan hak milik pribadi terhadap perusahaan.
Pokok-pokok
ajaran para pelopor Sosialis Utopis adalah sebagai berikut :
Milik
pribadi ditiadakan, yang ada adalah milik bersama
Pekerjaan
dikerjakan/ dilakukan secara gotong royong
Pendapatan
dibagi secara adil dan sama rata
Sosialisme
ilmiah
Karl
Marx dilahirkan di Treves Jerman dan seorang keturunan Yahudi. Ia seorang
ilmuwan dan pemikir besar bidang filosof serta Pemimpin Sosialisme Modern. Ia
belajar di Universitas Bonn kemudian di Universitas Berlin di Jerman dan
memperoleh sarjana bidang Filsafat. Dalam masa studinya ia banyak dipengaruhi
oleh Friedrich Engels seorang Filosof Besar Jerman bidang falsafah murni.
Friedrich
Engels, berasal dari kalangan usahawan besar di Jerman, keluarganya memiliki
sejumlah perusahaan industri tekstil di Jerman maupun di Inggris. Sejak usia
muda Engels menaruh minat terhadap ilmu falsafah dan ilmu pengetahuan
masyarakat. Nalurinya tergugah oleh apa yang diamatinya dan disaksikannya
sendiri mengenai kehidupan masyarakat dalam lingkungan kawasan industri di
Jerman dan di Inggris. Engels bertemu dengan Marx tahun 1840 di Paris, sewaktu
Marx hidup dalam pembuangan.
Teori
tentang perkembangan ekonomi menurut Marx sebenarnya dapat dibagi menjadi tiga
bagian, pertama pemikirannya tentang proses akumulasi dan konsentrasi, kedua
teori tentang proses kesengsaraan/pemiskinan yang meluas (die verelendung atau
increasing misery), ketiga teori tentang tingkat laba yang cenderung menurun.
Menurut
teori konsentrasi perusahaan-perusahaan makin lama makin besar, sedangkan
jumlahnya makin sedikit. Perusahaan-perusahaan besar bersaing dengan perusahan
kecil maka perusahaan kecil akan kalah dalam persaingan dan kemudian perusahaan
kecil lenyap. Timbullah perusahaan-perusahaan raksasa. Para pengusaha kecil dan
golongan menengah menjadi orang miskin.
Sedangkan
teori akumulasi menyatakan bahwa para pengusaha raksasa semakin lama semakin
kaya dan menumpuk kekayaan yang terkonsentrasi pada beberapa orang, dan para
pengusaha kecil akhirnya jatuh miskin dan pengusaha kecil yang berdiri sendiri
menjadi proletariat. Sejauhmana proses akumulasi yang dimaksud di atas bisa
berjalan tergantung dari a) tingkat nilai surplus, b) tingkat produktivitas
tenaga kerja, dan c) perimbangan bagian nilai surplus untuk konsumsi terhadap
bagian yang disalurkan sebagai tambahan modal.
Aliran
Neo – Klasik
Kira-kira
pada tahun 1870-an ada pengeseran dalam aliran ekonomi, dimana aliran ekonomi
yang baru ini menggantikan aliran ekonomi klasik, alasannya pada waktu itu
tampak penting kemajuan teknologi dan adanya penemuan sumber-sumber produksi
baru, juga ada kemungkinan untuk perkembangan lebih lanjut dibawah kemajuan
teknologi. Aliran baru itu disebut Aliran Neo-Klasik. Aliran Neo-Klasik
mempelajari tingkat bunga, yaitu harga modal yang menghubungkan nilai pada saat
ini dan saat yang akan datang.
Pendapat
Neo-Klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat diikut sertakan sebagai berikut:
Adanya
akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam perkembangan ekonomi.
Menurut
Neo-Klasik, tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat
tabungan, tingkat bunga juga menentukan tingginya tingkat investasi, jika
tingkat bunga rendah maka investasi akan tinggi dan sebaliknya.
Perkembangan
sebagai proses yang Gradual
Perkembangan
merupakan proses yang gradual dan terus menerus. Menurut Alfred Marshall
menganggap bahwa perekonomian sebagai suatu kehidupan organik yang tumbuh dan
berkembang perlahan-lahan sebagai proses yang gradual.
Perkembangan
sebagai proses yang Harmonis dan Kumulatif
Yang
dimaksud dengan Perkembangan sebagai proses yang harmonis dan kumulatif ialah
bahwa proses ini meliputi berbagai faktor dimana faktor-faktor itu tumbuh
bersama sama. Misalnya menurut Marshall menggambarkan pula bahwa harmonisnya
perkembangan itu karena adanya internal ekonomis dan external ekonomis. Internal
ekonomis timbul karena adanya kenaikan skala produksi yang tergantung pada
sumber-sumber dan efisien dari pengusaha itu sendiri. Sedangkan External
ekonomi timbul karena kenaikan produksi pada umumnya dan ada hubungan dengan
perkembangan pengetahuan dan kebudayaan. Mengenai kumulatifnya yang dikatakan
oleh Allen Young bahwa perkembangan industri itu tergantung pada baiknya
pembagian kerja di antara para buruh.
Optimis
Terhadap Perkembangan Ekonomi
Kaum
klasik mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan macet karena terbatasnya
sumber daya alam. Dipihak lain kaum Neo-Klasik berpendapat dan yakin bahwa ada
kemampuan manusia untuk mengatasi terbatasnya pertumbuhan itu.
Aspek
Internasional
Perkembangan
ekonomi suatu Negara pada umumnya mempunyai lima aspek tingkat perkembangan
ekonomi yaitu:
Mula-mula
Negara itu meminjam kapital atau infor kapital. Negara itu merupakan Negara
pinjaman yang masi mudah dan disebut sebagai dibetur yang belum mapan.
(Immatured Debtor).
Kemudian
Negara peminjam tersebut dapat menghasilkan dengan kapital pinjaman tadi,
membayar dividend dan bunga atas pinjaman tersebut.
Setelah
pengasilan nasional Negara itu meningkat maka sebagian dari penghasilan itu
digunakan untuk melunasi utang dan sebagian lagi dipinjamkan ke negara lain yang
membutuhkannya. Negara ini ada dalam tingkat dibitur yang sudah mapan (Motured
Debtor).
Negara
tersebut sudah dapat menerima dividend dan bunga yang lebih besar dari pada
yang dibayar, jadi ada surplus.
Akhirnya
Negara tersebut hanya melulu menerima dividend dan bunga saja dari Negara lain.
Negara itu sudah pada tingkat kreditur yang sudah mapan (Matured Creditor).
Aliran
Keynes
Pada
hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori tentang
pendapatan dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem pemikiran dan konsep
Keynes terdiri dari tiga faktor penting, yaitu:
Hasrat
berkonsumsi (propensity to consume)
Pendapatan
total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah investasi total
agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang untuk berkonsumsi,
yang merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan tabungan, karena
tabungan adalah sisa bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk
berkonsumsi.
Tingkat
bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas
(liquidity preference)
Tingkat
bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran tabungan dan
permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas
(independent) dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena
moneter yang tergantung dari keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk
dana likuiditas. Sehingga tingkat bunga tergantung dari preferensi likuiditas.
(Akan dijelaskan lebih lanjut di poin nomor 4)
Efisiensi
marginal dari investasi modal (marginal efficiency of capital)
Tingkat
investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal, yang
dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan diperoleh di masa
depan dari investasi modal yang bersangkutan. Jelaslah bahwa ekspektasi
tersebut adalah yang positif dan menguntungkan investor itu.
Aliran
Pasca-Keynes
Aliran
ini merupakan aliran ekonomi sesudah Keynes, dimana ilmu ekonomi mengalami
perkembangan sangat pesat. Ekonomi bukan lagi menjadi masalah para ahli ekonomi
saja, melainkan juga menjadi masalah bagi setiap orang, masalah yang
mempengaruhi kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Ini berarti akan melibatkan
para ahli dan masyarakat dalam sistem – sistem ekonomi mana yang mereka
laksanakan.
Pada
masa aliran ini, masyarakat kapitalis dengan sistem perdagangan bebas mereka,
mencoba mengembangkan suatu sistem ekonomi yang disebut “Sintesis Pemikiran
Neoklasik” (neoclasical synthesis) yakni suatu aliran baru dalam ilmu ekonomi
yang melalui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang efektif, mereka
mencoba mengadakan paduan antara mikro ekonomi klasik yang dipelopori oleh Adam
smith dan Alfred Marshall dengan aliran mikro ekonomi modern dari Keynes
tentang penentuan pendapatan yakni memadukan segi-segi positif dari tiap pendekatan
mikro maupun makro ekonomi dalam setiap analisis ekonomi mereka.
Pasca
keynes ini mencoba menyatukan konsep-konsep pemikiran mikro ekonomi yang
bersifat pendekatan individual dengan pemikiran makri ekonomi yang lebih suka
melakukan pendekatan secara total, serentak dan menyeluruh. Tujuannya terutama
terletak dalam pemecahan masalah-masalah penentuan pendapatan bagi semua
anggota masyarakat dan pemerintah.
Mazhab
Dalam Ekonomi Islam
Adiwarman
A. Karim (2010), salah satu ahli di bidang ekonomi Islam dari Indonesia,
membagi Mazhab ekonomi Islam menjadi tiga bagian utama. Mazhab pertama Baqir
al-Sadr, baik Mazhab umum, dan tiga alternatif Mazhab-kritis.
Pertama
Mazhab
Baqir as-Sadr. Ini Mazhab dipelopolri Baqir as-Sadr dengan nya fenomenal
“Iqtishaduna” (Ekonomi kami). Aliran pemikiran berpendapat ekonomi tidak pernah
bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi Islam dan ekonomi masih tetap Islam.
Keduanya tidak pernah bisa disatukan karena keduanya berasal dari fislosofi
bertentangan. Bahwa anti-Islam, orang lain Islam.
Kedua
Mazhab
umum. Aliran pemikiran tidak setuju dengan Mazhab Baqir. Mazhab kedua pemikiran
ini akan setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas
dihadapkan dengan keinginan manusia yang tidak terbatas.
Ketiga
Alternatif
Mazhab-kritis. Ini adalah Mazhab pelopor Kuran Timur (Ketua Departemen Ekonomi
Universitas California Sourthen), Jomo (Yale, Cambridge, Harvard, Malaya),
Muhammad Arif, dan lain-lain. Mazhab ini mengkritik Mazhab sebelumnya.
Mazhab
Baqir dikirik sebagai Mazhab yang berusaha untuk menemukan hal-hal baru yang
sebenarnya telah ditemukan oleh orang lain. Menghancurkan teori lama, lalu
ganti dengan teori baru. Sementara itu, Mazhab umum dikritik sebagai replika
dari ekonomi neoklasik (modern) yang menghilangkan variabel meliputi variabel
riba dan zakat dan niat.
24,
25.
Comments
Post a Comment